Representasi dan Teknik Pengambilan Gambar di Televisi

didefenisikan, maka selalu terjadi proses pemilihan dan mengakibatkan penghilangan atas bagian tertentu dari realitas Proses pemilihan fakta ini hendaknya tidak dipahami semata-mata sebagai bagian dari teknis jurnalistik, tetapi juga praktik representasi. Yakni bagaimna dan dengan cara apa strategi tertentu media secara tidak langsung telah mendefenisikan realitas Eriyanto, 2001: 116. Kedua, mengenai proses penulisan fakta. Proses ini berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menyusun realitas untuk dipahami khalayak. Pilihan kata- kata tertent yang dipakai tidak sekadar teknik jurnalistik, tetapi bagian penting dari representasi. Bagaimana bahasa dapat menciptakan realitas tertentu kepada khalayak. Kenneth Burke menyatakan bahwa kata-kata tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayak pada masalah tertentu tetapi juga membatasi persepsi kita dan mengarahkannya pada cara berpikir dan keyakinan tertentu Eriyanto, 2001: 119.

2.2.5. Representasi dan Teknik Pengambilan Gambar di Televisi

Tayangan yang disajikan pada televisi berupa gambar yang bergerak yang menuturkan cerita. Penonton memperhatikan terutama sekali apa yang sedang terjadi sekarang dan di kemudian. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dan memahami teknik-teknik pengambilan gambar sebagai sarana untuk menuturkan cerita. Purba, 2003: 1 Pada medium massa televisi, tayangan yang disajikan lebih menarik karena dapat didengar dan dilihat. Gerakan cepat fast motion untuk adegan yang dramatik atau menegangkan, gerakan lambar slow motion untuk adegan yang romantis. Close-up memberi keintiman, medium shot mengesankan hubungan perorangan, netral dan objektif, sedangkan full shot berarti hubungan sosial. kamera ke atas pan up memberi kesan pihak yang disorot sebagai kurang kredibel. Semua adegan langka atau luar biasa, penuh warna dan nuansa, baik yang nyata ataupun fiktif, lewat penggunaan model-model mini dan efek khusus. Mulyana, 2008: 149-150 2.2.5.2.Ukuran Pengambilan Gambar Objek gambar di televisi hampir semuanya manusia. Oleh karena itu, standarisasi ukuran gambar juga didasarkan pada ukuran manusia. Gambar-gambar atau shot-shot dideskripsikan dalam bahasa kamera dalam hubungannya dengan panjang tubuh manusia yang diperlihatkan. Purba, 2013: 17. Ukuran pengambilan gambar selalu dikaitkan dengan ukuran tubuh manusia, namun penerapan ukuran ini juga berlaku pada benda lain dengan menyesuaikan ukurannya. Berikut sembilan shot sizes ukuran gambar tersebut: Fachruddin, 2012: 148-151 1. Ekstreme Long Shot ELS dalam representasi. Pengambilan gambar yang menunjukkan background sangat dominan dan objek sangat kecil. Menyajikan bidang pandangan yang sangat luas, jauh, panjang, dan berdimensi lebar. Ukuran gambar ini memberikan orientasi kepada penonton situasi secara keseluruhan. 2. Very Long Shot VLS dalam representasi. Pengambilan gambar dengan background mendominasi objek agak kecil. Tujuannya untuk memberikan penekanan pada suasana atau latar belakang tetapi objek tetap dapat dikenali. 3. Long Shot LS dalam representasi. Keseluruhan gambaran dari pokok materi dilihat dari kepala sampai kaki atau gambar manusia seutuhnya. LS bertujuan untuk memberikan informasi secara lengkap mengenai suasana dari adegan. LS dikenal sebagai landscape format yang mengantarkan mata penonton kepada keluasan suasana dan objek. 4. Medium Long Shot MLS dalam representasi. Memotong pokok materi dari lutut sampai puncak kepala pokok materi. Setelah gambar LS ditarik garis imajiner lalu di-zoom in sehingga lebih padat, maka masuk ke medium long shot. Angle MLS sering dipakai untuk memperkaya keindahan gambar. 5. Medium Shot MS dalam representasi. Pengambilan gambar batas kepala hingga pinggangperut bagian bawah. Tujuannya untuk membentuk keseimbangan antara dominasi objek dengan background. Ukuran MS, biasa digunakan sebagai komposisi gambar terbaik untuk wawancara. Pemirsa dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi dari wawancara yang sedang berlangsung. 6. Medium Close Up MCU dalam representasi. Memperlihatkan subjek mulai dari ujung kepala hingga dada atas. MS memperdalam gambar dengan menunjukkan profil dari objek yang direkam. Kesan yang ditimbulkan adalah subjek yang terfokus, sedangkan background tidak terfokus, sehingga akan menonjolkan subjek. 7. Close Up CU dalam representasi. Pengambilan gambar dari ujung kepala hingga leher bagian bawah. CU fokus pada wajah, digunakan sebagai komposisi gambar yang paling baik untuk menggambarkan emosi atau reaksi seseorang. Terhadap benda lain pun demikian, karena mampu mengeksplorasi daya tarik yang tersembunyi. 8. Big Close Up BCU dalam representasi. Pengambilan gambar dari batas kepala hingga dagu. BCU menunjukkan detail ekspresi wajah aktor dengan menekankan mata dan mencakup sisa wajah sebanyak yang diperluykan atau dalam adegan proses produksi menekankan pada detail proses pembuatan secara dekat. 9. Ekstreme Close Up ECU dalam representasi. Pengambilan suatu gambar yang mencakup salah satu bagian tubuh. Paling sering digunakan untuk memperhebat emosi dari suatu pertunjukan musik atau situasi yang dramatis. Fungsinya adalah mengetahui detail suatu objek, dimana objek mengisi seluruh layar dan detailnya sangat jelas. 2.2.5.3.Camera Angle Camera angle yaitu penempatan atau posisi kamera terhadap suatu sudut tertentu. Sebuat cerita terbentuk dari sekian banyak shot. Tiap shot membutuhkan penempatan kamera yang paling baik bagi pandangan mata penonton. Artinya pemilihan angle sangat berpengaruh terhadap yang diinginkan penonton. Angle yang tidak tepat akan membingungkan penonton mengikuti jalan cerita yang dibuat. Purba, 2013: 25 Meletakkan lensa kamera pada sudut pandang pengambilan gambar yang tepat dan mempunyai motivasi tertentu untuk membentuk kedalaman gambardimensi dan menentukan titik pandang penonton dalam menyaksikan suatu adegan dan membangun kesan psikologi gambar, seperti: Fachruddin, 2012: 151-152 1. High angle HA dalam representasi. Pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera di atas objekgaris mata orang. Kesan psikologis yang ingin disampaikan objek tampak seperti tertekan. 2. Eye level normal dalam representasi. Tinggi kamera sejajar dengan garis mata objek yang dituju. Kesan psikologis yang disajikan adalah kewajaran, kesetaraan atau sederajat. 3. Low angle LA dalam representasi. Pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera di bawah objek atau di bawah garis mata orang. Adapun kesan psikologis yang ingin disajikan adalah objek yang berwibawa. 4. Canted angle dalam representasi. Menghasilkan gambar dengan cara memiringkan kamera pada bidang horizontalnya. Gambar yang dihasilkan menjadi dinamis dan labil sehingga dapat menggambarkan fantasi, ketegangan, atau khayalan penonton.

2.2.6. Kemiskinan

Dokumen yang terkait

Representasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show (Analisis Semiotika Pada Program Acara Orang Pinggiran Trans 7)

0 18 94

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7).

0 0 109

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7).

3 9 109

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

Representasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show (Analisis Semiotika Pada Program Acara Orang Pinggiran Trans 7)

0 0 11

Representasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show (Analisis Semiotika Pada Program Acara Orang Pinggiran Trans 7)

0 0 2

Representasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show (Analisis Semiotika Pada Program Acara Orang Pinggiran Trans 7)

0 0 8

Representasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show (Analisis Semiotika Pada Program Acara Orang Pinggiran Trans 7)

0 1 29

Representasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show (Analisis Semiotika Pada Program Acara Orang Pinggiran Trans 7)

0 0 3

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7)

0 0 27