tingkat kualitasnya, artinya dapat memenuhi kewajibannya pada saat nasabah menarik dananya dari bank tersebut. Selain itu, kepercayaan terhadap bank juga dapat
terbentuk jika bank mampu menjaga rahasia dan keamanan serta aset lainnya yang dititipkan nasabah pada bank Kasmir, 1998.
Sebagai suatu lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter, bank mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk memperbaiki
perekonomian Indonesia yang saat ini sedang terpuruk. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan berbagai syarat atau ketentuan bagi industri perbankan sejak
pendiriannya, antara lain persyaratan bagi calon pengelola serta ketentuan-ketentuan operasional yang berdasarkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usaha
bank. Kesemuanya itu dimaksudkan agar bank dapat memelihara kepercayaan masyarakat dan dapat menunjang pemeliharaan stabilitas moneter Sutojo, 2000.
2.1.2. Sejarah dan Pengertian Bank Syariah
Kehadiran perbankan syariah di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1988, yaitu saat pemerintah mengeluarkan paket kebijakan Oktober pakto yang mengatur
deregulasi perbankan di Indonesia. Menurut Rahman 1995, kebijakan tersebut membuka lebar peluang untuk mendirikan bank dengan modal pendirian yang relatif
kecil, namun karena tidak ada ketentuan perundangan yang mendukung maka kelahiran bank syariah baru muncul setelah tahun 1990-an. Hal itu terjadi dengan
memanfaatkan penafsiran dari perundang-undangan yang ada bahwa perbankan
Nursiti Arbaian: Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Pembiayaan Mudharabah Dan Murabahah Pada PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Cabang Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
diperbolehkan menetapkan bunga sebesar 0 nol persen. Atas dasar rekomendasi dari hasil lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor pada
19-22 Agustus 1990, maka pada bulan November 1991 lahirlah Bank Muammalat Indonesia BMI sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Kelahiran Bank
Muammalat Indonesia di atas kemudian diikuti dengan kelahiran Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut
diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan
arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan mengeluarkan beberapa ketentuan berkaitan dengan perbankan syariah tersebut, antara lain:
1. Bank Umum Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 624PBI2004 tertanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut yaitu:
a. Surat edaran Bank Indonesia Nomor 322UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah.
Nursiti Arbaian: Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Pembiayaan Mudharabah Dan Murabahah Pada PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Cabang Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3234KEPDIR tertanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah.
2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPR-Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 617PBI2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah. Ketentuan ini merupakan
penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut yaitu: a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 324UPPB tertanggal 12 Mei 1999
tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah. b. Surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3236KEPDIR tanggal 12
Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah. 3.
Bank konvensional yang membuka Usaha Syariah Cabang Syariah yaitu : a. Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3233KEPDIR tanggal 12 mei
1999 tentang Bank Umum. b.Peraturan Bank Indonesia Nomor 4IPBI2002 tanggal 27 maret 2002 tentang
perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip
syariah oleh bank umum konvensional, yang merupakan penyempurnaan dari peraturan Bank Indonesia Nomor 227PBI2000 tanggal 15 Desember tentang
bank umum konvensional yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Nursiti Arbaian: Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Pembiayaan Mudharabah Dan Murabahah Pada PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Cabang Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Apabila selama ini dikenal fungsi bank konvensional adalah sebagai penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang
membutuhkan dana selain menjalankan fungsi jasa keuangan, maka dalam bank syariah mempunyai fungsi berbeda dengan bank konvensional. Harahap 2005,
mengemukakan bahwa fungsi bank syariah meliputi: 1. Manajer Investasi
Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manajer investasi, maksudnya adalah bahwa bank syariah tersebut
merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena besar-kecilnya pendapatan bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana
yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Penyaluran dana yang dilakukan oleh
bank syariah yang diharapkan mendapatkan hasil, mempunyai implikasi langsung kepada pemilik dana. Jika investasi yang dilakukan oleh bank
syariah mengalami pembayaran yang tidak lancar bahkan sampai macet, dapat mengakibatkan pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan
yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun menjadi kecil pula. Besarnya dana atau investasi yang dilakukan oleh bank syariah bukanlah
otomatis menghasilkan pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun.
2. Investor Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang disimpan pada bank
tersebut baik dana pemilik bank maupun dana rekening investasi dengan jenis dan pola investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai
dengan syariah tersebut meliputi akad murabahah, sewa-menyewa, musyarakah, akad mudharabah, akad salam atau istisna’, pembentukan
perusahaan atau akuisisi pengendalian atau kepentingan lain dalam rangka mendirikan perusahaan, memperdagangkan produk, dan investasi atau
memperdagangkan saham yang dapat diperjual belikan. Keuntungan dibagikan kepada pihak yang memberikan dana, setelah bank menerima
bagian keuntungan mudharibnya yang sudah disepakati sebelum pelaksanaan akad antara pemilik rekening investasi dan bank.
3. Jasa keuangan Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda dengan
bank konvensional, seperti misalnya memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji dan sebagainya, hanya yang sangat diperhatikan
adalah prinsip-prinsip syariah yang tidak boleh dilanggar yaitu aturan-
Nursiti Arbaian: Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Pembiayaan Mudharabah Dan Murabahah Pada PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Cabang Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah seperti misalnya pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
4. Fungsi
Sosial Konsep perbankan Islam mengharuskan bank-bank Islam memberikan
pelayanan sosial apakah melalui dana qard pinjaman kebajikan atau zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Di
samping itu, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank-bank Islam untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber daya
manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial. Fungsi ini juga yang membedakan fungsi bank syariah dan bank konvensional
walaupun hal ini ada dalam bank konvensional namun biasanya dilakukan oleh individu-individu yang mempunyai perhatian dengan masalah sosial
tersebut tetapi dalam bank syariah, fungsi sosial merupakan salah satu fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Fungsi
ini merupakan bagian dari sistem. Bank syariah harus amanah dalam menerima ZIS Zakat, Infak dan Sedekah.
Selain hal tersebut ada transaksi dari bank syariah yang mengandung unsur sosial atau tolong menolong seperti transaksi Qard di mana bank syariah
meminjamkan uang tanpa imbalan apapun. Apabila mempergunakan paradigma bank konvensional yaitu memperdagangkan uang, maka sangatlah rugi memberikan uang
tanpa imbalan apapun dan memberikan uang yang belum ada barangnya. Jelaslah bahwa fungsi dan metode yang digunakan oleh bank Islam dalam melakukan bisnis
berbeda secara signifikan dari fungsi dan metode yang digunakan oleh bank konvensional.
Nursiti Arbaian: Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Pembiayaan Mudharabah Dan Murabahah Pada PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Cabang Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.1.3. Perbedaan antara Bank Syariah Dengan Bank Konvensional