Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

komponen utama yang didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. 4 Sebagai komponen utama sistem pertahanan negara, TNI memiliki peran yang sangat penting dalam sistem pemerintahan negara untuk mengamankan kepentingan nasional guna mencapai tujuan nasional. Oleh karena itu peningkatan kemampuan TNI harus menjadi perhatian bersama seluruh komponen bangsa, terutama yang membangun, mempersiapkan, serta mengoperasikan alutsista dan sumber daya manusia yang dihadapkan dengan luasnya wilayah, spectrum pandangan politik ancaman serta kemampuan anggaran negara saat ini. 5 Dalam kehidupan bermasyarakat, bermacam bidang yang dibidangi oleh masyarakat setempat. Karena dalam pembidangan tersebut, memiliki masing- masing konsep serta teori yang berlaku, khususnya dalam pembidangan ilmu jiwa. Dalam hal ini, penerapan ilmu jiwa dalam bidang ini melihat dalam situasi yang praktis dan aplikatif. Bidang-bidang tersebut seperti pendidikan, industri, militer, organisasi, pembinaan, penyembuhan dan lain-lain. 6 TNI termasuk dalam bidang kemiliteran. Dan terdapat ilmu psikologi khusus yang berkaitan dengan profesi TNI yaitu psikologi militer. Ilmu ini dianggap sebagai salah satu cabang ilmu jiwa terapan, karena memperhatikan penggunaan pengetahuan, prinsip, undang-undang kejiwaan, dan memfungsikan dalam masalah-masalah militer, baik dalam waktu damai ataupun perang. Tujuan utamanya tersimpan pada penggunaan pengetahuan-pengetahuan seperti ini dalam pengaturan tugas-tugas angkatan bersenjata, memperbaiki kapabilitas individu, 4 Djoko Suyanto, Menuju TNI Profesional dan Dedikatif Jakarta: Puspen TNI, 2007, h. 4. 5 Ibid,. h. 5. 6 Suyanto, Menuju TNI, h. 4. mengangkat tingkat pelaksanaan mereka dalam tugas militer yang bermacam- macam. Angkatan bersenjata merupakan masyarakat yang berdiri sendiri seperti masyarakat administratif lainnya. Masyarakat ini mencakup kelompok besar individu yang disatukan oleh hubungan-hubungan tertentu. Mereka berusaha merealisasikan sasaran dan tujuan tertentu. Kelompok masyarakat seperti ini mempunyai bentuk aturan, problem, dan sasaran khusus yang menjadikannya bentuk yang sangat sensitif. Hal ini mengharuskan kehati-hatian yang berkenaan dengan ikatan sistem ini. 7 Perlu dipahami di sini, bahwa masyarakat militer mencakup semua komponen-komponen dan bidang-bidang yang dicakup pula oleh kelompok- kolompok masyarakat lainnya, seperti masyarakat jelata, industri, perdagangan dan lain-lain. Dalam waktu yang sama, beban dan tanggung jawab berat yang tidak dapat diemban oleh masyarakat-masyarakat lainnya diletakkan di atas punggung masayarakat militer ini, yaitu menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat besar pada waktu perang dan damai dan memberi sumbangsih dalam tugas penyelamatan dalam kondisi bencana alam dan darurat. Hal ini artinya, betapa sangat pentingnya perhatian terhadap masyarakat militer demi menjaga kesatuan dan kesinambungannya serta perkembangannya sehingga dapat melaksanakan tugas dan beban yang diserahkan kepadanya. 8 Pembentukkan karakter yang sehat merupakan suatu komponen yang dituju oleh satuan militer, satu hal yang berkesinambungan dalam sistem 7 Suyanto, Menuju TNI, h. 5. 8 Imad Abdurrahim Az-Zaghul, Psikologi Militer. Penerjemah Ahmad Rivai Usman, Jakarta: Khalifa, 2004, h. 24. kehidupan adalah membentuk jiwa dan raga yang sehat. Selain mengembankan tugas keamanan dalam negara untuk masyarakat, satuan militerpun memberikan contoh raga yang sehat dan mental yang sehat serta berada di jalan yang sesuai dengan aturan agama. Dan tentunya seluruh agama mempunyai standar dalam berperilaku yang baik. Tentunya, keadaan ini tidak hanya didapatkan di satuan militer saja, di lingkungan masyarakat bisa terealisasi. Prajurit merupakan manusia biasa dan di harapkan memiliki mental yang sehat dan kuat. Walaupun mereka berkepribadian yang dianggap tinggi dengan pendidikan mentalnya, tak bisa dipungkiri bahwa prajurit mengalami kesalahan dari dalam dirinya. Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak bisa bebas dari kecemasan dan perasaan bersalah. Dia tetap mengalami kecemasan dan perasaan bersalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan bersalah itu. Ia sanggup menghadapi masalah-masalah biasa dengan penuh keyakinan diri dan dapat memecahkan masalah-masalah tersebut dengan adanya gangguan yang hebat pada struktur dirinya. Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari konflik dan emosinya tidak selalu stabil, namun ia dapat mempertahankan harga dirinya. Keadaan yang demikian justru berkebalikan dengan apa yang terjadi dari orang yang mengalami kesehatan mental yang buruk. Maka dari itu, merupakan fungsi yang bermanfaat dari kegiatan yang ada di kesatuan Kodam JayaJayakarta yaitu pembinaan mental rohani Islam. Pembinaan mental rohani Islam adalah salah satu upaya pembentukan karakter seorang prajurit yang diharapkan. Prajurit tidak hanya memiliki kemampuan menembak dan mengatur strategi. Tapi prajurit juga memiliki hati nurani, akhlakmoral dan memantapkan mental seorang prajurit tentara nasional Indonesia angkatan darat TNI AD. Di sini menjadi perhatian yang menarik bahwa semua kalangan antar prajurit mempunyai masing-masing kepribadian yang berbeda. Prajurit dibentuk dengan satu tujuan dan harapan yaitu bisa menjadi petugas negara yang lebih baik. Sesuai dengan ketetapan pihak Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat yaitu untuk membentuk, memelihara, serta memantapkan mental anggota TNI AD berdasarkan Pancasila, Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Doktrin Kartika Eka Paksi melalui pembinaan rohani, santiaji dan satikarma serta pembinaan tradisi sehingga mampu dan mantap dalam melaksanakan tugasnya. Penulis menjelaskan sebagian etika dasar keprajuritan yang berkaitan dengan pembinaan rohani prajurit yaitu Sapta Marga. Kontribusi Jenderal Soedirman jelas terlihat dalam nilai-nilai yang terkandung dalam sapta marga karena beliau memiliki pengaruh yang sangat besar dalam terciptanya religiositas di kalangan Tentara dan keluarganya. Sapta marga yang dimaskud adalah: 1. Kami warga negara kesatuan Republik Indonesia, yang bersendikan Pancasila. 2. Kami patriot Indonesia, pendukung serta pembela ideologi negara, yang bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah. 3. Kami kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan. 4. Kami prajurit Indonesia, adalah Bhayangkari negara dan bangsa Indonesia. 5. Kami prajurit tentara nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan, serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan prajurit. 6. Kami prajurit tentara nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada negara dan bangsa. 7. Kami prajurit tentara nasional Indonesia, setia dan menempati janji serta sumpah prajurit. 9 Dalam sapta marga yang diilhami amanat panglima besar Soedirman tersebut, ditemukan sejumlah nilai yang mengandung keagamaan. Tauhid keimanan yang kuat, terlebih dalam perjuangan merupakan sesuatu yang sangat penting. Secara historis, dalam sejarah Islam tampak betapa kemenangan besar dan gemilang diperoleh berkat keimanan yang mantap. Dapat disadari, bagaimana Nabi Muhammad SAW mempersiapkan pasukannya dengan keyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta mereka, pemilik dan penguasa serta memiliki kekuatan yang melebihi segala sesuatu. Tidak ada seorangpun diluar pengawasan-NYA dan Dia dapat memberi kemenangan pada siapa saja yang Allah SWT ridhoi, tetapi Allah SWT selalu menolong orang-orang yang beriman. Nabi Muhammad SAW menanamkan keyakinan ini kepada pengikutnya, bahwa mereka hendaknya selalu mencari pertolongan Allah dalam keadaan sulit, karena orang yang benar-benar beriman hanya mencari pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman: 7 Asren Nasution, Religiositas TNI Jakarta: Prenada Media, 2003, h. 102. “Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bersabar ” QS. Al- Baqarah; 153. Ayat tersebut memperkuat keyakinan dan iman dalam tiga cara; pertama, memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mencari pertolongan dari kesabaran dan shalat, karena hal itu akan membangkitkan tenaga dan kekuatan untuk memenuhi tugas secara efektif. Hal itu juga akan melengkapi diri dengan keberanian dan tenaga untuk bertahan memikul semua cobaan, penderitaan, kekerasan dan gangguan. Kekuatan serta daya tahan moral itu sangat dibutuhkan di dalam jalan Allah agar seseorang selalu merasa aman. Kedua, hal itu menjamin bahwa orang-orang beriman dalam saat kemalangan dan kesusahan ini, tidak akan dibiarkan sendiri tanpa pertolongan Allah. Sebab Allah akan segera datang jika perjuangan dilakukan dengan sabar dan bertahan di jalan Allah. Ketiga, mereka tidak akan pernah menyerah atau menerima kekalahan dari musuh mereka karena mereka berperang untuk menegakkan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan di muka Bumi ini. Jika mereka memperlihatkan suatu kelemahan atau menyerah kepada agresi musuh, maka kebenaran akan dikalahkan dan hukum setan akan berlaku. Oleh karena itu, orang-orang beriman yang berperang untuk alasan yang benar tidak pernah menyerah. Mereka berperang sampai akhir hingga kemenangan diperoleh atau mereka menumpahkan tetes darah mereka yang terakhir. 10 Islam meyakini bahwa setiap anak yang dilahirkan dapat dibentuk menjadi anak yang baik atau menjadi anak yang jahat. Pembentuk utamanya adalah 10 Ibid., h. 104. lingkungan di mana ia tinggal. Ini menunjukkan bahwa perilaku seseorang bisa dibentuk dan juga bisa diubah. Namun demikian, fase pertumbuhan seseorang memainkan peranan penting dalam pembentukkan perilakunya 11 . Terdapat hadits Rosulullah SAW dimana pentingnya pembinaan yang dimulai pada saat masa balita. Sabda Nabi SAW: “…setiap manusia dilahirkan di atas fitrahnya, dan orang tuanyalah yang mendidiknya menjadi beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. HR. Muslim. 12 Hadits di atas menjelaskan pengaruh bimbingan dan pembinaan yang dipandu dengan pengaruh dasar yang disebut dengan fitrah tersebut dapat menjadikan manusia itu hamba Allah SWT yang mampu berjalan di dalam jalan yang benar dan dapat bermasyarakat. Pembinaan sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian manusia. Dalam pembinaan tersebut, terdapat norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat. Kepribadian tidak dapat dipahami terlepas dari nilai dan norma-norma kebudayaan tersebut karena hakekatnya kepribadian adalah susunan dari pada aturan tingkah laku sebagai bentuk manifestasi kepribadian dapat dikatakan normal atau abnormal tergantung 11 Musfir bin Said Az-Zahroni, Konseling Terapi Jakarta: PT. Gema Insani, 2005, h. 21. 12 Ibid., h, 21. pada kesesuaiannya dengan norma-norma kebudayaan dari masyarakat. 13 Tanpa pembinaan sama sekali, kiranya tidak mungkin manusia dapat menemukan jalanya menuju yang benar dan lurus. Mengingat proses perkembangan hidup manusia tidak selamanya berada dalam kelancaran dan kelengkapan. Allah SWT menurunkan utusan untuk menemukan jalan yang bisa menjadikan manusia menjadi pribadi yang lurus. Sesuai dengan tuntutan Islam. Allah SWT berfirman:                “Hai Nabi , sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi da’i penyeru kepada agama Allah dengan izin NYA dan untuk menjadi cahaya yang menerangi” Al-Ahzab 33: 45-46. Salah satu misi kerasulan sebagaimana informasi ayat di atas adalah da’iyan Ilallah sebagai da’i yang menyeru ke jalan Allah SWT. Bukan untuk menyeru kepada selain Allah, berupa ideologi, isme-isme dan kepercayaan hidup lainya. Dakwah hanyalah berorientasi mengajak manusia agar menyembah Allah SWT semata. 14 Pembinaan pada prajurit yang mengaitkan tentang apa yang telah dibawa oleh para Nabi terdahulu untuk menyerukan agama Allah dengan membentuk kepribadian yang mantap dan mental yang kuat dalam mengangkat agama Islam dan menjadikan Allah Tuhan yang satu. 13 H. M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi Jakarta: Bumi Aksara, 1999, Edisi 2, Cet. Ke-4. h. 123. 14 Cahyadi Takariawan, Prinsip Dasar Dakwah Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005, Edisi Revisi, Cet. Ke-4. h. 18. Prajurit merupakan salah satu bagian dari negara. Karena keamanan dalam negara merupakan tujuan dari pada prajurit. Adalah sebuah keharusan bagi seorang pekerja untuk bisa mengerjakan tugas yang telah diamanahkan, karena tugas tersebut adalah tuntutan dari tempat bekerja dan tuntutan bagi dirinya. Tugas TNI AD merupakan tugas yang mulia. Semua yang ditugaskan untuk TNI AD berhubungan dengan kemanusiaan dan kenegaraan. Pada dasarnya kegiatan pembinaan mental rohani Islam di Kodam Jaya sangat berperan aktif dalam mewujudkan penghambaan diri kepada Allah SWT dan memberikan wawasan keislamann prajurit dan dalam meningkatkan semangat para prajurit dalam mengembangkan amanah dalam berkerja yang telah diberikan oleh negara sehingga diharapkan menjadi prajurit yang memegang teguh perintah Allah, memiliki kepribadian yang mulia di hadapan masyarakat dan agamanya. Pembinaan mental rohani Islam yang dilaksanakan di Kodam JayaJayakarta memiliki metode dalam melaksanakan kegiatan pembinaan Islam. Karena pembinaan mental rohani Islam itu sendiri merupakan jalan untuk memperbaiki keadaan seseorang ataupun kelompok untuk bisa menemukan jati dirinya atau membawa kepada keadaan yang lebih baik. Pembinaan mental rohani Islam sebagai salah satu pembidangan dari Ilmu Dakwah, kehadirannya dalam usaha memberikan bantuan kepada seseorang yang berkaitan dengan aspek mental spiritual dan psikologis merupakan sesuatu yang relevan dan semakin dibutuhkan. Kerena secara teoritik dan praktik ilmu ini menangani problem-problem kehidupan manusia yang disebabkan karena adanya gangguan-gangguan psikologis yang timbul karena faktor internal dari dirinya dan eksternal dari lingkungannya, atau karena faktor ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya, serta tidak sanggup pula mengatasi kesulitan- kesulitannya yang serba kompleks. 15 Sebagaimana penjelasan diatas, penulis ingin mengangkat tulisan sebagai bahan penelitian yang berpedoman bahwa prajurit merupakan manusia biasa, dapat menciptakan kebenaran, melindungi bangsa dan negara, namun dapat mengakibatkan hal buruk bagi diri sendiri dan orang lain. Hingga Islam telah memberikan jalan yang lurus dalam kehidupan ini dengan pembinaan mental rohani Islam yang dapat menjadikan seseorang lebih baik dengan nilai –nilai kemanusiaan dengan mental yang baik serta berpegang teguh dengan syariat Islam yang menjadikannya semakin dekat dengan Allah SWT. Maka atas dasar itulah penulis tertarik membahas persoalan ini secara mendalam dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Pembinaan Mental Rohani Islam TNI AD Kodam JayaJayakarta Cawang ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setelah menguraikan latar belakang yang dikemukakan penulis, di bawah ini akan dipaparkan batasan serta perumusan masalah sebagai berikut. 1. Pembatasan Masalah Untuk membatasi pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis perlu memberikan batasan-batasan yang akan diteliti. Untuk itu penulis akan membatasi pada peran pembina di Kodam JayaJayakarta dalam membangun mental dan akhlak yang baik pada prajurit Kodam JayaJayakarta pada program pembinaan 15 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah , 2008, h. 3. mental rohani Islam serta komentar para prajurit Kodam JayaJayakarta yang menjadi peserta. 2. Perumusan Masalah Berkaitan dengan pembatasan masalah, penulis dapat merumuskan permasalahan yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu: a. Bagaimana gambaran program pembinaan mental rohani Islam di TNI AD Kodam JayaJayakarta. b. Seperti apa proses penerapan pembina pada kalangan prajurit Kodam JayaJayakarta dalam membangun mental dan akhlak yang baik. c. Apa tindakan evaluasi kegiatan pembinaan tersebut terhadap para prajurit Kodam JayaJayakarta

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam melaksanakan suatu kegiatan, dipastikan adanya tujuan dalam kegiatan tersebut. Begitu pula penelitian ini, di bawah ini akan diuraikan tujuan sebagai berikut. 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan menganalisis pembinaan mental rohani Islam di TNI AD Kodam JayaJayakarta. b. Untuk mengetahui penerapan khusus dan evaluasi untuk prajurit dalam kegiatan pembinaan mental rohani Islam di pembinaan mental kodam Bintaldam JayaJayakarta Cawang. c. Menjadi bahan pustaka dan pembelajaran untuk jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari peran Rohis yang diterapkan di Kodam JayaJayakarta tersebut. 2. Manfaat Penelitian a. Akademis: menjadi pengetahuan tentang pembinaan mental rohani Islam Kodam JayaJayakarta dan menjadi bahan informasi di Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Praktis: memberikan nilai positif serta referensi bagi pembina serta gambaran proses pelaksanaan juga metode yang tepat dalam program mengantisipasi terjadinya berbagai permasalahan pada kalangan prajurit sehingga menjadi manusia yang kuat badan dan mental. c. Kodam JayaJayakarta, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan mendasar khususnya bagi pihak satuan batalyion atau elemen lainnya terutama dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai keagamaan terhadap prajurit agar memiliki akhlak dan mental yang lebih baik.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam membantu penyelesaian skripsi, penulis mengambil langkah mencari referensi skripsi lain dalam melakukan penelitian. Tinjauan pustaka amat dibutuhkan karena membantu penulisan hingga tersusun dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan yang ada. Tinjauan pustaka yang menjadi referensi penulis dalam penulisan skripsi ialah sebagai berikut; 1. Nama Penulis : Khodijah Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam Judul Penelitian : Pembinaan Rohani Islam Terhadap Anggota Jakarta Motorcycle Community JMC Ciracas Jakarta Timur. Pembinaan rohani Islam di JMC dilakukan dua kali dalam seminggu dengan Pembina Habib Muhsin Al-Athas dan Ustadz Faris dengan jumlah peserta yang aktif 30 orang. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan bimbingan mengaji Al-Qur`an dan Iqra. Materi yang diberikan oleh para Pembina adalah materi Iqra, Tajwid, Fiqh, Tauhid, Akhlak dan materi yasin Tahlil. Sedangkan respon anggota JMC aqdalah mereka amat senang dan tertarik untuk mengikuti pembinaan rohani Islam, hali itu terlihat dari antusias mereka mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh divisi rohani JMC antara lain; pembinaan rohani Islam pengajian seminggu dua kali, santunan anak yatim, tabligh akbar, dan ritual lainnya. Dalam penelitian ini, teknik tenelitian sama-sama menggunakan metode kualitatif, dan metode khusus yang diterapakan oleh JMC oleh peserta dengan hampir sama dengan metode penulis sendiri yang melakukan penelitian di Kodam JayaJayakarta walau tidak selengkap di Kodam Jaya. Kodam Jaya menerapkan sosiodrama, memberi kesempatan nikah dan haji bagi untuk golongan prajurit. Ada hal yang berbeda dari teori yang diambil, yaitu pembentukkan mental yang dilaksanakan di Kodam Jaya, tidak ada pada komunitas JMC. Dari peserta pun