BAB IV SEJARAH MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR
A. Museum Perdjoangan Bogor sebelum Diresmikan
Gedung bertingkat dua yang terletak di Jalan Merdeka Bogor dulu disebut Jalan Tjikeumeuh Bogor No. 28 berhadapan dengan kuburan Belanda Memento
Mori dan sekarang berhadapan dengan Pusat Grosir Bogor PGB. Gedung ini adalah peninggalan bersejarah dari masa ke masa, sejak penjajahan Belanda
sampai awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Didirikannya gedung ini awal 1879, kemudian tanggal 7 Juli 1879 dimiliki
oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Wilhelm Gustaff Wissner,
bangunan ini dijadikan gudang barang-barang. Setelah beberapa kali beralih kepemilikannya pada tanggal 16 Desember 1953, gedung ini dimiliki oleh saudara
Umar bin Usman Alwahab dengan surat Firgendom Verponding Nomor: 4016. Kemudian pada tanggal 17 Maret 1958 oleh pembantu utama pelaksana Kuasa
Perang Daerah KMS Bogor, diserahkan sepenuhnya kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor untuk digunakan sebagai Sekolah Rakyat. Kemudian pada
tanggal 20 Mei 1958, gedung ini dihibahkan disumbangkan sepenuhnya kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dengan akta Notaris J.L.L. Wonas di
Bogor.
1
Para pemimpin pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dari daerah Karesidenan Bogor dan sekitarnya mengadakan pertemuan di rumah Bupati RE.
1
Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian Pembukaan Gedung Museum Perdjoangan Bogor. Bogor: Percetakan Archipel Bogor,1958, h. 5.
45
46
Abdullah di Jl. Panaragan No. 31 pada Tanggal 26 Oktober 1957. Pertemuan tersebut telah menghasilkan satu ketetapan yaitu dijadikannya Gedung
Tjikeumeuh No. 28 sebagai Gedung Monumen Nasional untuk selamanya. Museum Perdjoangan Bogor yang terletak di pusat kota Bogor dikelilingi oleh
jalan-jalan yang mempunyai latar belakang sejarah pula, seperti Jalan Kapten Muslihat, Jalan Mayor Oking Djajaatmadja, Jalan Veteran dan Jalan Merdeka
dimana gedung Museum ini berdiri dengan nomor jalan 56.
2
Jika di lihat dari sejarah awal berdirinya hingga perkembangan yang terjadi pada gedung ini, tentu saja mempunyai beberapa peranan, diantaranya :
3
1. Museum Perdjoangan Bogor yang terletak dipusat keramaian, dahulunya
adalah milik seorang kebangsaan Belanda. Kemudian setelah beberapa kali beralih kepemilikan dan dipakai untuk perusahaan, maka mulai bulan Juni
1938 bangunan ini dijadikan gedung PERSAUDARAAN “PARINDRA” Cabang Bogor.
2. Seiring berjalannya waktu gedung ini berubah fungsinya menjadi Kantor
Bank Simpan Pinjam, dan lain-lain. 3.
Sejak tanggal 9 maret 1942 direbut oleh tentara Jepang dan dijadikan gudang untuk para tentaranya.
4. Pada tanggal 17 Agustus 1945 berhasil direbut kembali oleh pejuang
Indonesia dan dijadikan sebagai kantor KOMITE NASIONAL INDONESIA daerah Bogor, kantor BP-3, Markas Pejuang daerah Bogor,
Kantor Perjuangan DEWAN PERDJOANGAN KARESIDENAN
2
Bpk. H. Mardjono, Wawancara Pribadi. Tanggal 23 Juli 2010.
3
Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian, h. 4.
47
BOGOR, Laskar Rakyat Bambu Runcing dan para pejuang pemuda. Namun, pada Tanggal 13 Februari 1946 gedung tersebut di tinggalkan,
karena tidak tahan dengan tekanan para tentara Inggris dan Belanda. 5.
Pada Tahun 1948 sampai 1949 direbut para pejuang Indonesia kembali dan dijadikan untuk kegiatan GABSI Gabungan Serikat Indonesia,
dibawah pimpinan Priyatman. 6.
Tanggal 3 Agustus 1949 terjadi Cease Tire antara Belanda dengan Indonesia, maka gedung tersebut dijadikan Kantor Tetap Pemerintahan
Daerah Kabupaten Bogor, KDMJ Bogor dari Tanggal 23 Desember 1949 sampai 4 Maret 1950.
7. Tahun 1952 sampai dengan 16 Maret 1958 dijadikan Sekolah Rakyat SR
No.34. Pada awalnya hanya untuk anak-anak anggota tentara saja, tapi kemudian atas usaha Mayor Usman Abdullah. Maka berlaku untuk umum
juga. Sekolah Rakyat ini siangnya digunakan sebagai sekolah SMP SMAURIL ADJREM sekolah dengan ijazah penyesuaian para siswa yang
terdiri dari pemuda pejuang yang akan bergabung dengan TNIPOLRI sampai dengan tahun 1952.
8. Tanggal 16 Desember 1953 dimiliki oleh Umar bin Usman Al-Wahab,
yang rumahnya berada disebelah kiri gedung tersebut. Dengan Eigendom Verponding No. 4016
9. Tanggal 17 Maret 1958 diserahkan penuh oleh Pembantu Utama Pelaksana
Kuasa Perang Daerah KMS Bogor kepada Yayasan Museum Perdjoangan
48
Bogor. Dan Sekolah Rakyat dialihkan ke tempat lain pada Tanggal 20 Mei 1958.
10. Atas kedermawanan Umar bin Usman Al-Wahab gedung ini dihibahkan
secara penuh kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dengan akte notaris J.L.L Wonas di Bogor. Tanggal 10 November 1958 pada
peringatan Hari Pahlawan tepatnya Pukul 08.00 WIB, gedung ini secara resmi dibuka oleh Ibu Kartinah TB Muslihat dan dituangkan dalam surat
keputusan Pelaksana Kuasa Militer Daerah Res. Inf 8III No. Kpts37PKM57. Diprakarsai oleh Major Ishak Djuarsa. Pe.Ku.Mil
Daerah Res.Inf. 8III Suryakancana Divisi Siliwangi. Yang kemudian diresmikan kembali oleh Kolonel RA Kosasih Panglima TT III Siliwangi.
4
Selain berbagai peranan yang berubah-ubah dari tahun ke tahun seperti gambaran yang tertera diatas, banyak pula sejarah yang terkandung didalam
Museum ini. Apalagi jika kita mengetahui sosok dua orang tokoh yang menjadi icon museum ini. Yaitu Kapten Tubagus Muslihat dan Ny. Moedjasih Jusman
Sarkani yang telah banyak berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Salah satu sosok pejuangnya yaitu seorang Kapten Muslihat. Namun belum banyak orang yang mengetahuinya. Jalan Kapten Muslihat yang setiap
harinya dilalui kendaraan bermotor dan pejalan kaki itu ternyata menyimpan nilai sejarah tentang gugurnya seorang pejuang muda dimasa revolusi, bahkan karena
Perjuangan dan pengorbanannya. Selain nama besarnya diabadikan menjadi nama
4
Ibid, h. 5.
49
jalan tersebut, dibagian jalan lain didirikan pula monumennya yang selama ini dikenal sebagai Kapten Muslihat.
Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, hari Senin tanggal 26 oktober 1926, bertepatan dengan terjadinya aksi pemogokan buruh komunis yang saat itu
tengah gencar-gencarnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Seiring dengan didirikannya tentara pembela tanah air PETA
pada bulan oktober Tb Muslihat meninggalkan pekerjaannya, ia mendaftarkan diri menjadi tentara sukarelawan Pembela Tanah Air PETA, setelah melalui
beberapa test, Tubagus Muslihat berhasil lulus dan diterima sebagai tentara PETA dengan pangkat, ia dimasukan kedalam kategori pemuda-pemuda cakap dan
berani, kemudian dipilih menjadi Shudanco komandan Seksi atau peleton bersamaan dengan Ibrahin Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat,
Suwardi, Abu Usman,Rojak dan Bustami.
Dengan bermodalkan senjata curian kapten Muslihat bersama rekan- rekannya meneruskan Perjuangan dan ikut bergabung dengan Barisan Keamanan
Rakyat BKR yang bekerjasama dengan organisasi API, AMRI, KRIS dan PESINDO, disamping tugas mereka menjaga keamanan didalam kota, gerakan
yang mereka lakukan pun berusaha mengumpulkan dan merebut senjata dari tangan Jepang. Selanjutnya perjuangan mereka lebih meluas dengan merebut
kantor-kantor yang diduduki tentara Jepang hingga menjadi milik Republik Indonesia.
50
Hingga suatu hari, tepatnya tanggal 25 Desember 1945, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kekantor Polisi yang terletak di
jalan Banten sekarang jalan Kapten Muslihat, Kontak senjatapun terjadi mewarnai penyerangan itu. Akan tetapi pertahanan tentara Inggris dan Gurkha
sangat kuat. Sampai akhirnya Kapten Muslihat gugur dalam pertempuran itu.
B. Museum Perdjoangan Bogor sesudah Diresmikan