29
organisasi-organisasi tertentu sebagaimana yang sudah penulis jelaskan sebelumnya.
D. Kondisi Masyarakat dalam Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”.
31
Pendidikan adalah juga proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat.
32
Pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan, karena pendidikan merupakan proses pembentukan Sumber Daya Manusia SDM dengan memotivasi dan
membangkitkan minat, bakat, keterampilan dan segala potensi yang berada didalam diri manusia melalui pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan hasil karya, karsa dan cipta dalam bentuk kebudayaan dan peradaban pada masyarakat manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya pendidikan harus didukung oleh berbagai sarana, fasilitas dan perlengkapan yang memadai sebagai penunjang
kelangsungan proses pendidikan. Dan salah satu yang paling penting adalah lingkungan kondisi yang kondusif sehingga proses pendidikan bisa berjalan
dengan lancar dan aman tanpa kendala apapun. Dalam kaitan dengan kondisi sejarah bangsa Indonesia, dunia pendidikan
mengalami perkembangan yang tidak menentu. Hal tersebut dialami rakyat Indonesia pada masa-masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, terutama pada
31
Nana Sudjana, Pembinaan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung : Sinar Baru Algesindo, Cet, ke-1, 1996, h. 1.
32
Ibid, h. 2.
30
masa-masa penjajahan. Pada masa Belanda terjadi diskriminasi dalam dunia pendidikan terhadap pribumi.
Pemerintah Belanda membuka beberapa lembaga pendidikan, antara lain HIS Holland Inlandische School, yaitu sekolah untuk anak-anak pribumi yang
berasal dari kaum bangsawan.
33
Kemudian sekolah ini dibuka untuk kalangan menengah dalam rangka supaya penduduk pribumi bisa menyesuaikan diri dengan
kebudayaan Belanda atau dikenal dengan politik kebudayaan.
34
Kondisi dunia pendidikan yang terjadi di Bogor pun ada masa-masa penjajahan tidak jauh berbeda seperti di Jakarta dan di daerah-daerah lain. Sedikit
sekali HIS di Bogor yang hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu, seperti anak- anak regent, wedana, asisten wedana, anak keturunan raden atau ningrat yang
berdarah biru. Sementara bagi rakyat biasa didirikan Sekolah Rakyat SR yang dalam bahasa Belanda disebut Volks School.
35
Sekolah ini diperuntukan bagi rakyat menengah ke bawah.
Sekolah Rakyat di Bogor yang pertama salah satunya terdapat di Jalan Kartini Kota Bogor. Dan ada pula semacam sekolah rakyat, yaitu Schakel School,
sekolah ini salah satunya terdapat di Jalan Pengadilan yang sekarang menjadi SMP Negeri 2 Bogor.
36
Kemudian pada tahun 30-an pemerintah Belanda mendirikan Holland Chinese School HCS yaitu sekolah untuk anak-anak Eropa
33
Mayor Sanusi, Bogor 28 Februari 2004.
34
Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta : LP3ES, h. 22.
35
Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA, Bogor.
36
Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA, Bogor.
31
dan Cina atau keturunan Tionghoa.
37
Sekolah ini sekarang dikenal dengan nama Regina Pacis yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda Bogor.
Di tengah munculnya sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah Belanda, ternyata ada pula pendidikan non-formal pada masa itu yang berbasis pendidikan
Islam tradisional, yaitu pendidikan pesantren. Komunitas pesantren umumnya anak-anak pribumi di pedesaan atau anak-anak kyaiustadz yang antipati terhadap
pendidikan Belanda. Tradisi pendidikan pesantren tidak pernah hilang ditelan zaman sejak masa wali songo.
Di Bogor ada beberapa pesantren pada zaman penjajahan, antara lain pesantren Al-Falak di Desa Pagentongan Bogor Barat dengan tokoh kyayinya
yang juga tokoh pejuang, yaitu KH. Tubagus Muhammad Falak dan pesantren Al- Ghazali, kemudian pesantren di desa Cisempur Caringin, pimpinan KH. Royani.
Juga pesantren Bakom di Ciawi yang konon katanya merupakan pesantren tertua di Bogor. Dan masih banyak lagi pesantren-pesantren kecil di Bogor, terutama di
wilayah Kabupaten Bogor Barat. Keberadaan pesantren cukup berpengaruh besar pada zaman penjajahan,
karena pola-pola yang diterapkan dalam pendidikan pesantren sarat dengan nilai- nilai kemandirian, Perdjoangan jihad dan nilai-nilai kemanusiaan. Doktrin
pesantren terkesan membangkitkan motivasi santri dan masyarakat untuk bergerak melawan penjajah. Karena ketokohan kyayi selain dimana santri, juga umumnya
merupakan tokoh masyarakat bagi warganya yang mudah didengar dan dituruti.
37
Geise OFM dan F. Vugts OFM, Sejarah Gereja Katholik di Wilayah Keusukupan Bogor.
32
Sekitar tahun 1946-1948, ketika belum lama Jepang terdesak oleh tentara sekutu dan rakyat Indonesia pun berhasil memukul mundur pasukan Jepang.
Kondisi sosial, politik dan keamanan sempat mengalami gejolak. Hal tersebut sempat terjadi dibeberapa daerah di wilayah Bogor dengan banyaknya
bermunculan gerombolan yang meresahkan rakyat setempat.
BAB III GAMBARAN UMUM MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR