BAB V PEMBAHASAN
5.1
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Abortus Inkompletus
Hasil uji poin biserial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan abortus inkompletus. Penelitian yang dilakukan Dr.Nyol dalam blognya
tahun 2008 dan Erlina tahun 2008 menyatakan bahwa usia seorang ibu memiliki peranan yang penting dalam terjadinya abortus. Semakin tinggi usia maka risiko
terjadinya abortus semakin tinggi pula. Umur maternal merupakan faktor risiko independen terhadap terjadinya keguguran selanjutnya karena semakin tua umur ibu
berpengaruh terhadap fungsi ovarium, dimana sel telur yang berkualitas akan semakin sedikit, yang berakibat abnormalitas kromosom hasil konsepsi yang selanjutnya akan
sulit berkembang Cunningham dkk.,2000. Data hasil penelitian diperoleh kejadian abortus inkompletus justru banyak
terjadi pada umur reproduktif ibu yaitu umur 20 - 35 tahun, dimana paling banyak dengan paritas 0 dan usia kehamilan 12 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa umur
ibu tidak secara independen dapat menyebabkan abortus inkompletus tetapi secara bersamaan dengan paritas dan usia kehamilan ibu.
5.2 Hubungan Usia Kehamilan Ibu dengan Kejadian Abortus Inkompletus
Hasil uji poin biserial menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan ibu dengan kejadian abortus inkompletus dengan nilai korelasi -0,795
artinya apabila bertambah usia kehamilan ibu maka kejadian abortus inkompletus
Universitas Sumatera Utara
berkurang atau sebaliknya pada usia kehamilan ibu lebih muda kejadian abortus inkompletus lebih tinggi.
Penelitian yang dilakukan Eastman 80 dari abortus terjadi pada bulan 2 – 3 dari kehamilan. Simens juga mendapat 76 abortus terjadi pada bulan ke 2 – 3 dari
kehamilan. Penelitian Gilbert dan Harmon, tahun 2003 juga menunjukkan bahwa hampir 60 abortus awal sebelum 12 minggu pertama kehamilan memiliki
abnormalitas kromosom Mochtar, 1998. Diperkirakan frekuensi abortus spontan, termasuk abortus inkompletus berkisar
antara 10-15, kira – kira 8 terjadi pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Lebih dari 80 abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan Cunningham dkk,
2000. Hal ini berkaitan dengan batasan usia kehamilan pada kejadian abortus inkompletus 20 minggu. Selain itu, usia kehamilan saat terjadinya abortus
inkompletus bisa memberikan gambaran tentang penyebabnya seperti kelainan sitogenetik konsepsi yang menyebabkan abortus inkompletus pada awal kehamilan.
5.3 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Abortus Inkompletus
Hasil uji poin biserial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan abortus inkompletus. Penelitian yang dilakukan Kusniati di Rumah Sakit
Ibu dan Anak An Nimah Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas Januari-Juni 2007 juga menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat abortus
spontan dengan paritas.
Universitas Sumatera Utara
Data hasil penelitian diperoleh kejadian abortus inkompletus banyak terjadi pada paritas 0. Sementara risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas
ibu SPMPOGI, 2006. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian abortus inkompletus dapat terjadi karena pengetahuan dan pengalaman ibu yang baru pertama kali hamil
masih kurang.
5.4 Hubungan Riwayat Penyakit Ibu dengan Kejadian Abortus Inkompletus