Karakteristik Ibu Pasangan Usia Subur yang Mengalami Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013

(1)

KARAKTERISTIK IBU PASANGAN USIA SUBUR YANG MENGALAMI ABORTUS DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2010 – 2013 SKRIPSI

OLEH:

ERNIWATI SILALAHI NIM. 111000115

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

ERNIWATI SILALAHI NIM. 111000115

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“KARAKTERISTIK IBU PASANGAN USIA SUBUR YANG MENGALAMI ABORTUS DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2010 – 2013” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Agustus 2015


(4)

(5)

ABSTRAK

Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena memberikan dampak kesakitan dan kematian ibu dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Di dunia terjadi 114 kasus abortus per jam dan pada 2010 sekitar 4% menyumbang kematian ibu di Indonesia.

Untuk mengetahui karakteristik Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel adalah seluruh Ibu Pasangan Usia Subur yang mengalami abortus 106 orang.

Proporsi tertinggi adalah pada kelompok umur 28-31 tahun 32,1%, Batak 85,5%, Kristen Protestan 59,4%, ibu rumah angga 40,6%, Kota Medan 83,0%, perdarahan 70,7%, trimester I 91,5%,tidak pernah mengalami abortus 84,9%, paritas tidak aman 72,4%, abortus spontan 99,1%, abortus inkompletus 77,4%, tidak ada komplikasi 95,3%, tidak ada riwayat penyakit 79,2%, kuretase 78,3%, bukan rujukan 55,7%, lama rawatan 2 hari, keadaan sewaktu pulang sembuh 97,2%, dan biaya sendiri 80,2%.

Tidak ada perbedaan proporsi paritas berdasarkan riwayat kejadian abortus (p= 0,274), paritas berdasarkan komplikasi (p= 0,320), komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 1,000), penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0,118), lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi (p= 0,145), lama rawatan rata-rata berdasarkan riwayat penyakit (p=0,066), dan pada Ibu PUS yang mengalami abortus dengan penatalaksanaan medis konservatif, lama rawatan rata-rata secara bermakna lebih tinggi dari kuretase ( 3 hari vs 2 hari; t=-4,049, p=0,000).

Pihak Rumah Sakit Santa Eisabeth diharapkan untuk melengkapi pencatatan pada kartu status mengenai riwayat pemeriksaan kehamilan. Kepada masyarakat diharapkan untuk melakukan pencegahan terjadinya abortus dengan meningkatkan keluarga Berencana (KB) serta kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan penyuluhan kepada Ibu PUS yang mengalami abortus mengenai pencegahan abortus pada kehamilan berikutnya.


(6)

maternal mortality; around 4% in Indonesia.

This study is to know the characteristics of Eligible couple who experienced abortion in Santa Elisabeth hospital in 2010-2013, this study used case series design. The population are same as the sample totally 106 people.

The highest proportion in the age group 28-31 years is 32,1%, Bataknese 85,5%, Protestant christian 59,4%, housewife 40,6%, Medan 83,0%, miscarriage 70,7%, the first trimester 91,5%, no history of abortion 84,9%, unsafe parity 72,4%, spontaneous abortion 99,1%, incompletus abortion 77,4%, no complications 95,3%, no history of diseases 79,2%, curettage 77,4%, not referral 55,7%, the average duration of patient care is 2 days,97,2% healthy after treatment, own expanse 80,2%.

There was no significant proportion difference between parity based on history of abortion (p= 0,274),parity based on complications(p= 0,320), complication based on circumstances after treatment (p= 1.000), medical management by circumstances after treatment (p= 0,128),length of treatment by the complication (0,145), length of treatment by the history of diseases (p=0,066), in eligible couple having abortion with the conservative medical treatment, the average duration of treatment was significantly higher than curettage (3 days vs 2 day; t=-4,049)

Santa Elisabeth hospitalis expected to complete the record of status card which is related to abortion history. It is expected for society to make prevention of abortion by to improve family planning and to related parties to do counseling for eligible couple.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Karakteristik Ibu Pasangan Usia Subur yang Mengalami Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi sejak awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah M. Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penasehat akademik serta dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(8)

diselesaikan.

5. Ibu dr. Yusniwarty Yusad, M.Si selaku dosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medink RS Santa Elisabeth Medan

beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis menyelesaikan penelitian.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Kesehatan Masyarakat.

8. Teristimewa untuk orangtuaku tercinta Alm K.Silalahi dan R. Saragih yang dengan tulus dan sabar memberikan doa dan dukungan moril maupun materil kepada penulis selama ini serta abang, kakak, dan adikku terkasih Jhon Silalahi, Junianto Silalahi, Ida Silalahi, dan Arwan Silalahi serta sanak keluarga yang telah banyak memberikan dukungan.

9. Teman-teman terkasih KK Phichi (K’Ria, Friska, Ester, Ivo, Ayu, Yanti), sahabat-sahabatku yang senantiasa ada dalam suka dan duka Trivo, Evita, Irma, Rafika L.Gaol, SKM, Ayu), adik-adik Rohaniku Pequenavella (Claodia, Rafika, Manna, Friska, Susi), teman –teman peminatan Epidemiologi FKM USU dan teman-teman POMK FKM USU.

10.Teman- teman satu PBL (Bg Ical, Lisa Aini, Shella, Athira, dan Maltha) serta teman-teman satu LKP (Vicky, Lindra, Evita, dan Mutia)


(9)

11.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan 2015

Penulis


(10)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACTS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1Pengertian Abortus... 8

2.2Klasifikasi Abortus ... 8

2.2.1 Abortus Berdasarkan Riwayat Kejadiannya ... 8

2.2.2 Abortus Berdasarkan Pelaksanaanya... 9

2.2.3 Abortus Berdasarkan Gambaran Klinis ... 9

2.3Gejala Klinis ... 10

2.4Patogenesis ... 11

2.5 Komplikasi Abortus ... 12

2.6Epidemiologi Abortus ... 13

2.6.1 Distribusi dan Frekuensi Abortus ... 13

2.6.2 Faktor Determinan ... 15

2.7Pandangan Terhadap Abortus ... 19

2.8 Dampak Abortus ... 20

2.9 Pencegahan Abortus... 21

2.9.1 Pencegahan Primer ... 21

2.9.2 Pencegahan Sekunder ... 22

2.9.3 Pencegahan Tersier ... 23


(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1Jenis Penelitian ... 25

3.2Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.2.2 Waktu Penelitian ... 25

3.3Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3.3.1 Populasi Penelitian ... 25

3.3.2 Sampel Penelitian ... 25

3.4Metode Pengumpulan Data ... 26

3.5Defenisi Operasional... 26

3.6Teknik Analisa Data ... 30

BAB IV HASIL PEMBAHASAN ... 31

4.1Gambaran Umum Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ... 31

4.1.1 Pelayanan Medis, Penunjang Medis dan Penunjang Umum ... 31

4.2Analisis Deskritif ...32

4.2.1 Distribusi Ibu Pus yang Mengalami Abortus Berdasarkan Sosiodemografi ...32

4.2.2 Distribusi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Mediko Obstetri ...34

4.2.3 Distribusi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Status Rawatan ...36

4.2.4 Lama Rawatan Rata-Rata Ibu PUS yang Mengalami Abortus ...37

4.3Analisis Bivariat ...37

4.3.1 Klasifikasi Abortus Secara Klinik Berdasarkan Penatalaksanaan Medis3 4.3.2 Paritas Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus ...38

4.3.3 Paritas Berdasarkan Komplikasi ...39

4.3.4 Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ...40

4.3.5 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ...41

4.3.6 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Komplikasi ...42

4.3.7 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Riwayat Penyakit ...42

4.3.8 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalakasanaan Medis ...43

BAB V PEMBAHASAN ...43

5.1Distribusi Ibu Pus Abortus berdasarkan Sosiodemografi ...44

5.1.1 Umur ...45

5.1.2 Suku ...45


(12)

5.2.5 Frekuensi Abortus...53

5.2.6 Riwayat Kejadian Abortus ...54

5.2.7 Klasifikasi Abortus Secara Klinik ...55

5.2.8 Komplikasi ...57

5.2.9 Riwayat Penyakit ...58

5.3Distribusi Ibu Pus yang Mengalami Abortus Berdasarkan Status Rawatan ....59

5.3.1 Penatalaksanaan Medis ...59

5.3.2 Asal Rujukan...60

5.3.3 Keadaan Sewaktu Pulang ...61

5.3.4 Sumber Pembiayaan ...62

5.4Lama Rawatan rata-rata ...63

5.5Analisa Bivariat ...64

5.5.1 Klasifikasi abortus secara klinik berdasarkan penatalaksanaan medis64 5.5.2 Paritas berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus ...65

5.5.3 Paritas Berdasarkan Komplikasi ...66

5.5.4 Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewakttu Pulang ...67

5.5.5 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ...68

5.5.6 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Komplikasi ...69

5.5.7 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Riwayat Penyakit ...70

5.5.8 Lama Rawatatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ...71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...72

7.1 Kesimpulan ...72

7.2 Saran...73

DAFTAR PUSTAKA. ... 74 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu PUS yang mengalami Abortus berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...32 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu PUS yang mengalami Abortus Berdasarkan

Mediko Obstetri di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...34 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Ibu PUS yang mengalami Abortus Berdasarkan

Status Rawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...36 Tabel 4.4 Lama Rawatan Rata-Rata Ibu PUS yang Mengalami Abortus di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013...37 Tabel 4.5 Distibusi Proporsi Klasifikasi Abortus Secara Klinik Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 ...38 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Paritas Ibu PUS yang mengalami Abortus

Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...38 Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Paritas Ibu PUS yang mengalami Abortus

Berdasarkan Komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...39 Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Komplikasi Ibu PUS yang mengalami Abortus

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...40 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Ibu PUS yang mengalami

Abortus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...41 Tabel 4.10 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Komplikasi di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...42 Tabel 4.11 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Riwayat Penyakit di Rumah


(14)

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...45 Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...46 Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...47 Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...48 Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Keluhan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...49 Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Umur Kehamilan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...50 Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Umur Kehamilan yang Diketahui di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...51 Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...52 Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Frekuensi Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...53


(15)

Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...54 Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Gejala Klinis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...55 Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...57 Gambar 5.14 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Riwayat Penyakit di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...58 Gambar 5.15 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...59 Gambar 5.16 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Asal Rujukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...60 Gambar 5.17 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...61 Gambar 5.18 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Sumber Pembiayaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...62 Gambar 5.19 Diagram Bar Distribusi Proporsi Klasifikasi Abortus Secara Klinik

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...64 Gambar 5.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan Riwayat

Kejadian Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013...65 Gambar 5.21 Diagram Bar Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan Komplikasi di


(16)

Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...68 Gambar 5.24 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Komplikasi di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...69 Gambar 5.25 Diagram Bar Distribusi Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Berdasarkan Riwayat Penyakit di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 ...70 Gambar 5.26 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Pentalaksanaan


(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erniwati Silalahi

Tempat Lahir : Silomariah Tanggal Lahir : 07 Agustus 1993

Suku Bangsa : Batak

Agama : Katolik

Nama Ayah : Alm. K. Silalahi Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : R. Saragih

Suku Bangsa Ibu : Simalungun

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SDN No 095198 Silomariah, Tanah Jawa/2005 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 2 Tanah Jawa/2008

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 3 Pematang Siantar/2011 4. Akademik/Tamat tahun : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU/2015 5. Lama Studi di FKM USU : 3 tahun 10 bulan.

Riwayat Pekerjaan 1. ---


(18)

sekitar 4% menyumbang kematian ibu di Indonesia.

Untuk mengetahui karakteristik Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel adalah seluruh Ibu Pasangan Usia Subur yang mengalami abortus 106 orang.

Proporsi tertinggi adalah pada kelompok umur 28-31 tahun 32,1%, Batak 85,5%, Kristen Protestan 59,4%, ibu rumah angga 40,6%, Kota Medan 83,0%, perdarahan 70,7%, trimester I 91,5%,tidak pernah mengalami abortus 84,9%, paritas tidak aman 72,4%, abortus spontan 99,1%, abortus inkompletus 77,4%, tidak ada komplikasi 95,3%, tidak ada riwayat penyakit 79,2%, kuretase 78,3%, bukan rujukan 55,7%, lama rawatan 2 hari, keadaan sewaktu pulang sembuh 97,2%, dan biaya sendiri 80,2%.

Tidak ada perbedaan proporsi paritas berdasarkan riwayat kejadian abortus (p= 0,274), paritas berdasarkan komplikasi (p= 0,320), komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 1,000), penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0,118), lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi (p= 0,145), lama rawatan rata-rata berdasarkan riwayat penyakit (p=0,066), dan pada Ibu PUS yang mengalami abortus dengan penatalaksanaan medis konservatif, lama rawatan rata-rata secara bermakna lebih tinggi dari kuretase ( 3 hari vs 2 hari; t=-4,049, p=0,000).

Pihak Rumah Sakit Santa Eisabeth diharapkan untuk melengkapi pencatatan pada kartu status mengenai riwayat pemeriksaan kehamilan. Kepada masyarakat diharapkan untuk melakukan pencegahan terjadinya abortus dengan meningkatkan keluarga Berencana (KB) serta kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan penyuluhan kepada Ibu PUS yang mengalami abortus mengenai pencegahan abortus pada kehamilan berikutnya.


(19)

ABTRACTS

Abortion is an important public health problem because it’s often associated with maternal morbidity and mortality in the form of bleeding complications and sepsis. in the world, there are 114 cases of abortion in per hour and in 2010 maternal mortality; around 4% in Indonesia.

This study is to know the characteristics of Eligible couple who experienced abortion in Santa Elisabeth hospital in 2010-2013, this study used case series design. The population are same as the sample totally 106 people.

The highest proportion in the age group 28-31 years is 32,1%, Bataknese 85,5%, Protestant christian 59,4%, housewife 40,6%, Medan 83,0%, miscarriage 70,7%, the first trimester 91,5%, no history of abortion 84,9%, unsafe parity 72,4%, spontaneous abortion 99,1%, incompletus abortion 77,4%, no complications 95,3%, no history of diseases 79,2%, curettage 77,4%, not referral 55,7%, the average duration of patient care is 2 days,97,2% healthy after treatment, own expanse 80,2%.

There was no significant proportion difference between parity based on history of abortion (p= 0,274),parity based on complications(p= 0,320), complication based on circumstances after treatment (p= 1.000), medical management by circumstances after treatment (p= 0,128),length of treatment by the complication (0,145), length of treatment by the history of diseases (p=0,066), in eligible couple having abortion with the conservative medical treatment, the average duration of treatment was significantly higher than curettage (3 days vs 2 day; t=-4,049)

Santa Elisabeth hospitalis expected to complete the record of status card which is related to abortion history. It is expected for society to make prevention of abortion by to improve family planning and to related parties to do counseling for eligible couple.


(20)

1.1Latar Belakang

Dalam pembukaan 1945 tercantum bahwa salah satu tujuan nasional Bangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diselenggarakan program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan, dimana salah satunya adalah pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2013)

Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor. Sehat juga diartikan sebagai keadaan dimana seseorang ketika diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak mendapat tanda-tanda penyakit atau kelainan. Sedangkan kesehatan adalah keadaansejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis(Mubarak dan Chayatin2012).

Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal. Kondisi abnormal pada kehamilan dapat berupa komplikasi kehamilan, dimana salah satu bentuk dari komplikasi kehamilan adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya proses kehamilan sebelum fetus atau janin mampu hidup di luar kandungan pada umur kurang dari 20 minggu. Abortus yang dilakukan tanpa tindakan disebut abortus spontan


(21)

2

sedangkan abortus yang berlangsung akibat tindakan sengaja disebut abortus buatan(Chalik, 1998).

Saat ini abortus masih merupakan masalah kontroversi di masyarakat Indonesia. Namun terlepas dari kontroversi tersebut, abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, hipertensi dan infeksi. Namun sebenarnya abortus merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi kematian ibu yang diakibatkan oleh komplikasi abortus sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis (Muharikah, 2014).

Komplikasi yang sering terjadi ketika terjadi abortus adalah perdarahan yang bisa terjadi mendadak dengan jumlah yang banyak dan bisa menyebabkan syok. Perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen juga bisa terjadi pada saat penanganan dengan metode kuretasi.Abortus juga dapat menyebabkan Korio karsinoma sekitar 15 sampai 20%(Ida, 2010).

Kematian akibat abortus yang tidak aman merupakan masalah serius di dunia, karena risiko maternal 100-500 kali lebih tinggi akibat abortus yang dilakukan secara tidak amandaripada abortus yang aman(Royston, Armstrong,1994). Hal ini dapat dilihat dari laporan WHO (2008) yang menyatakan bahwa satu dari delapan kematian ibu (13%) adalah akibat abortus yang dilakukan secara tidak aman.Menurut Depkes (2013) pada tahun 2010 sekitar 4% kejadian abortus menyumbang terjadinya


(22)

Prawirohardjo (2010) mengatakan bahwa di seluruh dunia terjadi sekitar 114 kasus abortus perjam, dimana terdapat 15- 20 % kejadian abortus spontan, dan bila ditinjau lebih lanjut kejadian abortus spontan bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angkachemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu pertama setelah konsepsi.

Abortus ilegal termasuk Unsafe abortion yang dilakukan bukan atas dasar pertimbangan medis yang sah sehingga dilarang oleh hukum. Menurut Undang-Undang Kesehatan tahun 2009, abortus buatan atau tindakan yang disengaja untuk menghentikan proses kehamilan dilarang karena dianggap suatu kejahatan kecuali dilakukan sebagai tindakan menyelamatkan jiwa dan kesehatan ibu.WHO (2008) melaporkan setiap tahun sekitar 42 juta kasus abortus pertahun, dengan catatan 22 juta(52,4%) dilakukan dengan aman yaitu menggunakan metodedan alat-alat yang dianjurkan Badan Kesehatan Dunia. Sisanya sebanyak 20 juta (48,6%) dilakukan secara tidak aman.Di negara berkembang, dari 210 juta kehamilan yang terjadi tiap tahun, sekitar 75 juta kehamilan tidak direncanakan dan 40-50 juta kehamilan diperkirakan diakhiri dengan aborsi.

Menurut Sedgh (2012), angka kasus Abortus Provokatusdi dunia tahun 1995, 2003, dan 2008, berturut-turut sebesar 35, 29 dan 28 kasus per 1.000 wanita usia 15 – 44 tahun. Angka aborsi di Asia yaitu berada pada rentang 26 – 36 per 1.000 wanita usia 15 – 44 tahun. Sementara di Afrika pada tahun 2008 hampir semua abortus (97%) merupakan unsafe abortion.

Di Amerika Serikat pada tahun 2011 sebanyak 730.322 terdapat kasus abortus yang dilaporkan dari 46 wilayah yang disurvei, dimana terdapat angka 13,9


(23)

4

kasus abortus dari 1.000 wanita usia 15-44 tahun dan 219 kasus abortus dari 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun 2010 angka tersebut mengalami penurunan sebesar 5% (CDC USA, 2014). Sementara penelitian yang dilakukan oleh Nojomi, (2005), dari 2.470 wanita Iran yang diteliti, 775 (45,7%) pernah mengalami abortus, dimana 20,6% nya adalah abortus yang disengaja, dan 74,2% adalah abortus spontan.

Pada tahun 2000 di Indonesia sekitar 2 juta abortus spontan terjadi, dengan angka kasus pertahun 37 per 1000 perempuan usia reproduksi(15-49 tahun).Perkiraan ini cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia, yaitu sekitar 29 aborsi terjadi setiap 1000 perempuan usia reproduksijelas. Sementara tingkat aborsi yang diinduksi tidak begitu (Budi Utomo, 2008).Laporan dari rumah sakit pendidikan di Indonesia menunjukkan kejadian abortus bervariasi antara 2,5-15%.

Menurut Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2011, dalam kurun 3 tahun selama tahun 2008 - 2010 terus terjadi peningkatan kasus aborsi. Pada tahun 2008 tercatat kasus aborsi sebesar 2 juta kasus kemudian pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjad 2,3 juta kasus, dan pada tahun 2010 menjadi 2,5 juta kasus aborsi.Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2006 kasus aborsi di Indonesia mencapai 2 juta kasus setiap tahunnya, kemudian pada tahun 2008 kasus aborsi di Indonesia meningkat menjadi 2,3 juta kasus setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut terjadi aborsi yang tidak aman(unsafe abortion)mencapai 55%. Dari jumlah tersebut angka kematian ibu yang disebabkan


(24)

Dari penelitian Maemunah (2013) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dari 197penderita abortus terdapat 147 orang (74,6%) yang mengalami abortus spontan dan 50 orang (25,4%) mengalami abortus provokatus.Di rumah sakit Martha Friska Medan pada tahun 2007-2009 tercatat 183 penderita abortus dimana terdapat abortus spontan 95,6%, dan abortus inkompletus 57,4 %. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqiana Halim di RSUD dr. Pringadi Medan terdapat 100 kasus abortus dengan riwayat kejadian abortus spontan 70%. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Wong Sai Ho di Adam MalikMedan pada tahun 2010, dijumpai prevalensi abortussebanyak 31 orang(7,1%) dari 451 ibu hamil yang berobat di Department Obstetri.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai abortus, khususnya yang terjadi atau ditangani di rumah sakit. Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada Bidang Rekam Medikdi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010 – 2013, diperoleh data Ibu PUS yang mengalami abortus sebanyak 106 kasus. Tahun 2010 terdapat 29 kasus (26,9%), 2011 terdapat 26 kasus ( 24,1%), tahun 2012 terdapat 25 kasus (23,1%), dan pada tahun 2013 terdapat 26 kasus (25,9%).

1.2Rumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik Ibu PUS yang mengalami abortus tahun 2010-2013.

1.3 Tujuan Penelitan 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2010-2013.


(25)

6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan sosiodemografi yang meliputi umur, suku,agama,pekerjaan, dan tempat tinggal. b. Mengetahui distribusi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan mediko

obstetri yang meliputi: keluhan,umur kehamilan, paritas,frekuensi abortus, riwayat kejadian abortus, klasifikasi abortus secara klinis, komplikasi, danriwayat penyakit.

c. Mengetahui distribusi proporsi IbuPUS yang mengalamiabortus berdasarkan status rawatan yang meliputi: penatalaksanaan medis, lama rawatan rata-rata, asal rujukan, keadaan sewaktu pulang, dan sumber pembiayaan.

d. Mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan klasifikasi abortus secara klinis.

e. Mengetahui perbedaan proporsi paritas berdasarkan riwayat kejadian abortus. f. Mengetahui perbedaan proporsi paritas berdasarkan komplikasi.

g. Mengetahui perbedaan proporsi komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

h. Mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

i. Mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi. j. Mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan riwayat penyakit. k. Mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan


(26)

1.4Manfaat Penelitian

a. Masukan kepada pihak rumah sakit mengenai karakteristik Ibu PUS yang mengalamiabortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 untuk perencanaan pelayanan kepada Ibu PUS yang mengalami abortus di masa mendatang.

b. Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah di FKM USU.

c. Sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan data tentang abortus terutama bagi yang melakukan penelitian berkaitan dengan karakteristik Ibu PUS yang mengalami abortus.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Abortus

Pengertian Abortus menurut Chalik (1998) ialah kehamilan yang berhenti prosesnya sebelum umur 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang. Abortus menurut Taber yaitu berakhirnya kehamilan sebelum periode viabilitas janin, yaitu yang berakhir sebelum berat badan janin 500 gram. Bila berat badan tidak diketahui, maka perkiraan lama kehamilan kurang dari 20 minggu lengkap (Taber,1994). Sementara WHO mendefenisikan abortus sebagai kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan maupun disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu.

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram bertahan hidup, maka abortus ditentukan sebagai berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.

2.2Klasifikasi Abortus

2.2.1 Abortus Berdasarkan Riwayat Kejadiannya a. Abortus Spontan (Spontaneus Abortion)

Abortus yang terjadi tanpa disengaja atau tanpa didahului tindakan apapun. Artinya abortus terjadi karena kelainan, gangguan, dan penyakit


(28)

b. Abortus Buatan (Provokatus Abortion)

Abortus yang terjadi karena disengaja dengan maksud-maksud tertentu.

2.2.2 Abortus Berdasarkan Pelaksanaannya

a. Abortus provokatus medisinalis (Abortus Legal)

Pengguguran kandungan yang dilakukan atas dasar pertimbangan untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil. Misalnya jika ibu tersebut mengalami penyakit yang sangat berat.

b. Abortus provokatus kriminalis (Abortus Ilegal)

Pengguguran kandungan yang dilakukan bukan atas pertimbangan keselamatan jiwa ibu hamil.

2.2.3 Abortus Berdasarkan Gambaran Klinis

a. Abortus mengancam (imminens)

Abortus yang ditegakkan jika muncul rabas vagina mengalami perdarahan selama paruh pertama pertama kehamilan.

b. Abortus tak terelakkan (insipiens)

Perdarahan per vagina yang hebat karena area plasenta yang luas terlepas dari dinidng uterus mengakibatkan kehamilan mustahil untuk dilanjutkan.

c. Abortus yang Tidak Lengkap (inkomplet)

Kondisi dimana sebagian atau seluruh bagian plasenta tertahan,walaupun janin sudah dikeluarkan, sehingga terjadi perdarahan hebat walaupun nyeri dapat hilang.

d. Abortus Lengkap (komplet)


(29)

10

e. Kegagalan kehamilan dini (missed abortion)

Kehamilan dengan janin yang sudah mati tetapi jaringan janin dan plasenta tertahan di dalam uterus.

f. Abortus septik

Abortus disertai infeksi beratdengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah.

g. Abortus infektious

Abortus yang disertai infeksi pada genitalia. h. Abortus yang Berulang (habitualis)

Abortus yang berulang 3 kali berturut-turut atau lebih. Wanita yang mengalami abortus habitualis tidak mengalami kesulitan untuk hamil, tetapi kehamilannya terhenti sebelum waktunya.

2.3Gejala Klinis

1. Perdarahan

Berlangsung ringan sampai dengan berat. Perdarahan pervaginam pada abortus imminens biasanya ringan berlangsung berhari-hari dan warnanya merah kecoklatan.

2. Nyeri

Rasa nyeri seperti pada waktu haid di daerah suprasimfiser, pinggang dan tulang belakang yang bersifat ritmis. Hal ini disebabkan karena rahim berkontraksi ketika hasil konsepsi berusaha dikeluarkan (Chalik,1994).


(30)

3. Febris

Menunjukkan proses infeksi intra genital,biasanya disertai lokia berbau dan nyeri pada waktu pemeriksaan dalam (Fitria, 2007).

2.4Patogenesis Abortus

Pada umumnya abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin, diikuti perdarahan ke dalam desidua basalis. Selanjutnya terjadi nekrosis pada jaringan sekitar daerah yang mengalami perdarahan tersebut yang mengakibatkan pelepasan hasil konsepsi dari tempat implantasinya, dan berakhir dengan perdarahan per vaginam. Pelepasan hasil konsepsi baik seluruhnya maupun sebagian, diinterpretasi sebagai benda asing, sehingga uterus mulai berkontraksi untuk mendorong benda asing keluar rongga rahim (Chalik, 1997)

Sebelum minggu ke-10 seluruh hasil konsepsi biasanya dapat keluar dengan lengkap karena vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua. Pada kehamilan 10- 12 minggu, korion tumbuh cepat dan hubungan antara vili korialis dengan desidua makin erat sehingga abortus pada fase ini sering menyisakan plasenta (Krisnadi, Annwar, 2013). Pengeluaran hasil konsepsi terdiri dari 4 tahap yaitu:

1. Kantung korion keluar pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan desidua.

2. Kantung amnion dan isinya didorong keluar meninggalkan korion dan desidua.

3. Pecah amnion disertai putusnya tali pusat dan pendorongan janin keluar tetapi sisa amnion dan korion tetap tertinggal.


(31)

12

4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong secara utuh

2.5Komplikasi Abortus

Risiko komplikasi akibat abortus antara lain: 1. Perdarahan

Perdarahan dapat disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cedera organ panggul maupun usus. Kematian akibat perdarahan umumnya disebabkan oleh tidak tersedianya darah atau fasilitas transfusi darah di rumah sakit (Royston, Amstrong, 1994).

2. Syok dan Infeksi

Komplikasi dini yang paling sering adalah sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh produk pembuahan masih tertahan di dalam rahim. Jika tidak diatasi dapat terjadi infeksi yang menyeluruh sehingga menyebabkan abortus septik. Jika abortus septik dibiarkan dan tidak diobati , pasien dapat mengalami syok septik (Chalik, 1994).

3. Gangguan pembekuan darah

Komplikasi pengguguran yang potensial fatal adalah bendungan sistem pembuluh darah oleh bekuan darah,gelembung udara, atau cairan, gangguan mekanisme pembekuan darah yang berat yang disebabkan oleh infeksi yang berat, keracunan obat-obat abortif yang menimbulkan gagal ginjal.

4. Hematometra

Kondisi ketika darah terperangkap di dalam uterus yang ditandai dengan rasa nyeri di bagian abdomen bawah disertai dengan perdarahan. Penanganannya


(32)

2.6Epidemiologi Abortus

2.6.1 Distribusi dan Frekuensi Aborsi

Kejadian abortus tidak dapat diketahui secara pasti seberapa sering terjadi karena:

1. Abortus yang terjadi hanya beberapa hari terlambat haid tidak dirasakan sebagai keguguran oleh wanita tersebut dan tidak ada yang mengetahui wanita tersebut mengalami keguguran.

2. Karena aborsi ilegal kecuali dengan alasan medis, banyak wanita yang terlanjur hamil, menggugurkan kandungannya secara sembunyi-sembunyi dan tidak pernah muncul ke permukaan kecuali komplikasi.

3. Pada beberapa kasus hiperplasia endometrium dinyatakan sebagai abortus. a. Berdasarkan Orang

Prevalensi abortus spontan bervariasi sesuai kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasinya.Menurut penelitian Gracia (2005), Warbuton, (1964), Wilson (1986), yang terdapat dalam William’s Obstetri frekuensi abortus meningkat dua kali lipat dari 12 persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 persen pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, namun belum diketahui apakah keguguran tersebut dipengaruhi oleh usia dan paritas.

Bou dan Boue (1978) melaporkan insidens rata-rata abortus spontan pada semua kehamilan yang didiagnosis adalah 15 persen. Menurut pengamatan mereka bila kehamilan pertama terjadi abortus spontan, kemungkinan kehamilan berikutnya akan berakhir dengan abortus spontan adalah 15 persen tidak peduli bagaimana kariotype abortus yang pertama.


(33)

14

Therapel,dkk (1985) meringkaskan data dari 79 studi terhadap pasangan yang mengalami lebih dua kali keguguran. Data ini mencakup 8208 wanita dan 7834 pria, dan kelainan kromosom terdeteksi pada 2,9 persen insiden yang lima kali lebih besar dari populasi umum.

Pada tahun 2005, total 1,22 juta abortus legal dilaporkan ke Center for Disease Control and prevention (Gambel,dkk 2005). Jumlah total ini telah berkurang setiap tahun sejak tahun 2002, tapi hal ini paling sedikit disebabkan oleh klinik-klinik yang memberikan laporan medis kasus abortus secara inkonsisten.

b. Berdasarkan Tempat

Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 40-70 aborsi per 1.000 wanita usia reproduktif baik aborsi legal maupun ilegal. Seperlima dan sepertiga dari semua kehamilan diakhiri dengan aborsi (Chalik, 1994). Di Negara berkembang dari 210 juta kehamilan yang terjadi tiap tahun, sekitar 40-50 juta diakhiri dengan abortus. Berdasarkan data Riskesdas 2010 angka kejadian abortus secara nasional di Indonesia adalah 4%, dimana dari semua kejadian abortus 6,54% diantaranya abortus yang disengaja.

c. Berdasarkan Waktu

Angka absolute abortus mengalami penurunan tahun 1995 hingga 2003, dari sekitar 45,5 juta tahun 1995 menjadi 41,6 juta pada tahun 2003 atau dari 35 kasus abortus per 1.000 wanita usia 44 tahun 1995 menjadi 29 per 1.000 wanita usia 15-44 tahun pada 2003. Penurunan yang terbesar terjadi di Eropa Timur yang mengalami penurunan sebesar 51%. Dari 90 per 1.000 wanita usia 15-44 tahun


(34)

mengalami penurunan dari 37 menjadi 31 per 1.000 wanita usia reproduksi, Di Asia dan Afrika juga mengalami penurunan dari 33 menjadi 29 per 1.000 perempuan usia reproduksi (WHO, 2008)

2.6.2 Faktor Determinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus ialah sebagai berikut: a) Gangguan pada Perkembangan Zigot

Adanya kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin dini, atau kadang-kadang plasenta menjadi salah satu faktor yang meinyebabkan dilakukannya abortus. Tiga perempat dari aborsi aneuploidi terjadi sebelum 8 minggu. Pada abortus spontan 50- 60% penyebab utama adalah kelainan kromosom pada janin ( Cunningham dkk, 2013)

b) Faktor Kesehatan Ibu

Pada kehamilan dini penyakit kronis yang melemahkan seperti tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus karena penderita seringkali meninggal sebelum melahirkan. Hipertensi jarang menyebabkan abortus, tetapi dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Abortus spontan secara independent berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia tipe 1(HIV-1) pada ibu. Selain itu terdapat bukti yang mendukung peran Myccoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dalam abortus. Infeksi kronis oleh organisme seperti Brucella abortus, Campylobacter fetus, Toxoplasma gondii, Listeria monocytogenenes atau Clamydia trachomatis belum terbukti berkaitan dengan aborsi spontan (Chalik, 1998)


(35)

16

Terdapat hubungan nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun, misalnya pada sistemik lupus eritematosus (SLE) dan antiphospolipid antibodi(aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Sebagian kematian janin dihubungkan dengan adanya aPA.

Hipotiroidisme klinis tidak berkaitan dengan peningkatan insiden abortus. Akan tetapi wanita dengan Hipotiroidime subklinis dan dengan autoantibodi tiroid mungkin memperlihatkan peningkatan resiko. Abortus spontan dan malforasi kongenital mayor meningkat pada wanita diabetes tergantung insulin, dan risiko ini berkaitan dengan derajat pengendalian metabolik (Cunningham dkk, 1991).

c) Faktor Sperma

Sperma yang mengalami translokasi kromosom apabila berhasil menembus zona pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang memiliki material kromosom yang tidak normal yang bisa menyebabkan keguguran. Jika pada analisis sperma terdapat lebih dari 50% spermatozoa yang berkepala abnormal, keguguran juga meningkat (Royston,Armstrong,1994).

d) Faktor Lingkungan

Dalam dosis memadai radiasi adalah suatu abortifasien, bukti bukti yang ada sekarang menyatakan bahwa tidak ada peningkatan risiko abortus dari dosis radiasi kurang dari 5 rad. Diperkirakan 1-10% malforasi janin diakibatkan karena paparan obat, bahan kimia, dan radiasi dan berakhir dengan abortus. Contohnya adalah paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau,begitu juga dengan paparan rokok yang mengandung banyak zat kimia yang mempunyai efek vasoaktif yang


(36)

e) Umur

Usia mempengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia 20 tahun dan diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia muda, karena pada usia muda/remaja, alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil. Separuh dari abortus terjadi karena kelainan sitogenik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Trisomi timbul karena nondisjunction meiosis selama gametosis. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia.

f) Laparotomi

Pada umumnya makin dekat tempat operasi dengan organ pelvis, makin besar kemungkinan untuk mengalami abortus. Trauma laparotomi terkadang menyebabkan abortus. Peritonitis meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus (Macdonald dkk,1991).

g) Pendidikan

Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan faktor pencetus yang berperan mempengaruhi keputusan seseorang berperilaku sehat. Kurangnya pengetahuan mengenai ketersediaan alat kontrasepsi yang mencegah kehamilan juga pelayanan keluarga berencana yang dapat menekan jumlah anak maka wanita akan terpaksa mengakhiri kehamilan yang yang tidak diinginkan dengan abortus (Bensondkk, 2008). Menurut studi analisis di 3 klinik oleh Jakarta Population Council (1997-1998) terdapat kasus abortus 58,1% berpendidikan SLTA, 19,1% perguruan tinggi, 10,2% SLTP, 8,2% SD, dan 0,4% buta huruf.


(37)

18

Pasien yang melakukan abortus umumnya adalah perempuan yang sudah menikah dengan unmeet need untuk kontrasepsi. Dari penelititan-penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sebagian besar perempuan yanng melakukan aborsi atau induksi haid di klinik atau rumah sakit memiliki profil khusus; mereka cenderung sudah menikah dan berpendidikan (Guttmacher, 2008).

h) Sosial Ekonomi

Kemiskinan dapat mempengaruhi terjadinya abortus dengan alasan kondisi ekonomi yang rendah sehingga wanita mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan sehingga wanita mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan aborsi yang tidak aman yaitu dengan usaha sendiri, misalnya minum jamu, memijat perut, memasukkan benda-benda tertentu, dan meminta pertolongan dukun (Koblinksy,1997).

i) Paritas

Paritas 2-3 merupakan paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi karena keadaan rahim yang lemah, sehingga dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan. Penelitian yang dilakukan Viel di Amerika Latin (1997), bahwa risiko abortus provokatus 2,5 kali lebih tinggi pada wanita yang memiliki >5 orang anak dibandingkan dengan wanita yang memiliki 1 orang anak (Wiknjosastro, 2002).


(38)

j) Faktor Psikososial

Menurut SKRT (1995) faktor penyebab seorang perempuan melakukan aborsi adalah faktor psikososial (57,5%) yaitu hasil hubungan seksual di luar nikah, perkosaan, dan cacat janin. Perkosaan merupakan kejadian yang amat traumatis untuk perempuan yang menjadi korban. Jika perkosaan mengakibatkan kehamilan ternyata mengakibatkan pengalaman traumatis bertambah besar dan apabila dipaksakan melanjutkan kehamilannya hingga bayinya lahir maka perempuan tersebut dapat menjadi gila. Dalam kasus ini indikasi medis dapat dipertimbangkan, karena abortus buatan diperlukan untuk menjamin kesehatan jiwa ibu.

2.7Pandangan Terhadap Abortus

Setiap negara di dunia terdapat beberapa situasi yang mengizinkan aborsi untuk menyelamatkan nyawa ibu, alasan pemberian izinnya bervariasi di seluruh dunia. Kebijakan terapeutik yang yang dikeluarkan oleh American College of Obstetrician and Gynecologist yaitu:

1. Bila kelangsungan kehamilan dapat mengancam hidup wanita atau merusak kesehatannya.

2. Bila kehamilan merupakan akibat perkosaan atau hubungan saudara (incest).

3. Bila kelanjutan kehamilan akan menghasilkan kehamilan anak dengan deformitas fisik yang berat atau retardasi mental.

Aborsi pada saat ini memang pro dan kontra di tengah masyarakat, ada yang pro aborsi yaitu masyarakat yang ingin melegalkan aborsi dan ada yang kontra terhadap aborsi yaitu golongan yang menentang tindakan aborsi. Sering kali


(39)

20

perdepatan itu terpusat pada dua kutub. Kutub pertama berargumentasi bahwa aborsi merupakan hak, maka aborsi yang aman menjadi hak pula. Kutub kedua mempertahankan aborsi sebagai pelanggaran nilai sosial. Fakta menunjukkan bahwa Indonesia tidak berada pada kedua-duanya. Pelayanan aborsi tidak ada, tetapi aborsi dilakukan secara diam-diam dan mempunyai ancaman ketidakamanan (Nainggolan, LH, 2006). Di Indonesia aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan nyawa ibu. Masalah aborsi buatan diatur dalam undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2.8Dampak Abortus

a. Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Secara Fisik

Menurut B. Cloves dalam bukunya“The Facts of Life” (2001), resiko yang dialami saat dan setelah abortus dapat berupa kematian mendadak karena perdarahan hebat, ataupun pembiusan yang gagal. Kerusakan leher rahim dan rahim yang sobek dapat menyebabkan gangguan pada anak berikutnya berupa gangguan perkembangan mata, otak, pernapasan serta pencernaan. Pada wanita juga bias terjadi infeksi rongga panggul, dan infeksi lapisan rahim. Abortus yang terjadi berulang kali juga dapat menyebabkan serviks yang inkompeten. Pembukaan paksa serviks dari aborsi berulang dapat melemahkan atau menyebabkan keguguran, atau sulit mempertahankan berat bayi pada kehamilan berikutnya.

b. Gangguan Psikologi dan Mental

Selain memiliki resiko tinggi bagi kesehatan dan keselamatan fisik, aborsi juga mengakibatkan dampak yang hebat pada mental pelaku aborsi.


(40)

Sanberg (1980) mengemukakan bahwa wanita yang melakukan aborsi mengalami dampak psikologi depresi, takut, cemas, insomnia, serta ketergantungan alcohol dan obat. Reardon (2002) juga menyatakan bahwa secara psikologis aborsi menyebabkan perasaan malu, takut dan depresi. Wanita yang mengalami aborsi sering mengalami gejala PASS (Post-Traumatic Stress Disorder) gejala PASS antara lain depresi, ketidakmampuan untuk berfungsi secara normal, tidak bertanggungjawab, menyakiti diri sendiri, dan pikiran untuk mengakhiri hidup.

2.9Pencegahan Abortus 2.9.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang berperan dalam terjadinya abortus, agar wanita terhindar dari abortus dan tidak melakukan abortus ilegal. Pencegahan primer yang lebih diutamakan adalah promosi dan pendidikan kesehatan mengenai abortus. Terjadinya abortus sering dikaitkan dengan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah dengan penggunaan kontarasepsi yang tepat dan adekuat. Dengan demikian diperlukan promosi kepada pasangan maupun individu tentang pilihan luas metode kontrasepsi, termasuk kontrasepsi darurat yang sesuai.

Pendidikan tentang abortus dapat dilakukan dengan memberikan informasi tentang status abortu legal, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan bagaimana mengakses layanan berkualitas tinggi untuk manajemen komplikasi akibat abortus dan metode keluarga berencana pasca abortus (WHO, 2008).


(41)

22

2.9.2 Pencegahan Sekunder

Pada pencegahan sekunder dilakukan dengan cara menegakkan diagnosa secara tepat, dan mengadakan pengobatan yang cepat untuk menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi akibat keterlambatan penanganan.

a. Diagnosis

Terdapat tiga dasar dalam diagnosa klinis abortus yaitu; anamnesis, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didasarkan akan adanya perdarahan dari jalan lahir serta nyeri perut. Pemeriksaan dalam didasarkan pada ditemukannya fluksus, ostium uteri tertutup, dan ukuran uterus sesuai usia kehamilan, sementara pemeriksaan penunjang didasarkan atas ditemukannya tanda-tanda keberadaan janin dengan menggunakan USG (Krisnadi dkk, 2013).

b. Penanganan abortus

Penanganan abortus dapat dilakukan dengan istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur terpenting dalam pengobatan ,karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Apabila hasil konsepsi sudah keluar tapi masih ada yang tertinggal dalam uterus, maka harus segera dikeluarkan karena perdarahan tidakakan berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan.

Secara umum ada dua tindakan yang dilakukan oleh tenaga media suntuk menangani penderita abortus yaitu:

1. Bedah


(42)

abortus juga ditangani dengan cara laparotomi. Pengeluaran hasil konsepsi dilakukan dengan pembedahan seperti bedah ceaser.

2. Konservatif

Abortus medis dilakukan dengan cara memberikan obat abortifasien yang efektif dan aman yang biasanya dilakukan pada masa kehamilan dini. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan RU486 (mifepristin), infus intra-amnion, dan prostaglandin. Penanganan abortus yang baik setelah pengeluaran hasil konsepsi adalah istirahat-baring (Wiknjosastro, 2002).

2.9.3 Pencegahan Tersier

Dalam proses pemberian layanan asuhan pasca aborsi,pasien membutuhkan konseling, perhatian, pemahaman, dan empati selama pemberian asuhan. Dalam memberikan asuhan pasca aborsi, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah mengatasi situasi segera akibat abortus seperti perdarahan dan syok. Setelah kondisi wanita ini stabil, hal selanjutnya dilakukan yang sama pentingnya adalah memberikan asuhan tindak lanjut meliputi peredaan nyeri, dukungan psikologis, konseling pasca aborsi, dan pemeriksaan lebih lanjut yang mungkin diperlukan.


(43)

24

2.10 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian karakteristikIbu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013, sebagai berikut:

Karakteristik Ibu PUS yang Mengalami Abortus: 1. Sosiodemografi

Umur Suku Agama Pekerjaan Tempat tinggal

2. Mediko Obstetri

Keluhan

Umur kehamilan Paritas

Frekuensi abortus

Riwayat kejadian abortus Klasifikasi abortus secara klinis Komplikasi

Riwayat penyakit

3. Status Rawatan

Penatalaksanaan medis Lama rawatan rata-rata Asal rujukan

Sumber pembiayaan Keadaan sewaktu pulang


(44)

Penelitian dilakuan dengan metode deskriptif yang menggunakan desain case series.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut terdapat kasus Ibu PUS yang mengalami abortus.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh data Ibu PUS yang abortus yang ditangani di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 yang berjumlah 106 kasus.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh data Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2010-2013. Besar sampel adalah sama dengan populasi yaitu 106 kasus.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder yang diperoleh dari kartu status Ibu PUS yang mengalami abortus yang berasal dari rekam


(45)

26

medis Rumah Sakit Santa Elisabeth selama tahun 2010 - 2013, kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang diteliti.

3.6 Defenisi Operasional

3.6.1 Ibu Pasangan Usia Subur yang mengalami abortus adalah wanita usia 15-49 tahun yang sudah menikah dan mengalami abortus berdasarkan diagnosa dokter RS. St. Elisabeth Medan yang dicatat di kartu status.

3.6.2 Sosiodemografi Ibu PUS yang mengalami abortus dibedakan menjadi:

a.Umur adalah usia Ibu PUS yang mengalami abortus sesuai yang tercatat dalam kartu status yang dikategorikan menggunakan rumus Sturges. b.Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada Ibu PUS yang mengalami

abortus sesuai yang tercatat dalam kartu status dengan kategori: 1. Jawa

2. Batak 3. Melayu 4. Lain-lain

c.Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh Ibu PUS yang mengalami abortus sesuai yang tercatat dalam kartu status dengan kategori:

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Katolik

4. Hindu 5. Budha

d. Pekerjaan adalah kegiatan utama Ibu PUS yang mengalami abortus sesuai yang tercatat dalam kartu status dengan kategori:

1. Pegawai Negeri Sipil 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Ibu rumah tangga


(46)

e.Tempat tinggal adalah tempat dimana Ibu PUS yang mengalami abortus tinggal sesuai yang tercatat di kartu status, yang meliputi:

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

3.6.3 Faktor mediko Obstetri dibedakan atas:

a. Keluhan adalah gejala yang dirasakan oleh Ibu PUS yang mengalami abortus ketika datang ke rumah sakit sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:

1. Perdarahan

2. Sakit perut atau mulas 3. Pengeluaran hasil konsepsi

b. Umur kehamilan adalah usia kehamilan Ibu PUS yang mengalami abortus sebelum mengalami abortus sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan menjadi:

1. Umur kehamilan resiko tinggi (trimester I) 2. Umur kehamilan resiko rendah (trimester II)

c. Paritas adalah jumlah persalinan dengan anak lahir hidup yang pernah dialami Ibu PUS yang mengalami sebelum abortus sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Aman (paritas 2-3) 2. Tidak aman (≤1 dan ≥4)

d. Frekuensi abortus adalah jumlah abortus yang pernah dialami Ibu PUS yang mengalami sebelumnya. Dikategorikan sebagai berikut:

1. Tidak pernah mengalami abortus sebelumnya 2. Frekuensi jarang yaitu < 2


(47)

28

e. Riwayat kejadian abortus adalah jenis abortus berdasarkan ada tidaknya unsur tindakan dari luar sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:

1. Abortus spontan 2. Abortus buatan

f. Klasifikasi abortus secara klinis adalah jenis abortus yang dialami oleh Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan diagnosa dokter sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:

1. Abortus imminiens 5. Miss abortion 2. Abortus insipiens 6. Abortus septik 3. Abortus inkompletus 7. Abortus infeksiosus 4. Abortus komplet

g. Komplikasi adalah ada tidaknya gangguan fisiologi dan anatomis yang dirasakan oleh Ibu PUS yang mengalami abortus ketika datang ke rumah sakit sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:

1. Ada komplikasi 2. Tidak ada komplikasi

Ada komplikasi dikategorikan menjadi: 1. Perdarahan

2. Syok dan infeksi

h. Riwayat Penyakit adalah ada tidaknya riwayat penyakit yang sedang diderita Ibu PUS yang mengalami abortus sebelum mengalami abortus sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:

1. Ada penyakit 2. Tidak ada penyakit


(48)

3.6.4 Status Rawatan

a. Penatalaksanaan medis adalah tindakan yang dilakukan dalam menangani Ibu PUS yang mengalami abortus sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:

1. Kuretasi 2. Konservatif

b. Asal rujukan adalah tempat Ibu PUS mengalami abortus ditangani sebelum dirawat di rumah sakit Santa Elisabet Medan sesuai kartu status yang meliputi:

1. Rujukan rumah sakit lain

2. Rujukan bidan/ klinik/ rumah bersalin 3. Bukan rujukan

c. Lama rawatan rata-rata adalah jumlah rata-rata hari perawatan Ibu PUS yang mengalami abortus, mulai dari hari pertama masuk hingga pulang sesuai kartu status

d. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi Ibu Pus yang mengalami sewaktu pulang sesuai yang tercatat pada kartu status, dengan kategori:

1. Pulang sembuh

2. Pulang atas Permintaan sendiri 3. Meninggal

e. Sumber pembiayaan adalah asal biaya perawatan Ibu Pus yang mengalami abortus sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:

1. Biaya sendiri 2. Bukan biaya sendiri


(49)

30

3.7 Teknik Analia Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan komputer yang menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution), kemudian dianalis secara deskriptif dengan menggunakan Chi square, exact fisher,T test serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan proporsi, diagram pie, dan diagram bar.


(50)

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan H. Misbah No.7 Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik Kongregasi Fransisikanes Santa Elisabeth Medan. Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth mampu berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, atas dasar cinta kasih dan persaudaraan sejati pada era globalisasi. Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah meningkatkan derajat kesehatan, melalui sumber daya manusia yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, dengan tetap memperhatikan masyarakat lemah.

4.1.1 Pelayanan Medis, Penunjang Medis dan Penunjang Umum

Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU). Masing-masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelayanan. UGD Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan buka 24 jam dan dilengkapi oleh tenaga dokter dan perawat yang profesional. Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium, rontgen, CT-Scan, Electrokardiografi (EKG), Electroencephalografi (EEG), farmasi, fisioterapi, ruang diagnostik, hemodialisa dan laboratorium buka selama 24 jam. Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi, jaringan komputer, telepon, sumber air, listrik, pengolahan air limbah, instalasi gizi dan dapur umum, Central Steril Supply Department (CSSD), teknik pemeliharaan, kendaraan dan fasilitas.


(51)

32

4.2Analisis Deskritif

4.2.1 Distribusi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Sosiodemografi

Distribusi proporsi ibu pus yang mengalami abortus berdasarkan sosiodemografi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013

Sosiodemografi f %

Umur

20-23 6 5,7

24-27 13 12,3

28-31 34 32,1

32-35 25 23,5

36-39 15 14,2

40-43 13 12,2

Total 106 100,0

Suku

Jawa 8 7,5

Batak 91 85,9

Melayu 1 0,9

Chinesse 2 1,9

Aceh 1 0,9

India 1 0,9

Tamil 2 1,9

Total 106 100,0

Sub Suku

Batak Toba 71 78,0

Batak Karo 15 16,5

Batak Simalungun 2 2,2

Batak Mandailing 2 2,2

Batak Pakpkak 1 1,1


(52)

Sosiodemografi f % Agama

Islam 11 10,4

Kristen Protestan 63 59,4

Katolik 28 26,4

Hindu 2 1,9

Budha 2 1,9

Total 106 100,0

Pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil 15 14,2

Pegawai Swasta 31 29,2

Wiraswasta 17 16,0

Ibu Rumah Tangga 43 40,6

Total 106 100,0

Tempat Tinggal

Kota Medan 88 83,0

Luar Kota Medan 18 17,0

Total 106 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur proporsi tertinggi Ibu PUS yang mengalami abortus adalah pada kelompok umur 28- 31 dengan proporsi 32,1%. Berdasarkan suku, proporsi tertinggi Ibu PUS yang mengalami abortus adalah suku Batak dengan proporsi 85,8%. Berdasarkan agama, proporsi tertingi adalah agama Kristen Protestan dengan proporsi 59,4 %. Berdasarkan pekerjaan, proporsi tertinggi Ibu PUS yang mengalami abortus adalah Ibu Rumah Tangga dengan proporsi 40,6%. Kemudian berdasarkan tempat tinggal, proporsi tertinggi Ibu PUS yang mengalami abortus adalah bertempat tinggal di Kota Medan dengan proporsi 83,0%.


(53)

34

4.2.2 Distribusi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Mediko Obstetri

Distribusi proporsi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan mediko obstetri di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Mediko Obstetri di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013

Mediko Obstetri f (%)

Keluhan

Perdarahan 75 70,7

Sakit perut atau mulas 20 18,9

Pengeluaran hasil konsepsi 11 10,4

Total 106 100,0

Umur Kehamilan

Tahu 94 88,7

Tidak tahu 12 11,3

Total 106 100,0

Umur Kehamilan (minggu)

1 -3 2 2,2

4-6 13 13,8

7-9 44 46,8

10-12 27 28,7

13-15 7 7,4

16-18 1 1,1

Total 94 100

Umur Kehamilan

Resiko Tinggi (Trimester I) 86 91,5

Resiko Rendah (trimester II) 8 8,5

Total 94 100,0

Paritas

Aman 29 27,6

Tidak aman 77 72,4

Total 106 100,0

Frekuensi Abortus


(54)

Total 106 100,0

Mediko Obstetri f (%)

Riwayat Kejadian Abortus

Abortus spontan 105 99,1

Abortus Buatan 1 0,9

Total 106 100,0

Klasifikasi abortus Secara Klinis

Abortus imminiens 20 18,8 Abortus insipiens 2 1,9 Abortus inkompletus 82 77,4 Abortus kompletus 2 1,9

Total 106 100,0

Komplikasi

Ada komplikasi 5 4,7 Tidak ada Komplikasi 101 95,3

Total 106 100,0

Komplikasi

Perdarahan 5 100

Total 5 100,0

Riwayat Penyakit

Ada Penyakit 22 20,8

Tidak Ada Penyakit 84 79,2

Total 106 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan keluhan adalah perdarahan dengan proporsi 70,7%. Berdasarkan usia kehamilan adalah pada usia 8 minggu 22,6% dan pada trimester I dengan proporsi 91,5% Berdasarkan paritas adalah pada paritas tidak aman dengan proporsi 72,4%. Berdasarkan frekuensi abortus yang pernah dialami Ibu PUS sebelumnya adalah tidak pernah abortus dengan proporsi 84,9%. Berdasarkan riwayat kejadian abortus adalah pada abortus spontan dengan proporsi 99,1%. Berdasarkan klasifikasi klinis abortus adalah inkompletus dengan proporsi 77,4%. Berdasarkan komplikasi adalah tidak ada komplikasi dengan proporsi 95,3%.


(55)

36

Berdasarkan adanya riwayat penyakit yang dimiliki oleh Ibu PUS adalah tidak memiliki riwayat penyakit, yaitu dengan proporsi 79,2%.

4.2.3 Distribusi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Status Rawatan

Distribusi proporsi Ibu PUS yang mengalami Abortus berdasarkan status rawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Status Rawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013

Status Rawatan f (%)

Penatalaksanaan Medis Kuretasi Konservatif 83 23 78,3 21,7

Total 106 100,0

Asal Rujukan

Rujukan rumah sakit lain

Rujukan bidan/ klinik/ prakter dokter Bukan rujukan 3 44 59 2,8 41,5 55,7

Total 106 100

Keadaan Sewaktu Pulang

Pulang sembuh

Pulang atas permintaan sendiri Meninggal 103 3 0 97,2 2,8 0

Total 106 100,0

Sumber Pembiayaan

Biaya sendiri Bukan biaya sendiri

85 21

80,2 19,8

Total 106 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan penatalaksanaan medis adalah kuretase dengan proporsi 77,4%. Berdasarkan asal rujukan adalah bukan rujukan dengan proporsi 55,7%, berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang sembuh dengan proporsi


(56)

4.2.4 Lama Rawatan Rata-Rata Ibu PUS yang Mengalami Abortus

Tabel 4.4 Lama rawatan rata-rata Ibu Pus yang Mengalami Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013

Lama Rawatan Rata- Rata Mean Standar Deviation 95% CI Min Max 1,82 1,608 1,51 – 2,13

1 11

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata Ibu PUS yang mengalami abortus adalah 1,82 hari (2 hari) hari dengan SD 1,608. Artinya lama rawatan rata-rata Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah 2 hari dimana lama rawatan yang paling singkat adalah 1 hari dan lama rawatan yang paling lama adalah 11 hari.

4.3Analisis Bivariat

4.3.1 Klasifikasi Abortus Secara Klinik Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Distribusi proporsi klasifikasi abortus secara klinik Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010 - 2013 berdasarkan penatalaksanaan medis klasifikasi dapat dilihat pada tabel ini:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi Abortus Secara Klinik di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 – 2013

Klasifikasi Abortus Secara

Klinik

Penatalaksanaan Medis Jumlah

Kuretase Konservatif

F % f % f %

Imminiens 0 0 20 100 20 100

Insipiens 1 50 1 50 2 100

Inkompletus 81 98,8 1 1,2 82 100


(57)

38

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 20 Ibu PUS yang mengalami abortus iminniens 100% dengan penatalaksanaan medis konservatif, dari dua Ibu PUS yang mengalami abortus insipiens 50% dengan penatalaksanaan medis kuretase dan 50% dengan penatalaksanaan medis konservatif. Dari 82 yang mengalami abortus inkompletus 98,8% dengan penatalaksanaan medis kuretase dan 1,2% dengan penatalaksanaan medis konservatif, dan dari 2 Ibu PUS yang mengalami abortus 100% dengan penatalaksanaan medis konservatif.

4.3.2 Paritas Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus

Distribusi proporsi paritas Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010 - 2013 berdasarkan riwayat kejadian abortus dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Paritas Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 - 2013

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 105 Ibu PUS yang mengalami abortus dengan riwayat kejadian abortus spontan proporsi tertinggi adalah paritas tidak aman 73,3%, dan dari Ibu PUS yang mengalami abortus dengan riwayat kejadian abortus buatan adalah paritas aman 100%.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) dengan frekuensi harapan <5. Tabel 4.5 merupakan tabel 2x2 sehingga dilanjutkan dengan uji Fisher

Riwayat Kejadian

Abortus

Paritas Jumlah

Aman Tidak Aman

F % f % F %

Abortus Spontan 28 26,7 77 73,3 105 100


(58)

Exact diperoleh nilai p>0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi paritas berdasarkan riwayat kejadian abortus.

4.3.3 Paritas Berdasarkan Komplikasi

Distribusi proporsi paritas Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010 - 2013 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Paritas Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Komplikasi Abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth MedanTahun 2010 - 2013

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 5 Ibu PUS yang mengalami abortus dengan riwayat kejadian ada komplikasi proporsi tertinggi adalah paritas tidak aman 100%, dan dari Ibu PUS yang mengalami abortus dengan riwayat kejadian tidak ada komplikasi dengan paritas tidak aman 71,3%. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) dengan frekuensi harapan <5. Tabel 4.6 merupakan tabel 2x2 sehingga dilanjutkan dengan uji Fisher Exact diperoleh nilai p>0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi paritas berdasarkan komplikasi.

Komplikasi Paritas Jumlah

Aman Tidak Aman

f % f % f %

Ada 0 0 5 100 5 100


(59)

40

4.3.4 Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi komplikasi Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010 - 2013 berdasarkan riwayat keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Komplikasi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 - 2013

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 103 Ibu PUS yang mengalami abortus dengan keadaan sewaktu pulang sembuh proporsi tertinggi adalah tidak ada komplikasi 95,1%, dan dari Ibu PUS yang mengalami abortus dengan keadaan sewaktu pulang adalah pulang atas permintaan sendiri merupakan tidak ada komplikasi 100%.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) dengan frekuensi harapan <5. Tabel 4.5 merupakan tabel 2x2 sehingga dilanjutkan dengan uji Fisher Exact diperoleh nilai p>0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Keadaan Sewaktu Pulang

Komplikasi Jumlah

Ada Tidak Ada

f % f % f %

Pulang sembuh 5 4,9 98 95,1 103 100

Pulang Atas permintaan sendiri


(60)

4.3.5 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penatalaksanaan medis Ibu PUS yang mengalami abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010 - 2013 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel ini:

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010 - 2013

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 103 Ibu PUS yang mengalami abortus dengan keadaan sewaktu pulang sembuh proporsi tertinggi adalah dengan penatalaksanaan medis kuretase 78,6%, dan dari dari 3 Ibu PUS yang mengalami abortus dengan keadaan sewaktu pulang adalah pulang karena permintaan sendiri proporsi tertinggi adalah dengan konservatif 66,7%.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) dengan frekuensi harapan <5. Tabel 4.5 merupakan tabel 2x2 sehingga dilanjutkan dengan uji Fisher Exact diperoleh nilai p>0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi penatalaksanaan medis dengan keadaan sewaktu pulang.

Keadaan Sewaktu Pulang

Penatalaksanaan Medis Jumlah

Kuretase Konservatif

f % f % f %

Pulang Sembuh 82 79,6 21 20,4 103 100

Pulang Atas Permintaan Sendiri


(61)

42

4.3.6 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Komplikasi

Lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.10 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2010-2013

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari 5 Ibu PUS yang mengalami abortus dengan komplikasi adalah 2,87 (3 hari) dan lama rawatan rata-rata dari Ibu PUS yang mengalami abortus tanpa komplikasi adalah 1,78 (2 hari).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh nilai p>0.05. Artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata ibu PUS yang menderita abortus berdasarkan komplikasi abortus.

4.3.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Riwayat Penyakit

Lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.11 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Riwayat Penyakit di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2010-2013

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari 22 Ibu PUS yang mengalami abortus dengan ada riwayat penyakit adalah 2,32 (2 hari) dan

Komplikasi Lama Rawatan Rata-Rata (hari)

n Mean SD

Ada 5 2,87 2,168

Tidak ada 101 1,78 1,566

Riwayat Penyakit Lama Rawatan Rata-Rata (hari)

n Mean SD

Ada 22 2,32 2,255


(62)

lama rawatan rata-rata dari Ibu PUS yang mengalami abortus dengan tidak ada riwayat penyakit adalah 1,70 (2 hari).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh nilai p>0.05. Artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata ibu PUS yang menderita abortus berdasarkan riwayat penyakit.

4.3.8 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Lama rawatan rata-rata berdasarkan Penatalaksanaan Medis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4.12 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2010-2013

t= -4,049 df=104 p= 0,000

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari 82 ibu PUS yang mengalami abortus dengan komplikasi adalah 1,51 (2 hari) dan lama rawatan rata-rata dari Ibu PUS yang mengalami abortus tanpa komplikasi adalah 2,92 (3 hari). Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh nilai p<0.05. Artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata ibu PUS yang menderita abortus berdasarkan penatalaksanaan medis.

Penatalaksanaan Medis

Lama Rawatan Rata-Rata (hari)

n Mean SD

Kuretase 82 1,51 0,997


(63)

BAB V PEMBAHASAN

5.1Distribusi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Sosiodemografi 5.1.1 Umur

Proporsi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan umur di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada gambar ini.

Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Umur di Rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur proporsi tertinggi Ibu PUS yang mengalami abortus adalah kelompok umur 28-31 tahun 32,1% dan proporsi terendah adalah pada umur 20-23 tahun 5,7%.Pada penelitian ini umur Ibu PUS terendah adalah 20 tahun, dengan riwayat abortus spontan dan umur tertinggi adalah 43 tahun dengan riwayat abortus spontan.

Hal ini menunjukkan bahwa di usia tersebut merupakan keadaan yang 5.7

12.3

32.1

23.6

14.2

12.3

0 5 10 15 20 25 30 35

20-23 24-27 28-31 32-35 36-39 40-43


(64)

Azhari (2002) yang menyatakan bahwa umur reporduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20-35 tahun . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Panjaitan (2007-2009) di rumah Sakit Martha Friska Medan dengan desain penelitian case series bahwa yang mengalami abortus adalah kelompok umur 26-29 tahun 25,1%.

5.1.2 Suku

Proporsi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan suku di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada gambar ini.

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013

Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa berdasarkan suku proporsi Ibu PUS yang mengalami abortus adalah suku Batak 86,1% dimana proporsi tertinggi subsuku dari Batak adalah Batak Toba 78%. Suku lain yang ada selain, Jawa, Melayu dan Batak adalah Aceh, Chinesse, India, dan Tamil. Hal ini bukan berarti bahwa suku Batak berisiko terhadap kejadian abortus tetapi hal ini menunjukkan

85,9% 7,5%

5,7% 0,9%

Batak Jawa Lain-lain Melayu


(65)

46

bahwa Ibu PUS yang mengalami abortus yang berobat ke rumah sakit Santa Elisabeth Medan mayoritas suku Batak.

5.1.3 Agama

Proporsi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan agama di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada gambar ini.

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Agama di Rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013

Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan agama proporsi tertinggi Ibu PUS yang mengalami abortus adalah Kristen Protestan 59,3% dan proporsi terendah adalah Hindu dan Budha 1,9%.Hal ini bukan berarti bahwa agama Kristen Protestan berisiko terhadap kejadian abortus tetapi hal ini menunjukkan bahwa Ibu PUS yang mengalami abortus yang berobat ke rumah sakit Santa Elisabeth Medan mayoritas agama Kristen Protestan.

10,4%

59,4% 26,4%

1,9% 1,9%

Kristen Protestan Katolik

Islam Hindu Budha


(66)

5.1.4 Pekerjaan

Proporsi Ibu PUS yang mengalami abortus berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada gambar ini.

Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Ibu PUS yang Mengalami Abortus Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2013

Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan pekerjaan proporsi ibu PUS yang mengalami abortus adalah Ibu Rumah Tangga 41%, sedangkan proporsi terendah adalah Pegawai Negeri Sipil 14%. Hal ini bukan berarti bahwa ibu yang pekerjaannya Ibu Rumah Tangga berisiko terhadap kejadian abortus tetapi hal ini menunjukkan bahwa Ibu PUS yang mengalami abortus yang berobat ke rumah sakit Santa Elisabeth Medan mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Panjaitan (2007-2009) di Rumah Sakit Martha Friska Medan dengan desain case seriesbahwa proporsi tertinggi yang abortus adalah ibu rumah tangga 74,3%, dan juga sesuai dengan penelitian Maemunah, dkk di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah

40,6%

29,2% 16%

14,2%

Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Wiraswasta


(1)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

lama rawatan rata-rata Equal variances assumed

13.801 .000 -4.049 104 .000 -1.404 .347 -2.092 -.717

Equal variances not assumed

-2.621 25.057 .015 -1.404 .536 -2.508 -.301


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)