4.6. Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang disertai pengamatan menunjukkan bahwa menurunnya jumlah masyarakat yang minum obat anti filariasis disebabkan oleh; ketidakjelasan
informasi mengenai obat anti filariasis meliputi; manfaat dan efek samping obat, persepsi masyarakat terhadap filariasis itu sendiri artinya; masyarakat menganggap
mereka tidak terancam oleh filariasistidak sakit, dan sikap acuh tak acuh dari masyarakat terhadap program kesehatan.
Mekanisme pembagian obat di masing-masing dusun berbeda. Di Dusun I, II, dan III, pembagian obat dilakukan oleh Bidan Desa, Petugas Puskesmas, Istri Kepala
Dusun dan Kader Posyandu. Mereka menjemput bolamendatangi rumah warga door to door
. Penyuluhan dilakukan pada saat pembagian obat berlangsung. Terjadi ketidakmerataan pemakaian alat bantu penyuluhan. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa warga yang mendapatkan kejelasan mengenai apa itu filariasis, manfaat obat yang dibagikan, dan kedekatan dengan petugas kesehatan akan cenderung
berpartisipasi dalam program berupa meminum obat tersebut. Sebagian besar warga yang tinggal di Dusun I, II, III adalah suku Melayu dan bekerja sebagai wiraswasta
serta berpendidikan rendah terbanyak tamat SD dan SLTP. Wilayah Dusun IV dilalui oleh sebuah aliran sungai. Dusun IV merupakan sebuah Komplek Perumahan.
Yang dihuni oleh warga yang memiliki pendidikan tinggi terbanyak SLTA. Pekerjaan warga Dusun IV lebih bervariasi antara PNS, wiraswasta, dan Pegawai
Swasta. Mekanisme pembagian obat filariasis adalah diumumkan melalui mick mesjid sehingga pengambilan obat anti filariasis berdasarkan kesukarelaan warga.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya merka mengetahui apa itu filariasis, tetapi karena mereka merasa tidak terancam oleh filariasis maka mereka tidak mengambil obat yang dibagikan di
mesjid. Dusun V terletak terpisah dari dusun I, II, III, IV. Dusun V adalah dusun yang terkenal dengan nama Desa Karo. Hal ini dikarenakan oleh sebagian besar mereka
adalah suku Karo. Dari hasil penelitian, pada umumnya mereka bekerja di ladang mereka sendiri petani coklat.
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa warga memiliki persepsi yang baik mengenai survei darah jari. Hal ini dikarenakan oleh pada saat hendak dilaksanakan
pengambilan darah pada tahun 2005, pernah dilakukan penyuluhan mengenai filariasis dan pentingnya ikut serta dalam pengambilan darah di Balai Desa. Pada
kenyataannya masyarakat memiliki persepsi yang baik mengenai survei darah jari, namun mereka enggan ikut dalam survei darah jari. Alasan mereka adalah takut ,
mereka tidak pernah diberi tahu hasil dari pemeriksaan darah tersebut, dan pada saat dilaksanakannya pengambilan darah mereka memiliki kesibukanaktivitas sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi linier berganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan, persepsi tentang
pengobatan massal, dan persepsi tentang survei darah jari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pencegahan filariasis, sedangkan variabel umur,
pendidikan, dan persepsi tentang penyuluhan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pencegahan filariasis.
5.1. Variabel Karakteristik Kepala Keluarga yang Berpengaruh Terhadap Tindakan Pencegahan Filariasis