3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik regresi linear berganda, yaitu untuk menguji pengaruh variabel karakteristik kepala
keluarga meliputi: umur, pendidikan, dan pendapatan dan persepsi kepala keluarga tentang program pemberantasan filariasis meliputi: pengobatan massal, survei darah
jari, dan penyuluhan terhadap variabel tindakan pencegahan filariasis dengan taraf uji nyata
= 0,05.
Rumus :
Keterangan : Y = variabel dependen
X = variabel independen X
1
= umur X
2
= pendidikan X
3
= pendapatan X
4
= persepsi tentang Pengobatan Massal X
5
= persepsi tentang Survei Darah Jari X
6
= persepsi tentang Penyuluhan a = konstanta
β
= koefisien regresi e = komponen kesalahan
Regresi Linier Berganda : Y = a +
β
1
X
1
+
β
2
X
2
+
β
3
X
3
+
β
4
X
4
+
β
5
X
5
+
β
6
X
6
+e
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis
Luas Kecamatan Patumbak secara keseluruhan adalah 4,679 Ha atau 46,79 Km
2
. Kecamatan Patumbak memiliki 8 Desa, diantaranya Desa Patumbak I, Desa Lantasan Baru, Desa Patumbak Kampung, Desa Marindal II, Desa Lantasan Lama,
Desa Sigara-gara, Desa Marindal I, dan Desa Patumbak II. Desa Sigara-gara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Patumbak Kampung b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Lantasan Lama dan Patumbak II
c. Sebelah Timur berbatasan dengan STM d. Sebelah Barat berbatasan dengan Marindal I
4.1.2. Data Demografi
Desa sigara-gara memiliki 5 dusun, diantaranya Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV, dan Dusun V dengan jumlah penduduk sebanyak 8.843 jiwa 1.822 KK
yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 4.519 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4.324 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. No
Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
Persentase
1 Laki-laki 4.519
51,1 2 Perempuan
4.324 48,9
Jumlah 8.843 100
Sumber: Data Potensi Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya mata pencaharian masyarakat di Desa Sigara-gara adalah Buruh tani yaitu sebanyak 1.108 jiwa. Secara rinci dapat silihat pada tabel 4.2.
berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. No
Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jiwa
Persentase
1 PNS 124
7,2 2 ABRI
15 0,9
3 Pegawai Swasta
13 0,8
4 Wiraswasta 366
21,3 5 Tani
65 3,8
6 Buruh Tani
1.108 64,4
7 Jasa 6
0,4 8 Pensiunan
20 1,2
Jumlah 1.717 100
Sumber: Data Potensi Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak tahun 2009. Berdasarkan penggolongan tingkat pendidikan, diketahui bahwa tingkat
pendidikan penduduk Desa Sigara-gara paling banyak adalah SLTA, yaitu sebanyak 4.605 jiwa. Secara rinci dapat silihat pada tabel 4.3. berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. No Pendidikan Jumlah
Jiwa Persentase
1 Tidak Tamat SD 704
8,45 2 SD
679 7,68
3 SLTP 1.810
20,99 4 SLTA
4.605 50,08
5 Akademi 369
4,66 6 Sarjana
283 3,2
7 Pendidikan Keagamaan
90 1,02
8 Dll 303
3,92
Jumlah 8.843 100
Sumber: Data Potensi Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Gambaran Program Pemberantasan Filariasis
Program pemberantasan filariasis yang berjalan di Desa Sigara-gara adalah pengobatan massal, survei darah jari, dan penyuluhan. Pengobatan massal telah
berjalan dua kali putaran, pertama pada bulan Desember tahun 2008 dan kedua pada bulan Desember tahun 2009. Survei darah jari dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara berkerja sama dengan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2005 dan survei darah jari yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2007 sehingga jumlah survei darah jari yang telah berjalan sebanyak 2 kali yang bertempat di Desa Sigara-gara dan Desa Lantasan Lama
Kecamatan Patumbak. Survei darah jari dilakukan di Balai Desa dan rumah kepala dusun I Desa Sigara-gara. Penyuluhan dilakukan di Balai desa pada tahun 2008
sebelum dilakukan pengobatan massal dan pada tahun 2009 penyuluhan dilakukan door to door
dibarengi dengan pembagian obat anti filariasis. Pada tahun 2008, pembagian obat dilakukan di Balai Desa setelah dilakukan
penyuluhan dan door to door ke rumah warga. Pada tahun 2009, pembagian obat anti filariasis dilakukan oleh petugas puskesmas, bidan desa, kepala dusun, dan kader
kesehatan. Di Dusun I,II, dan III, pembagian obat dilakukan oleh bidan desa, kader posyandu, dan istri kepala dusun. Pembagian obat dilakukan door to door mulai
pukul 08.00 pagi sampai dengan 09.30. Bagi warga desa yang tidak berada di rumah pada saat pembagian obat, dapat mengambil obat tersebut di Puskesmas, rumah
Kadus dan Bidan Desa. Di Dusun IV, pembagian obat dilakukan oleh bidan desa tanpa mendatangi penduduk. Di Dusun V, pembagian obat dilakukan oleh bidan desa
dan kader posyandu dengan mekanisme pembagian obat dilakukan di mesjid.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2007, survei darah jari dilakukan di Desa Sigara-gara dan Desa Lantasan Lama karena di dua desa inilah terdapat penderita filariasis. Survei darah
jari melibatkan warga yang bersedia diperiksa darahnya pada malam hari. Survei darah jari dilakukan di Balai Desa dan Rumah Kepala Dusun.
Penyuluhan dilakukan di Balai Desa pada tahun 2008. Untuk tahun selanjutnya tahun 2009, penyuluhan dilakukan door to door bersamaan dengan
pembagian obat anti filariasis. Pemakaian alat peraga penyuluhan berupa brosur, leaflet, dan poster tidak merata pada setiap kepala keluarga. Hal ini menyebabkan
informasi yang disampaikan kurang dipahami oleh warga. Satu poster bergambar penderita filariasis ditempel di warung nasi sehingga menimbulkan efek psikis dan
tidak efektif dalam hal promosi kesehatan. Pada saat penyuluhan, petugas kesehatan dan kader kesehatan menjelaskan
cara minum obat, dosis obat yang harus diminum bagi anak-anak, waktu minum obat, sasaran pengobatan ini, dan apabila warga mendapat efek samping obat dapat
mendatangi petugas di Puskesmas maupun di tempat prakteknya. Terdapat perbedaan materi penyuluhan yang berbeda antara petugas kesehatan dan kader kesehatan
mengenai tujuan pengobatan ini. Kader kesehatan menjelaskan bahwa pengobatan ini bertujuan untuk mencegah penyakit yang disebabkan cacing. Selama penyuluhan
petugas menyebutkan “ Ini obat cacing”, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda di masyarakat seperti pengakuan 18 responden yang menyatakan “Obat ini
hanya untuk anak-anak. Jadi gak saya minum”. Pada saat penyuluhan, petugas kesehatan tidak menjelaskan bahwa program pengobatan massal ini akan dilakukan
Universitas Sumatera Utara
setiap tahun selama 5 tahun berturut turut sehingga masyarakat tidak memahami apa saja yang menjadi program pemberantasan filariasis yang dilakukan Puskesmas.
4.3. Analisis Univariat 4.3.1. Deskripsi Karakteristik Responden