HAMBATAN YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN

BAB IV HAMBATAN YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN

PARATE EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN GADAI DI PERUM PEGADAIAN Perum Pegadaian merupakan badan usaha tunggal yang diberi wewenang menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai, dengan tujuan turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. Namun dalam kenyataannya tidak selamanya berjalan dengan baik, terkadang terdapat beberapa hambatan yang timbul dalam pelaksanaan parate eksekusi yang datang baik dari nasabah maupun dari pihak Perum Pegadaian, adapun hambatan yang timbul adalah sebagai berikut: 1. Hambatan Eksternal Hambatan eksternal yang dimaksud disini adalah hambatan yang berasal dari debitur itu sendiri atau masyarakat, pada umumnya hambatan eksternal ini adalah kurangnya kesadaran dari debitur. Dalam perjanjian kredit di Perum Pegadaian debitur diberikan Surat Bukti Kredit SBK yang dipegang oleh debitur, dan digunakan sebagai bukti bahwa dia adalah pemilik barang jaminan tersebut. 162 Di dalam SBK selalu tercantum tanggal jatuh tempo dan tanggal lelang yang biasanya selisih jaraknya minimal 15 hari. Pada SBK tanggal jatuh tempo dan tanggal lelang biasanya dilingkari, ini 162 Wawancara dengan Rudy, Dani, nasabah Perum Pegadaian, tanggal 24 Juni 2010. 114 Universitas Sumatera Utara bertujuan untuk memperjelas kapan debitur harus melunasi pinjamannya, sehingga tidak lupa. 163 Ketidaksadaran masyarakat akan masa jatuh tempo ini biasanya menimbulkan masalah dikemudian hari, biasanya masyarakat kurang memperhatikan tanggal jatuh tempo, karena kesibukan dan rutinitas sehari-hari, mereka sering lupa sehingga tidak menyadari bahwa sudah sampai pada masa jatuh tempo. Meskipun telah mendapat pemberitahuan sebelumnya oleh pihak Perum Pegadaian yang biasanya dilakukan via pos, maupun via telepon, masih ada juga debitur yang lalai, 164 dan pada akhirnya disaat pelaksanaan lelang debitur baru datang dan berniat untuk menebus barangnya. Dari hasil penelitian penulis, hal ini pernah terjadi sebagaimana yang dituturkan oleh Mirna salah satu nasabah Perum Pegadaian. Ia menyatakan pernah lupa, dan tidak memperhatikan tanggal jatuh tempo walaupun sudah mendapat pemberitahuan dari pihak Pegadaian. Dan akhirnya pada hari lelang dilaksanakan ia baru datang dan ingin menebus barang miliknya. 165 Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam SE No.48Op1.002112003 dijelaskan bahwa sebelum sampai jam 10.00 waktu setempat pada hari lelang barang jaminan Kasep barang jaminan yang telah jatuh tempo, maka nasabah masih diberi kesempatan untuk melunasi pinjamannya. 163 Wawancara dengan Rudy, Kamarudin, nasabah Perum Pegadaian, tanggal 24 Juni 2010. 164 Wawancara dengan Fadlun, Lis, nasabah Perum Pegadaian , tanggal 23 Juni 2010 165 Wawancara dengan Mirna, nasabah Perum Pegadaian, tanggal 24 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara Perum pegadaian selalu memberikan kesempatan bagi nasabah yang beritikad baik, keberadaannya benar-benar mampu memenuhi kebutuhan rakyat kecil. 166 Akan tetapi terkadang ketidaksadaran masyarakat ini didukung pula oleh bentuk perjanjian kredit gadai yang terdapat didalam Surat Bukti Kredit SBK yang dibuat dengan kata-kata yang kurang jelas dan sulit dibaca oleh nasabah, 167 serta sikap nakal beberapa pegawai Perum Pegadaian, yang terkadang tidak memberikan penjelasan kepada nasabah tentang tanggal jatuh tempo dan tanggal lelang yang tercantum dalam SBK, apalagi terhadap nasabah baru yang biasanya masih tidak mengerti mengenai aturan yang terdapat pada Perum Pegadaian, ditambah lagi jika dilihat sebagian besar nasabah perum Pegadaian merupakan golongan ekonomi menengah kebawah, dengan tingkat pendidikan yang juga tidak terlalu tinggi, sehingga jika tidak diberi penjelasan sulit bagi mereka untuk mengerti dan memahami proses dan prosedur yang berlaku. 2. Hambatan Internal Hambatan internal yang dimaksud disini adalah hambatan yang berasal dari pihak kreditur yang dalam hal ini adalah Perum Pegadaian, biasanya hambatan ini timbul dalam bentuk kesalahan administrasi dari Perum Pegadaian. Dalam pemberian pelayanan menjalin komunikasi yang baik antara nasabah dengan Perum Pegadaian merupakan salah satu kunci utama agar transaksi bisa berjalan dengan baik dan lancar. Sehingga tercipta suasana yang harmonis, saling 166 Wawancara dengan Maryam, Suwarni, Yati, Iin, nasabah Perum Pegadaian , tanggal 22 Juni 2010. 167 Wawancara dengan Era, Tati, David, nasabah Perum Pegadaian, tanggal 22 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara melengkapi dengan kedua belah pihak yang beritikad baik. 168 Namun adakalanya terjadi miscommunication antara nasabah dengan Perum Pegadaian, salah satu contoh seperti keluhan yang diungkapkan oleh Hanafi yang sudah 13 tahun menjadi nasabah tetap pada Perum Pegadaian, yang mendapat surat pemberitahuan jatuh tempo sehari setelah tanggal lelang. 169 Padahal seharusnya sesuai dengan peraturan pada Pedoman Operasional Kantor Cabang tentang pemberitahuan lelang poin d, dijelaskan pemberitahuan jatuh tempo dilakukan paling lambat 15 hari sebelum pelaksanaan lelang. Dalam hal ini nasabah merasa dirugikan, karena tidak mendapat pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba saja barang sudah di lelang. Pada akhirnya pihak Pegadaian mengakui kelalaiannya tentang keterlambatan pengiriman surat pemberitahuan, dan memberikan ganti rugi kepada nasabah, pada waktu itu ganti rugi diberikan sebesar harga taksir awal. 170 Namun terkadang keterlambatan ini juga tidak sepenuhnya kesalahan dari Perum Pegadaian, adakalanya alamat nasabah sudah berubah dan tidak memberitahukan pada Perum Pegadaian, sehingga surat pemberitahuan tidak dapat sampai ke tangan nasabah tepat pada waktunya. 171 Setiap permasalahan ataupun hambatan yang timbul sebisa mungkin diselesaikan dengan cara musyawarah sesuai dengan poin 9 dalam surat Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Barang Bergerak , yang menyatakan: apabila terjadi 168 Wawancara dengan Fadlun, Mawan, Awi, Putri, Hanafi, nasabah Perum Pegadaian, tanggal 23 Juni 2010. 169 Wawancara dengan Hanafi, nasabah Perum Pegadaian, tanggal 23 Juni 2010. 170 Wawancara dengan Hanafi, nasabah Perum Pegadaian, tanggal 23 Juni 2010. 171 Wawancara dengan Lintong Panjaitan, Humas Hukum Kanwil Perum Pegadaian Medan, tanggal 23 Juni 2004, Anhar, Kacab Perum Pegadaian Simpang Limun, tanggal 24 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara permasalahan dikemudian hari akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. Dan apabila tidak tercapai kesepakatan maka akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Setempat. 172 Selain itu jika terjadi sengketakonflik dikemudian hari dalam perjanjian gadai antara kreditur dan debitur, dapat diselesaikan dengan dua cara, yaitu: 1. Melalui Jalur Pengadilan Litigasi 2. Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa atau Alternative Dispute Resolution ADR, yaitu penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, dan arbitrase. 173 Dari sekian banyak pilihan penyelesaian ADR yang ada arbitrase merupakan penyelesaian sengketa yang paling popular dipergunakan dibandingkan dengan lembaga penyelesaian lainnya. ADR ini dapat dilakukan melalui BANI Badan Arbitrase Indonesia. 174 Sejauh penelitian penulis, tidak dilihat adanya permasalahan yang cukup serius antara nasabah dengan Perum Pegadaian, karena setiap hambatan yang timbul selalu diselesaikan secara musyawarah. Perum Pegadaian hadir sebagai mitra 172 Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Barang Bergerak, Perum Pegadaian, 2010. 173 Ningrum Natasya Sirait, Intisari Perkuliahan Aspek Hukum Perjanjian Kontrak Perjanjian Arbitrase, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008. 174 Hal ini biasanya berlaku atau digunakan dalam perjanjian gadai yang dilakukan antara orang perorangan atau diluar Perum Pegadaian, karena dalam prakteknya jika terdapat sengketa atau konflik dikemudian hari antara Perum Pegadaian dengan nasabahnya diselesaikan melalui cara musyawarah dan sangat jarang Perum Pegadaian menyelesaikan masalahnya melalui perantara atau campur tangan pihak lain. Sebisa mungkin diselesaikan secara musyawarah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Perum Pegadaian. Universitas Sumatera Utara masyarakat dengan memberikan solusi pinjaman sistem gadai dengan prosedur yang cepat, mudah, dan aman. Semboyan pegadaian “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah” dalam prakteknya benar-benar terealisasikan. Sedangkan terhadap pelelangan barang jaminan Kasep Perum Pegadaian lebih suka melalui parate eksekusi alasannya karena bentuk fisik barang jaminan berada pada Perum Pegadaian sehingga tidak sulit untuk melakukan parate eksekusi, dan Undang-Undang pun memperbolehkannya. 175 Dalam beberapa hal, bila nasabah merasa dirugikan pada umumnya mereka tidak mau melakukan penuntutan, karena dianggap biaya untuk melakukan penuntutan tidak seimbang dan sebanding dengan harga barang jaminan, karena pada umumnya pinjaman yang diberikanpun tidak dalam nominal yang cukup besar. 176 Dan dari hasil penelitian dilapangan diketahui bahwa masyarakat benar-benar terbantu dengan adanya Perum Pegadaian, dan mereka tidak pernah merasa dirugikan, dengan proses yang mudah, cepat, bunga yang rendah, dan nilai taksir yang cukup tinggi berhasil menempatkan Perum Pegadaian sebagai salah satu lembaga non bank yang cukup diminati oleh masyarakat. 175 Wawancara dengan Lintong Panjaitan, Humas Hukum Kanwil Perum Pegadaian Medan, tanggal 23 Juni 2010. 176 Wawancara dengan Hanafi, Ucup, nasabah Perum Pegadaian Medan, tanggal 23 Juni 2010 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN