BAB II PERATURAN PARATE EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN
GADAI DI PERUM PEGADAIAN KOTA MEDAN
A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Gadai 1. Pengertian Perjanjian Gadai
Gadai berasal dari terjemahan dari kata pand atau vuistpand bahasa Belanda, atau pledge atau pawn bahasa Inggris, pfand atau faustpfand bahasa Jerman.
Sedangkan dalam hukum adat istilah gadai ini disebut dengan cekelan.
44
Sedangkan Ter Haar menerangkan : “Di kalangan masyarakat Batak gadai itu disebut tahan,
dikalangan masyarakat Jawa dipergunakan istilah tanggungan dan jonggolan, dan dikalangan masyarakat Bali dikenal istilah makantah”.
45
Istilah gadai diatur juga di dalam KUHPerdata Pasal 1150 gadai adalah:
suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-
orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah
barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Dari rumusan yang diberikan tersebut dapat diketahui bahwa untuk dapat disebut gadai, maka unsur-unsur berikut dibawah ini harus dipenuhi:
1. Gadai diberikan hanya atas barang bergerak;
44
Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 103.
45
B. Ter Haar Bzn, Terjemahan K. Ng. Soebakti Poesponoto, Asas-Asas Dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980, hal. 131.
25
Universitas Sumatera Utara
2. Gadai harus dikeluarkan dari penguasaan Pemberi gadai;
3. Gadai memberikan hak kepada kreditur untuk memperoleh pelunasan terlebih
dahulu atas piutang kreditur droit de preference; 4.
gadai memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mengambil sendiri pelunasan secara mendahulu tersebut.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia gadai berarti: 1.
Suatu pinjam-meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan, jika telah sampai batas waktunya
tidak ditebus, barang menjadi hak yang memberi pinjaman.
2. Barang yang diserahkan sebagai tanggungan hutang.
3. Kredit jangka pendek dengan jaminan sekuritas yang berlaku tiga bulan dan
setiap kali dapat diperpanjang apabila tidak dihentikan oleh salah satu pihak yang bersangkutan.
46
Beberapa ahli juga memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai gadai,
menurut Wiryono Projodikoro gadai adalah sebagai sesuatu hak yang didapatkan si berpiutang atau orang lain atas namanya untuk menjamin pembayaran hutang dan
memberi hak kepada si berpiutang untuk dibayar lebih dahulu dari siberpiutang lain dari uang pendapatan penjualan barang itu.
47
Sedangkan Subekti mengatakan pandrecht adalah : “suatu hak kebendaan atas suatu benda yang bergerak kepunyaan
orang lain, yang semata-mata diperjanjikan dengan menyerahkan bezit atas benda tersebut, dengan tujuan untuk mengambil pelunasan suatu utang dari pendapatan
penjualan benda itu, lebih dahulu dari penagih-penagih lainnya”.
48
46
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal.126.
47
Wiryono Projowikoro, Hukum Perdata Tentang Hak-Hak Atas Benda, Cetakan ke- V, PT. Intermasa, Jakarta, 1986, hal. 153.
48
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan ke- XVI, Intermasa, Jakarta, 1982, hal. 79.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian gadai merupakan pemberian berupa benda bergerak untuk dijadikan sebagai jaminan utang. Dalam hal ini berupa jaminan yang mudah dijadikan
uang untuk dapat menutup pinjaman apabila tidak dapat dilunasi oleh si peminjam atau debitur.
49
Jaminan dengan menguasai bendanya pada gadai tertuju pada benda bergerak yang memberikan hak preferensi droit de preference dan hak yang
senantiasa mengikuti bendanya droit de suit. Pemegang gadai juga mendapat perlindungan terhadap pihak ketiga seolah-olah ia sebagai pemiliknya sendiri dari
benda tersebut. Ia mendapat perlindungan jika menerima benda tersebut dengan itikad baik, yaitu mengira bahwa si debitur tersebut adalah pemilik yang sesungguhnya dari
benda itu.
50
Diluar negeri yaitu di Negara-negara Eropa, Inggris, Amerika dan Asia juga mengenal lembaga-lembaga jaminan dengan menguasai bendanya dan lembaga-
lembaga jaminan dengan tanpa menguasai bendanya.
51
Jaminan dengan menguasai bendanya adalah seperti yang dikelola oleh Pawnbrokers World Australia, Pawn
Shop USA, Hashimoto Pawnshop Japan, dan Darky’s Pawnboker Canada.
52
Sedangkan yang tergolong lembaga jaminan tanpa menguasai bendanya adalah seperti Mortagage, Chattel Mortagage dan Hire Purchase. Penggolongan dan jenis
49
Muhammad Syukron Yamin Lubis, Op. cit., hal. 14.
50
Ibid.
51
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia: Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan,Cetakan ke- I, Liberty, Yogyakarta, 1980, hal. 25.
52
Muhammad Yamin, Gadai Tanah Sebagai Lembaga Pembiayaan Rakyat Kecil, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2004, hal. 27.
Universitas Sumatera Utara
lembaga jaminan seperti tersebut diatas dikenal hampir disemua Negara hanya saja dengan sedikit variasi di sana-sini.
53
Dalam hukum adat, gadai juga dikenal dengan istilah “Jual Gadai” yaitu menyerahkan tanah untuk menerima pembayaran sejumlah uang secara tunai dengan
ketentuan si penjual tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali.
54
Dalam jual gadai penerima gadai kreditur berhak untuk mengerjakan dan menikmati manfaat yang melekat pada tanah itu. Transaksi jual
gadai ini biasanya disertai dengan perjanjian tambahan seperti : 1.
Kalau tidak ditebus dalam masa yang dijanjikan maka tanah menjadi milik yang membeli gadai.
2. Tanah tidak boleh ditebus selama satu, dua atau beberapa tahun dalam tangan
pembeli gadai.
55
Sedangkan perkataan “gadai” di dalam persepsi Perusahaan Umum Perum Pegadaian di kenal dengan istilah “Kredit gadai”. Menurut Pedoman Operasional
Kantor Cabang Perusahaan Umum Perum Pegadaian, Bab III Mengenai Pengelolaan Kredit Gadai, yang dimaksud dengan “Kredit Gadai” adalah:
Pemberian pinjaman kredit dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan perusahaan.
Nasabah menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan Pegadaian sebagai pemberi pinjaman kreditur, dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan
membayar sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
53
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op. cit, hal. 15.
54
Muhammad Syukron Yamin Lubis, Op. cit., hal. 26.
55
Setelah keluar UU. No 5 Tahun 1960 atau yang dikenal dengan UUPA maka peraturan ini tidak berlaku lagi, dan gadai tanah tidak diperbolehkan lagi, akan tetapi pada prakteknya dalam
masyarakat adat gadai tanah masih tetap berlangsung, walaupun telah diberlakukan Hukum Nasional, akan tetapi Hukum Nasional ini disingkirkan oleh Hukum Adat yang masih hidup.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian gadai yang diberikan Perusahaan Umum Perum Pegadaian tersebut diatas, mempunyai perbedaan dengan defenisi gadai pada Pasal 1150 KUHPerdata.
Pengertian gadai pada Perusahaan Umum Perum Pegadaian disebutkan mengenai adanya jangka waktu, sewa modal atau lazim dikenal dengan bunga, dan syarat-syarat
lain yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga pengertiannya lebih jelas dan sifatnya lebih khusus, sedangkan didalam Pasal 1150 KUHPerdata tidak ada
mengatur hal yang sedemikian.
56
Gadai yang berlaku dalam Perum Pegadaian berbeda dengan gadai yang terdapat dalam KUHPerdata.
Dari beberapa pengertian diatas, maka ada beberapa unsur yang terkait dalam gadai yaitu:
1. Adanya subjek gadai, yaitu kreditur penerima gadai dan debitur pemberi gadai.
2. Adanya objek gadai, yaitu barang bergerak, baik yang berwujud maupun tidak
berwujud. 3.
Adanya kewenangan debitur.
57
Jadi secara umum gadai dapat diartikan sebagai suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak. Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk
memberikan jaminan atas suatu kewajiban prestasi tertentu, yang pada umumnya tidak selalu merupakan perjanjian utang piutang dan karenanya dikatakan, bahwa
perjanjian gadai mengabdi kepada perjanjian pokoknya atau ia merupakan perjanjian yang bersifat accessoir. Pada prinsipnya barang gadai dapat dipakai untuk
56
Muhammad Syukron Yamin Lubis, Op. cit., hal.29.
57
Salim HS, Op.cit., hal. 35.
Universitas Sumatera Utara
menjamin setiap prestasi tertentu.
58
Dalam hal perjanjian pokok yang menjadi dasar pemberian gadai adalah suatu perjanjian yang tidak memerlukan suatu bentuk
formalitas bagi sahnya perjanjian pokok tersebut, maka berarti gadai juga dapat diberikan dengan cara yang sama, yaitu menurut ketentuan yang berlaku bagi sahnya
perjanjian pokok tersebut. Dengan demikian berarti sahnya suatu pemberian gadai atau perjanjian gadai harus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian secara umum
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Pasal 1320 KUHPerdata mengatur mengenai syarat sahnya perjanjian. Dengan
rumusan yang menyatakan bahwa: Untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat:
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal;
Perjanjian gadai dapat dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana halnya dengan perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian pemberian kredit.
Perjanjian tertulis ini dapat dilakukan dalam bentuk akta di bawah tangan dan akta otentik. Dalam praktek, perjanjian gadai ini dilakukan dalam bentuk akta di bawah
tangan yang ditandatangani oleh pemberi gadai dan penerima gadai. Bentuk, isi, dan syarat-syaratnya telah ditentukan oleh Perum Pegadaian secara sepihak. Semua
58
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 100.
Universitas Sumatera Utara
tertuang dalam surat bukti kredit SBK, hal-hal yang kosong tersebut meliputi nama, alamat, jenis barang jaminan, jumlah taksiran, jumlah pinjaman, tanggal kredit, dan
tanggal jatuh tempo. SBK ini diterbitkan oleh Perum Pegadaian dan sengaja dibuat sebagai media atau piranti perikatan serta sebagai alat bukti untuk kedua belah pihak.
SBK ini nantinya digunakan untuk saling memantau diantara kedua belah pihak, apakah prestasi telah dijalankan atau bahkan telah terjadi wanprestasi, dan bila ada
pihak yang dirugikan telah memiliki alat bukti untuk mengajukan suatu tuntutan kepada pihak lain.
59
SBK dalam bentuknya dibuat secara timbal balik, dimana pada halaman depannya memuat catatan penting, yaitu :
1. Perusahaan Umum Pegadaian Cabang……………….
2. Nomor bunga jaminanNomor Kredit
3. Tanggal kredit
4. Tanggal batasjatuh tempo
5. Taksiran
6. Uang pinjaman
7. Golongan uang pinjaman
8. Keterangan barang jaminan
9. Nama nasabahyang dikuasakan serta alamat
10. Tarif bunga
11. Tanda lain yang dinyatakan seperti paraf Kuasa Pemutus Kredit
KPKKepala Cabang, dan lain-lain.
60
Sedangkan pada halaman belakang SBK terdapat isi perjanjian kredit gadai antara Perum Pegadaian dengan nasabah. Perjanjian ini diberi nama dengan
“Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Benda Bergerak”.
59
Muhammad Syukron Yamin Lubis, Op. cit., hal. 64.
60
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Adapun isi yang terdapat di dalam SBK memuat antara lain sebagai berikut: 1.
Pengakuan nasabah telah menerima penetapan besarnya taksiran jaminan, Uang Pinjaman dan Tarif Sewa Modal dan SBK ini merupakan tanda bukti yang sah
penerimaan uang pinjaman. 2.
Menyatakan bahwa barang yang diserahkan sebagai jaminan adalah milik nasabah sendiri atau milik orang lain yang dikuasakan kepadanya untuk digadaikan, dan
bukan berasal dari hasil kejahatan, tidak dalam objek sengketa atau sita jaminan. 3.
Nasabah menyatakan telah berhutang kepada Perum Pegadaian dan berkewajiban untuk membayar pelunasannya.
4. Perum Pegadaian akan memberikan ganti kerugian apabila barang jaminan yang
berada dalam penguasaan Perum Pegadaian mengalami kerusakan atau hilang yang disebabkan oleh suatu bencana alam force majeure yang ditetapkan
pemerintah, dan ganti rugi diberikan sebesar harga taksiran awal. 5.
Nasabah dapat melakukan perpanjangan kredit, mengangsur uang pinjaman atau menambah uang pinjaman selama nilai taksiran masih memenuhi syarat.
6. Bila sampai pada tanggal jatuh tempo tidak dilakukan pelunasan atau
perpanjangan kredit, maka Perum Pegadaian berhak melakukan penjualan barang jaminan melalui lelang.
7. Jika hasil penjualan lelang berlebih maka kelebihannya tersebut akan
dikembalikan kepada nasabah. Dan bila hasilnya tidak mencukupi maka nasabah wajib membayar kekurangan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
8. Nasabah harus datang sendiri untuk melakukan pelunasan atau perpanjangan
kredit ataupun dengan mengalihkannya kepada orang lain dengan menggunakan surat kuasa.
9. Nasabah menyatakan tunduk dan mengikuti segala peraturan yang berlaku di
Perum Pegadaian sepanjang ketentuan yang menyangkut kredit gadai ini. 10.
Apabila terjadi perselisihan di kemudian hari akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat dan jika tidak tercapai kesepakatan akan diselesaiakan
melalui Pengadilan Negeri setempat. Perjanjian gadai pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya yaitu
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, hanya saja perbedaannya disini terdapat pada adanya barang
jaminan dalam perjanjian gadai, yang digunakan sebagai jaminan bahwa debitur akan melunasi hutangnya kepada kreditur. Secara umum perjanjian gadai dapat diartikan
sebagai perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang yang dijamin pelunasannya dengan kebendaan bergerak, baik kebendaan bergerak yang berwujud
maupun kebendaan bergerak yang tidak berwujud.
61
Dalam rangka mengamankan piutang kreditor, maka secara khusus oleh debitur kepada kreditur diserahkan suatu
kebendaan bergerak sebagai jaminan pelunasan utang debitur, yang menimbulkan hak bagi kreditur untuk menahan kebendaan bergerak yang digadaikan tersebut sampai
dengan pelunasan utang debitur.
62
Jadi pada dasarnya perjanjian gadai akan terjadi
61
Rachmadi Usman, Loc.cit., hal. 106.
62
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bila barang-barang yang digadaikan berada di bawah penguasaan kreditur pemegang gadai atau atas kesepakatan bersama ditunjuk seorang pihak ketiga untuk
mewakilinya. Penguasaan benda gadai oleh kreditur merupakan syarat esensial bagi lahirnya gadai. Selain itu ketentuan tentang bentuk perjanjian gadai dapat dilihat
dalam Pasal 1151 KUHPerdata yang berbunyi “Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang diperkenankan untuk membuktikan perjanjian pokoknya”.
Dengan demikian terdapat perbandingan antara gadai yang diatur dalam KUHPerdata, Hukum Adat, dan Perum Pegadaian yaitu:
1. Persamaan a.
Sama-sama merupakan perutangan yang timbul dari perjanjian timbal balik dilapangan hukum harta kekayaan.
b. Benda perjanjian harus diserahkan kedalam kekuasaan si pemegang gadai.
2. Perbedaan
a. Gadai dalam KUHPerdata dan Perum Pegadaian merupakan perjanjian
accessoir tambahan pada perjanjian utang uang selaku perjanjian principle pokok dengan benda bergerak berwujud, hak-hak untuk memperoleh
pembayaran uang surat-surat piutang kepada si pembawa, atas nama, atas tunjuk selaku tanggunganjaminan.
63
Sedangkan dalam hukum adat transaksi gadai merupakan transaksi jual yang mandiri dengan tanah selaku objeknya.
64
63
Bushar Muhammad, Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1981, hal. 116-117
64
Muhammad Yamin, Op. cit., hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
b. Gadai dalam KUHPerdata dan Perum Pegadaian, kekuasaan
pemegangpenerima gadai tidak meliputi hak memakai, memungut hasil, menyewakannya dan sebagainya.
65
Sedangkan dalam hukum adat pemegangpenerima gadai dapat menguasai, mempergunakan, serta mengambil manfaat dari benda gadainya.
66
c. Gadai dalam KUHPerdata dan Perum Pegadaian, pemberi gadai harus melunasi
hutangnya dalam waktu yang telah ditetapkan bersama. Jika ia lalai dalam hal itu, si pemegang gadai tidak berwenang memiliki benda jaminan namun selaku
kreditur, pihak terakhir ini dapat melelang benda gadai atas kekuasaan sendiri, untuk memperoleh pelunasan dari piutangnya.
67
Sedangkan dalam hukum adat pembeli gadai tidak dapat memaksa penjual gadai untuk menebus objek transaksinya. Sebaliknya setiap waktu benda itu
ditebus, ia harus mengembalikannya.
68
Dengan demikian gadai yang akan dibahas dalam penulisan ini merupakan gadai pada Perum Pegadaian bukan gadai yang berlaku menurut KUHPerdata
maupun Hukum Adat. Akan tetapi peraturan gadai yang terdapat dalam Perum Pegadaian tetap berlandaskan pada KUHPerdata.
65
Bushar Muhammad, Loc.cit.
66
Muhammad Yamin, Op. cit, hal. 11.
67
Bushar Muhammad, Loc. cit.
68
Muhammad Yamin, Loc. cit, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
2. Sifat Umum Gadai