Faktor – Faktor Yang Menimbulkan Terjadinya Sengketa Asuransi

setidak-tidaknya diklarifikasi atau mempersempit persoalan melalui mekanisme alternatif penyelesaian sengketa yang tepat. Beberapa bentuk sengketa dapat saja diselesaikan dengan melakukan negosiasi langsung oleh para pihak tanpa perlu bantuan pihak ketiga atau diselesaikan secara intern. Permasalahan yang terkadang menimbulkan sengketa antara penanggung dan tertanggung kemungkinan itu adalah berupa terjadi hal yang tidak diinginkan. Seperti dalam hal pembayaran klaim. Klaim yamg diajukan tidak diterima oleh perusahaan asuransi karena ada syarat-syarat yang belum dipenuhi atau ada sebab-sebab tertentu yang menyebabkan tidak diterimanya klaim yang diajukan tetapi tertanggung merasa telah memberikan semua keterangan yang diperlukan. Selain itu sengketa asuransi dapat saja terjadi karena adanya wanprestasi menurut kamus hukum, wanprestasi berarti kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam perjanjian. 62 Jadi wanprestasi adalah suatu keadaan dimana salah satu pihak baik tertanggung maupun penanggung tidak memenuhi atau melaksanakan prestasi sebagaimana telah ditetapkan dalam suatu perjanjian.

B. Faktor – Faktor Yang Menimbulkan Terjadinya Sengketa Asuransi

Ada beberapa hal yang menimbulkan terjadinya sengketa atau perselisihan asuransi diantaranya sebagai berikut: 62 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1991, h.339 1. Tertanggung tidak membaca polis, kontrak asuransi sehingga ini tidak tahu pasti isi perjanjian, tidak paham apa yang dijamin, apa yang tidak dijamin dan apa yang dikecualikan, apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan, berapa besar manfaat asuransi yang di dapat, selain itu salah satu alasan yang sering diberikan tertanggung adalah kontrak asuransi yang cukup panjang dan sering ditulis dengan huruf yang kecil-kecil. 2. Petugas asuransi memberikan penjelasan atau keterangan kurang jelas dan detail, serta kurang rinci mengenai isi dari polis dan klausul-klausul yang dilekatkan, sehingga tertanggung tidak mempunyai informasi yang cukup. 3. Tertanggung sering beranggapan bahwa semua resiko dijamin dan semua kerugian dan ada kerugian yang ditanggung sendiri oleh tertanggung. 4. Perbedaan pendapat melakukan penilaian terhadap besar kecilnya kerugian, kalau perbedaan ini sampai tidak ada titik temunya, maka diserahkan pada Badan Arbitrase Syariah Nasional BASYARNAS dan Badan Mediasi Asuransi Indonesia BMAI atau kalau terpaksa diselesaikan melalui pengadilan. 5. Perbedaan persepsi dalam menyelesaikan sebab-sebab terjadinya kerugian, terutama bila disinyalir ada moral hazard atau perilaku buruk. Untuk menyelesaikan masalah ini kadang kala harus melalui bantuan pihak berwenang. Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan, bahwa sengketa asuransi syariah itu adalah perbedaan pendapat antara tertanggung dan penanggung yang disebabkan adanya ketimpangan yang diharapkan, kemungkinan itu adalah berupa hal yang tidak diinginkan sehingga terjadi perselisihan. Dan sengketa asuransi syariah tersebut dapat disebabkan karena adanya wanprestasi yang berarti: kelalaian, kealpaan, cidera janji, dan tidak menetapi kewajiban dalam perjanjian. Selain itu sengketa asuransi syariah dapat di sebabkan karena kesalahan teknis seperti: tertanggung tidak membaca polis atau isi dari surat perjanjian, kurang tegasnya petugas dalam memberikan penjelasan isi polis dan klausul-klausul yang dilekatkan pada isi perjanjian, adanya moral hazard perilaku buruk dan lain-lain.

C. Penyelesaian Sengketa Asuransi Menurut Perspektif Badan Arbitrase