yang lemah. Perjuangan tersebut dilandasi juga oleh pengalaman-pengalaman yang penuh penderitaan. Tujuan mereka pada awalnya adalah mempengaruhi pemerintah
agar melindungi buruh-buruh pabrik terutama anak-anak yang sering hidup dan bekerja pada keadaan-keadaan yang sangat buruk.
Revolusi industri mula-mula terjadi di Inggris. Gerakan-gerakan kemanusiaan pertama-tama ditujukan bagi pengurangan jam kerja dan perlindungan kesehatan
anak-anak, yang terutama sangat menderita akibat dari kondisi-kondisi pekerjaan, kemudian perhatian dialihkan kepada masalah keselamatan. Meningkatnya tenaga,
kecepatan dan makin banyaknya pemakaian mesin menyebabkan tambah berbahayanya pekerjaan pabrik. Pada tahun 1844, terdapat banyak sekali orang cacat
di Manchester dan penduduk disana mirip tentara yang baru pulang dari medan perang. Pemilik pabrik sama sekali tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan
cacat yang terjadi. Mula-mula pemilik pabrik tidak peduli pada desakan masyarakat, tetapi kemudian diundangkanlah Undang-Undang Pabrik Factory Act pada tahun
1844 Suma’mur, 1996.
2.2. Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja dan nomos artinya peraturan atau hukum. Sehingga secara harfiah ergonomi diartikan sebagai
peraturan tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk sikap kerja. Selanjutnya seirama dengan perkembangan kesehatan kerja ini maka hal-hal yang mengatur
antara manusia sebagai tenaga kerja dan peralatan kerja atau mesin juga berkembang menjadi cabang ilmu tersendiri Notoatmodjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Santoso 2006 “apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas, maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia
seperti peralatan, lingkungan fisik, posisi gerak kerja perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia”. Dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila
lingkungan alam sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan boros penggunaan energi dalam tubuh, cepat
lelah, hasil tidak optimal bahkan mencelakakan. Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang
paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja. Di berbagai negara tidak menggunakan istilah ergonomi, misalnya di negara-negara
Skandinavia menggunakan istilah bioteknologi. Sedangkan di negara-negara lain seperti Amerika Utara menggunakan istilah Human Factors Enginering. Meskipun
istilah ergonomi di berbagai negara berbeda-beda namun mempunyai misi tujuan yang sama. Dua misi pokok ergonomi adalah :
a. Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang menggunakan. Kondisi tenaga kerja ini bukan saja aspek fisiknya ukuran anggota
tubuh : tangan, kaki, tinggi badan tetapi juga kemampuan intelektual atau berpikirnya. Cara meletakkan dan penggunaan mesin otomatik dan komputerisasi
di suatu pabrik misalnya, harus disesuaikan dengan tenaga kerja yang akan mengoperasikan mesin tersebut, baik dari segi tinggi badan dan kemampuannya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh ergonomi adalah mencegah kelelahan tenaga kerja yang menggunakan alat-alat tersebut.
b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil suatu proses kerja yang
efisien berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama ergonomi
adalah mencegah kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisienan kerja meningkatkan produktivitas kerja. Disamping itu, ergonomi juga dapat mengurangi
beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran
tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja Notoatmodjo, 2003. 2.2.1. Sikap Tubuh Dalam Bekerja
Menurut Anies 2005 yang dikutip oleh Sinambela 2006 ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap
berdiri secara bergantian. 2.
Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.
3. Tempat duduk yang dibuat harus sedemikian rupa sehingga tidak
membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada
tubuh paha.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktifitas.
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari : a. Sikap kerja duduk
Posisi duduk pada otot rangka muscolusskeletal dan tulang belakang vertebral terutama pada pinggang sacrum, lumbar dan thoracic harus dapat ditahan oleh
sandaran kursi agar terhindar dari nyeri back pain dan terhindar cepat lelah fatique. Menurut Richard Ablett 2001 seperti yang dikutip Santoso 2004 saat ini
terdapat 80 orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri pada bagian tubuh belakang back pain karena berbagai sebab, dan arena back pain ini mengakibatkan
40 orang tidak masuk kerja. Selain itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dan dalam sikap duduk dapat bergerak dengan relaksasi.
Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar. Diasumsikan menurut Eko Nurmianto
1998 seperti yang dikutip Santoso 2004 tekanan posisi tidak duduk 100, maka tekanan akan meningkat menjadi 140 bila sikap duduk tegang dan kaku, dan
tekanan akan meningkat menjadi 190 apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan. Oleh sebab itu perlu sikap duduk yang benar dan dapat relaksasi tidak
statis. b. Sikap kerja berdiri setengah duduk
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian Gempur 2003 bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi berdiri setengah
duduk tanpa sandaran dan setengah duduk pakai sandaran, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok.
Posisi salah Posisi benar
Gambar 2.1. Posisi duduk
Sumber : Santoso, G., 2004,
ERGONOMI; MANUSIA, PERALATAN DAN LINGKUNGAN
C. Sikap kerja berdiri Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi
penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai.
Beberapa penelitian yang lalu telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja posisi berdiri. Granjean 1998 seperti yang dikutip Santoso 2004
Universitas Sumatera Utara
merekomendasi bahwa “untuk jenis pekerjaan teliti precision letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di atas tinggi siku, untuk jenis pekerjaan ringan letak tinggi meja diatur
sejajar dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku”
2.3. Alat Pelindung Diri APD