pada tahapan kerja ini adalah debu sisa pembakaran, percikan api atau logam panas, potongan besi tajam, dan sikap kerja yang tidak ergonomis.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan, tempat kerja yang tidak ergonomis menimbulkan sikap paksa. Sikap paksa tersebut mengakibatkan pekerja pandai besi banyak
mengeluh berbagai gangguan sistem otot rangka. Keluhan utama yang dialami oleh pekerja pandai besi antara lain sesak napas, luka bakar pada bagian tangan dan kaki, dan nyeri pada
bagian punggung. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti keluhan keselamatan dan
kesehatan kerja pada pekerja pandai besi ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi
ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2008.
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pandai besi ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran sikap kerja pada usaha pandai besi di Kuala Begumit
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui gambaran keluhan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja
pandai besi yang ditinjau dari sikap kerja di Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Sebagai bahan masukan bagi pemilikpengusaha pandai besi dan pekerja untuk memperhatikan faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan gangguan keselamatan dan
kesehatan kerja. 2.
Sebagai masukan bagi pengusaha dan pekerja pandai besi tentang sikap dan posisi tubuh yang baik saat bekerja.
3. Sebagai bahan informasi atau referensi di perpustakaan dan diharapkan dapat bermanfaat
bagi peneliti lain yang membutuhkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Suma’mur 1987 masalah keselamatan dan kecelakaan kerja sejak manusia bekerja. Manusia purba mengalami kecelakaan-kecelakaan saat bekerja, maka
berkembanglah pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak terulang. Catatan kuno tentang keselamatan bangunan menyatakan bahwa seorang raja
di Babilonia pada abad ke-17 sebelum Masehi yang bernama Hamurabi, mengatur dalam undang-undang di negaranya tentang hukuman bagi ahli bangunan yang
membangun rumah dan bangunannya mendatangkan malapetaka pada pemilik bangunan atau keluarganya. Lima abad setelahnya, pada zaman Mozai, para ahli
bangunan tersebut bertanggung jawab pula terhadap keselamatan para pelaksana dan pekerja-pekerja bangunan. Kemudian, masalah-masalah keselamatan ini meluas ke
Yunani, Roma dan lain-lain. Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dalam perindustrian mula-mula terjadi
secara besar-besaran saat kemajuan-kemajuan pesat teknologi mulai diterapkan untuk produksi secara besar-besaran dengan mesin. Keadaan-keadaan sebagai hasil revolusi
industri merupakan suatu kemajuan yang gemilang, namun bertentangan dengan perikemanusiaan dan memerlukan perbaikan, maka timbullah gerakan perbaikan yang
dipimpin oleh orang-orang yang merasa bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral terhadap kawan-kawan sekerjanya. Pencegahan kecelakaan kerja sejak semula
berkembang dengan orientasi kepentingan umum dan bertekad melindungi pihak
Universitas Sumatera Utara
yang lemah. Perjuangan tersebut dilandasi juga oleh pengalaman-pengalaman yang penuh penderitaan. Tujuan mereka pada awalnya adalah mempengaruhi pemerintah
agar melindungi buruh-buruh pabrik terutama anak-anak yang sering hidup dan bekerja pada keadaan-keadaan yang sangat buruk.
Revolusi industri mula-mula terjadi di Inggris. Gerakan-gerakan kemanusiaan pertama-tama ditujukan bagi pengurangan jam kerja dan perlindungan kesehatan
anak-anak, yang terutama sangat menderita akibat dari kondisi-kondisi pekerjaan, kemudian perhatian dialihkan kepada masalah keselamatan. Meningkatnya tenaga,
kecepatan dan makin banyaknya pemakaian mesin menyebabkan tambah berbahayanya pekerjaan pabrik. Pada tahun 1844, terdapat banyak sekali orang cacat
di Manchester dan penduduk disana mirip tentara yang baru pulang dari medan perang. Pemilik pabrik sama sekali tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan
cacat yang terjadi. Mula-mula pemilik pabrik tidak peduli pada desakan masyarakat, tetapi kemudian diundangkanlah Undang-Undang Pabrik Factory Act pada tahun
1844 Suma’mur, 1996.
2.2. Ergonomi