Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007
USU e-Repository©2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut meliputi infeksi akut saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Program
Pemberantasan Penyakit P2 ISPA membagi penyakit ISPA menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan yang bukan pneumonia.
Penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA
terutama pada bayi dan balita. Depkes RI, 1992 Berdasarkan data WHO tahun 2005, kematian balita yang disebabkan oleh
ISPA sebesar 19 dan ini merupakan urutan kedua penyebab kematian balita setelah penyebab neonatal yaitu sebesar 37 , sedangkan yang menyebabkan kematian bayi,
infeksi berat yang sudah termasuk ISPA di dalamnya sebesar 26 . Beberapa hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35 kematian bayi dan
anak balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena ISPA. Dua per tiga dari kematian ini
Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007
USU e-Repository©2009
terjadi pada kelompok usia bayi, terutama bayi pada usia 2 bulan pertama sejak kelahiran. Depkes RI, 2005 dan Djaja, 2001
Dari data mortalitas SKRT 1992 menunjukkan bahwa ISPA sebagai penyebab kematian nomor satu pada bayi yaitu sebesar 29,3 dan penyebab
kematian nomor dua pada anak balita yaitu sebesar 15,3 . Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 21,2 kematian bayi dan 30,3 kematian anak balita
disebabkan oleh ISPA. Hasil Surkesnas tahun 2001 memperlihatkan prevalensi 10 kelompok penyakit utama, pada bayi, ISPA merupakan peringkat kedua yaitu 38,7
sedangkan pada anak balita menduduki peringkat pertama yaitu 42,2 . Depkes RI, 2005 dan Djaja, 1999
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 bahwa jumlah penderita ISPA pada balita berjumlah 356.205 orang, yang terdiri dari
pneumonia sebanyak 41.332 orang dan bukan pneumonia sebanyak 314.873 orang. Berdasarkan data laporan P2 ISPA Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2004
menunjukkan bahwa penyakit ISPA pada bayi sebanyak 40.014 orang dan pada balita sebanyak 86.728 orang. Pada tahun 2005 ditemukan bayi yang menderita ISPA
sebanyak 38.642 orang dan 91.605 orang. Dan tahun 2006 ditemukan bayi yang menderita ISPA 39.069 orang dan pada balita sebanyak 93.991 orang.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah pasien penyakit ISPA masih tinggi dan mengalami kenaikan, terutama pada bayi dan balita yang paling
rentan untuk terkena ISPA yang dapat menimbulkan kematian. Untuk mencegah
Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007
USU e-Repository©2009
terjadinya peningkatan angka kematian, perlu dibentuk suatu program. Sebelum program dibentuk diperlukan perencanaan terlebih dahulu.
Peramalan cukup penting dalam perencanaan, untuk mengetahui terlebih dahulu kejadian yang akan datang. Sering terjadi selang waktu lead time antara
kejadian sekarang dengan masa yang akan datang. Adanya selang waktu lead time ini merupakan suatu alasan untuk perencanaan dan peramalan. Bila lead time ini
besarnya nol atau sangat kecil, maka lead time tidak dibutuhkan untuk perencanaan. Tetapi, bila lead time tersebut panjang dan hasil yang diperoleh membutuhkan faktor-
faktor yang menyatakan bahwa perencanaan dapat dibentuk memiliki peranan penting. Pada kasus dan situasi tersebut, peramalan terjadi atau dibutuhkan sehingga
tindakan yang tepat dapat dilakukan. Sedangkan peramalan tersebut merupakan sebuah alat bantu yang penting pada perencanaan yang efektif dan efisien.
Manurung, 1990 Untuk melakukan suatu peramalan, dibutuhkan data yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk meramalkan sesuatu. Data yang dimaksud disini adalah data berkala time series. Data berkala time series data, yang disebut time series saja,
tanpa menggunakan kata data adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu, untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan perkembangan produksi,
harga, hasil penjualan, jumlah tenaga kerja, penduduk, jumlah kecelakaan, jumlah kejahatan, jumlah peserta KB, dan lain sebagainya. Analisis data berkala
memungkinkan kita untuk megetahui perkembangan waktubeberapa kejadian. Supranto, 2000. Selain yang telah disebutkan oleh Supranto, jumlah penderita suatu
Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007
USU e-Repository©2009
penyakit ISPA yang dikumpulkan dari waktu ke waktu juga dapat merupakan data berkala time series.
Untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan jumlah penderita ISPA yang dapat mengakibatkan jumlah kematian semakin tinggi dan didukung dari data yang
menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita maka peneliti ingin mengetahui kecenderungan jumlah penderita ISPA di Kota
Medan berdasarkan catatan bulanan Program P2 ISPA.
1.2. Permasalahan