Single Moving Average Single Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing

Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007 USU e-Repository©2009 Dengan moving average rata-rata bergerak ini kita melakukan peramalan dengan mengambil sekelompok nilai pengamatan, mencari rata-ratanya, lalu menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode berikutnya.

1. Single Moving Average

Menentukan ramalan dengan metode single moving average cukup mudah dilakukan. Persamaan matematis dari moving average adalah: F 1 + t = N X X X X N t t t t 1 2 1 ..... + − − − + + + F 1 + t = ramalan untuk periode ke 1 + t X t = data pada periode ke t N = jangka waktu rata-rata bergerak

2. Double Moving Average

Menentukan ramalan dengan metode double moving average sedikit lebih sulit dibandingkan dengan metode single moving average. Ada beberapa langkah dalam menentukan ramalan dengan metode double moving average, yaitu: a. Menghitung moving averagerata-rata bergerak pertama, diberi simbol s 1 t . Ini dihitung dari data historis yang ada. Hasilnya diletakkan pada periode terakhir moving average pertama. b. Menghitung moving averagerata-rata bergerak kedua, diberi symbol s 11 t . Ini dihitung dari rata-rata bergerak pertama. Hasilnya diletakkan pada periode terakhir moving average kedua. c. Menentukan besarnya nilai a t konstanta. Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007 USU e-Repository©2009 a t = s 1 t + s 1 t - s 11 t d. Menentukan besarnya nilai b t slope b t = 1 2 11 1 − − V s s t t V adalah jangka waktu moving average e. Menentukan besarnya forecast F m t + = a t + b m t m adalah jangka waktu forecast ke depan.

C. Exponential Smoothing

Metode exponential smoothing merupakan pengembangan dari metode moving average. Dalam metode ini peramalan dilakukan dengan mengulang perhitungan secara terus-menerus dengan menggunakan data terbaru. Setiap data diberi bobot, data yang lebih baru diberi bobot yang lebih besar. Dua metode dalam exponential smoothing diantaranya single exponential smoothing dan double exponential smoothing.

1. Single Exponential Smoothing

Pada metode ini bobot yang diberikan pada data yang ada adalah sebesar α untuk data yang terbaru, α 1-α untuk data yang lama, α 1-α 2 untuk data yang lebih lama, demikian seterusnya. Besarnya α adalah antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 berarti data terbaru lebih diperhatikan. Secara matematis besarnya forecast adalah: F 1 + t = α X t + 1- α F t Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007 USU e-Repository©2009 F 1 + t : Ramalan untuk periode ke t + 1 X t : Nilai riil periode ke t F t : Ramalan untuk periode ke t Dari persamaan tersebut besarnya forecast periode yang akan datang dijelaskan sebagai berikut: F 1 + t = α X t + 1- α F t F 1 + t = α X t + F t - α F t F 1 + t = F t + α X t - α F t F 1 + t = F t + α X t - F t X t - F t merupakan kesalahan forecast atau forecast error periode ke t. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa forecast pada periode yang akan datang adalah ramalan periode sebelumnya ditambah α alpha dikalikan dengan kesalahan forecast periode sebelumnya. Dalam melakukan peramalan dengan metode single exponential smoothing besarnya α alpha ditentukan secara trial dan error sampai diketemukan α yang menghasilkan forecast error terkecil.

2. Double Exponential Smoothing

Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007 USU e-Repository©2009 Pada metode ini proses penentuan ramalan dimulai dengan menentukan besarnya alpha secara trial dan error. Sedangkan tahap-tahap dalam menentukan ramalan adalah sebagai berikut: Gitusudarmo, 2001 a. Menentukan smoothing pertama S t S t = α X t + 1- α S 1 − t S t : smoothing pertama periode t X t : nilai riil periode t S 1 − t : smoothing pertama periode t-1 b. Menentukan smoothing kedua S t S t = α S t + 1- α S 1 − t S 1 − t : smoothing kedua periode t-1 c. Menentukan besarnya konstanta at at = 2 S t - S t d. Menentukan besarnya slope bt bt = α α − 1 S t - S t e. Menentukan besarnya forecast F m t + F m t + = a t + b t m m : jangka waktu forecast Septri Anti Sinaga. Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ispa pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota medan. 2007 USU e-Repository©2009 Dari beberapa metode smoothing yang telah dijelaskan, ketepatan dari ramalan yang dilakukan dengan metode rata-rata bergerak adalah rendah. Oleh karena alasan tersebut, maka dalam praktek metode atau teknik rata-rata bergerak tidak dipergunakan secara ekstensif dalam penyusunan ramalan. Sehingga terdapat usaha mencari metode dan teknik lain yang lebih baik, yang dikenal dengan metode exponential smoothing.

2. Metode Box Jenkins

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013

3 102 120

Analisa Tingkat Kecenderungan Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Tahun 2001-2005 Untuk Peramalan Pada Tahun 2006-2010 Di Kota Pekanbaru

0 30 97

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Hubungan Karakteristik Individu dengan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Amplas Tahun 2005

6 50 96

Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Medan

17 141 71

Gambaran Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2005

1 41 79

Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kota Medan & Kabupaten Deli Serdang

0 33 3

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Kota Medan Tahun 2003 - 2013

0 40 54

ANALISIS MODEL EPIDEMI SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA), RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA).

1 9 15

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

0 0 14