Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dari umusan yang terdapat di dalam Undang-Undang Perbankan tentang perjanjian kredit dapat disimpulkan bahwa dasar dari perjanjian kredit adalah perjanjian
pinjam meminjam dalam KUHPerdata. KUHPerdata Pasal 1754 menyatakan bahwa : ”Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang – barang yang menghabis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakang ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.”
E. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Baku
Perjanjian kredit merupakan perjanjian baku standard Contract, dimana isi atau klausal– klausal perjanjian kredit tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam
bentuk formulir blanko, tetapi tidak terikat dalam suatu bentuk tertentu vorn vrij. Calon nasabah debitor tinggal membubuhkan tanda tangannya saja apabila bersedia
menerima isi perjanjian tersebut, tidak memberikan kesempatan kepada calon debitor untuk membicarakan lebih lanjut isi atau klausal – klausal yang diajukan pihak Bank.
Perjanjian baru ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya praktis dan kolektif. Pada tahap ini, kedudukan calon debitur sangat lemah, sehingga menerima apa
saja syarat – syarat yang disodorkan oleh pihak bank, karena jika tidak demikian calon debitor tidak akan mendapatkan kredit yang dimaksud.
Beberapa pakar hukum menolak kehadiran perjanjian baku ini karena dinilai : a.
Kedudukan pengusaha di dalam perjanjian baku sama seperti pembentuk Undang- Undang swasta Legio Particuliere wetgever, karenanya perjanjian baku bukan
perjanjian; b.
Perjanjian baku merupakan perjanjian paksa dwangcontract
Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
c. Negara – negara Common Law System menerapkan doktrin unconscionability.
Doktrin unconscionability memberikan wewenang kepada perjanjian demi menghindari hal – hal yang dirasakan sebagai bertentangan dengan hati nurani.
Perjanjian baku dianggap meniadakan keadilan. Sebaliknya beberapa pakar hukum menerima kehadiran perjanjian baku sebagai
suatu perjanjian, hal ini karena : a.
Perjanjian baku diterima sebagai suatu perjanjian berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan Fictie van wil en vertrouwen yang membangkitkan kepercayaan
bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian ini. b.
Setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggungjawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada orang yang membubuhkan tanda tangan pada
formulir perjanjian baku, tanda tangan itu membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertanda tangan mengetahui dan menghendaki isi formulir yang ditandatangani,
tidak mungkin seseorang menandatangani apa yang tidak diketahui isinya. c.
Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.
Dengan demikian keabsahan perjanjian baku terletak pada penerimaan masyarakat dan lalu lintas bisnis untuk memperlancar arus lalu lintas perdagangan dan
bisnis. Dunia perdagangan dan bisnis membutuhkan kehadiran perjanjian baku guna menunjang dan menjamin kelangsungan hidup usaha perdagangan dan bisnis. Perjanjian
baku pada umumnya mengandung klausal yang tidak setara antara pihak yang mempersiapkan dan pihak lainnya. Isi, aturan atau ketentuan dan syarat - syarat klausal
terlebih dahulu dipersiapkan dan ditetapkan secara sepihak oleh yang membuat perjanjian
Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh pihak lainnya. Perjanjian baku yang tidak setara ini perlu diwaspadai.
Sutan Remi Sjahdeini menyatakan bahwa berbeda dengan perjanjian – perjanjian baku pada lazimnya, dalam perjanjian kredit Bank bahwa Bank tidak hanya
mewakili dirinya sebagai perusahaan Bank saja akan tetapi juga mengemban tugas kepentingan masyarakat, yaitu masyarakat penyimpan dana dan selaku bagian dari sistem
moneter.
13
Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung kembali pembayaran suatu
utang. Oleh karena itu, dalam menentukan apakah suatu klausal ini memberatkan,
baik dalam bentuk klausal eksemsi atau dalam bentuk yang lain, perimbangannya sangat berbeda bila dibandingkan dengan menentukan klausal – klausal dalam perjanjian –
perjanjian baku, pada umumnya yang para pihaknya adalah perorangan atau perusahaan biasa. Atas dasar perimbangan inilah maka tidak dapat dianggap bertentangan dengan
ketertiban umum dan keadilan apabila di dalam perjanjian kredit dimuat klausal yang dimaksudkan justru untuk mempertahankan atau untuk melindungi eksistensi Bank atau
bertujuan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang moneter.
F. jaminan kredit 1. pengertian dan kegunaan jaminan Kredit