Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang memiliki beberapa landasan yakni landasan idiil, landasan politis, dan landasan konstitusionil.
Landasan idiil adalah pembinaan sistem ekonomi terpimpin yang berdasarkan Pancasila, yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi dan bertujuan
menciptakan masyarakat adil dan makmur.  Landasan konstitusional Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 adalah Pasal 33 Undang-Undang  Dasar 1945 yang mengandung
ajaran demokrasi sebagai berikut : 1.
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. 2.
Cabang  –  cabang produksi yang penting bagi negara dan yang  menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara,
dan dipergunakan sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk pengaturan lebih lanjut pelaksanaan Undang-undang  Nomor 7 Tahun
1992, maka dibuat Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank -  bank Umum. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tentang keduduka n Bank Umum dalam
hal pemberian kredit. Khusus untuk Kredit Usaha Kecil, diatur lebih khusus dalam Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia, yaitu Nomor 2624KEPDIR, tanggal 29 Mei 1993 tentang Kredit Usaha Kecil. Dalam pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 26AUKK, tanggal 29 Mei 1993 tentang Kredit Usaha Kecil.
B.  Fungsi Umum Perjanjian Kredit
Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam membicarakan fungsi kredit tidak terlepas dari tujuan kredit yang mencakup ruang lingkup yang luas. Dalam hal ini terdapat dua fungsi pokok yang saling
berkaitan dari kredit ini, adalah sebagai berikut : 1.
Profitability Merupakan  maksud dan tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang didapat dari pungutan bunga. 2.
Safety Adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan dalam bentuk uang,
barang, atau jasa itu benar –  benar terjamin sehingga tujuan profitabilitinya dapat benar-banar tercapai tanpa hambatan yang berarti.
8
Oleh karena itu Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara, maka tujuan kredit tidak semata –  mata mencari keuntungan, akan tetapi disesuaikan dengan tujuan
negara, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Faried Wijaya mengatakan kebijakan umum pemberian kredit ditujukan terutama untuk
mendorong pembangunan dan mengkonsolidasi serta memperkuat kestabilan moneter. Dengan demikian berarti anggaran kredit  merupakan  dasar kebijakan kredit oleh Bank
Sentral. Ia telah memberikan pembatasan secara kwalitatif dan kwantitatif, tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan aktual dalam perekonomian.
9
8
M. Tohar, Permodalan Dan Perkreditan Koperasi, Kanisius, Yogyakarta. 1999. hal 89.
9
.Faried Wijaya M. Perkreditan Dan Lembaga-Lembaga Keuangan Kita. Edisi I. BPFE-. Yogyakarta. 1991. hal.56
C.  Syarat-syarat Perjanjian Kredit
Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Perjanjian  suatu kredit adalah harus mempunyai ketentuan –  ketentuan atau syarat  –  syarat agar kredit tersebut dapat diberikan. Hal ini perlu dilakukan untuk
menjaga pihak –  pihak dalam perjanjian  pemberian kredit ini dikemudian hari merasa dirugikan ataupun mengalami kerugian.
Yang menjadi syarat – syarat Perjanjian kredit adalah sebagai berikut 1.
Adanya permohonan kredit Pemberian kredit dimulai dengan adanya suatu permohonan  dari calon
debitor, karena dalam hal ini yang lebih dulu mempunyai kepentingan adalah debitor, permohonan  kredit dibuat berdasarkan permintaan atau keinginan dari pihak kreditor
pihak Bank, yaitu apa – apa saja yang harus diberikandilampirkan dalam permohonan tersebut.
Permohonan  kredit ini dinyatakan sebagai suatu syarat dalam pemberian kredit adalah karena dengan adanya permohonan inilah maka ada suatu aksi balasan dari
pihak kreditorBank untuk terjadinya pemberian kredit tersebut, karena hanya dengan permohonan inilah maka pihak Bank dapat mengetahuinya.
2. Pemakaian kredit harus sesuai dengan norma atau etika yang adaberlaku yaitu
sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah Tujuan kredit merupakan  suatu elemen Perjanjian  kredit yang tidak bisa
diabaikan. Pemberian kredit harus tidak bertentangan dengan ketentuan atau norma yang ada seperti garis kebijaksanaan pemerintah. Tujuan pemberian kredit  ini digolongkan
sebagai suatu syarat pemberian kredit  adalah hanya dengan penggunaan kredit yang sesuai dengan normaetika serta untuk meningkatkan perekonomian guna membangun
masyarakat yang adil dan makmur.
Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
3. Adanya agunanjaminan
Jaminan adalah merupakan  elemen yang harus ada dalam pemberian kredit. Yang mendasari pentingnya jaminanagunan menurut Pasal 8 Undang-Undang  Nomor
10 Tahun 1998 Ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut : ”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank
Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya
atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.
Menurut Edy Putra Tje’ Aman, pentingnya jaminanagunan adalah ”karena Bank ingin mendapatkan kepastian bahwa kredit yang akan diberikan
kepada nasabah dapat diterima kembali sesuai dengan syarat –  syarat yang telah disetujui bersama.”
10
4. Adanya persetujuan dari pihak Bank
Sesuai dengan keterangan diatas, jelaslah mengapa jaminanagunan ini menjadi suatu hal yang pokok yang menjadi suatu syarat dalam pemberian kredit.
Pemberian kredit  adalah tidak terlepas dari persetujuan pihak Bank, karena pihak Bank adalah  merupakan  pihak yang mempunyai wewenang dalam pemberian
kredit  tersebut.  Persetujuan adalah pengabulan permohonan  kredit dari calon debitor. Persetujuan ini termasuk sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi karena dengan
adanya persetujuan ini maka pemberian kredit dapat dilaksanakan. 5.
Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak Kesepakatan antara kedua belah pihak ini adalah merupakan tindak lanjut dari
persetujuan pihak Bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu akta perjanjian  yang memuat hal  –  hal yang menyangkut  hak dan kewajiban   para pihak dalam pemberian
10
.Edy Putra Tje’ Aman. Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis. Penerbit Liberty. Yogyakarta. 1985. hal.40
Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kredit  tersebut. Kesepakatan ini merupakan  syarat dalam pemberian kredit, karena dengan kesepakatan inilah yang dimuat dalam perjanjian kredit tersebut diatur hubungan
hukum kedua belah pihak.
1.  Syarat Membuat Perjanjian Kredit
Pada prakteknya bentuk dan isi perjanjian kredit berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainnya. Pada dasarnya suatu perjanjian  kreditpengakuan hutang harus
memenuhi 6 syarat adalah sebagai berikut : 1.
Jumlah hutang 2.
Besarnya bunga 3.
Waktu pelunasan 4.
Cara-cara pembayaran 5.
Klausal opeisbaarheid 6.
Barang jaminan
11
Apabila keenam syarat tersebut dikembangkan isi dari perjanjian kreditpengakuan hutang yang termuat dalam Pasal –  Pasal tersebut adalah sebagai
berikut : 1.
Jumlah maksimum kredit plafond yang diberikan oleh bank kepada Debitornya. 2.
Caramedia penarikan kredit yang diberikan dilakukan di kantor Bank yang bersangkutan. Penarikan dan pembayaran akan dicatat pada pembukuan Bank dan
rekening debitor. 3.
Jangka waktu dan cara pembayaran sampai jatuh tempo.
11
.H.Budi Untung. Kredit Perbankan diIndonesia. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2000. hal.47
Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
4. Mutasi keuangan debitor dan pembukuan Bank berbentuk rekening koran, diberikan
salinannya setiap bulan oleh Bank kepada Debitor yang bersangkutan. 5.
Pembayaran bunga, administrasi, provisi, dan denda. 6.
Klausal  opeisbaarheid  yaitu klausul yang memuat hal –  hal mengenai hilangnya kewenangan bertindak atau kehilangan hak bagi debitor untuk mengurus harta
kekayaannya, barang jaminan serta kelalaian debitor untuk memenuhi ketentuan – ketentuan dalam perjanjian  kredit atau pengakuan hutang sehingga debitor harus
membayar secara seketika dan sekaligus lunas.
2. Hal – Hal yang Diatur dalam Perjanjian Kredit
Ada beberapa hal – hal yang diatur dalam akta perjanjian kredit adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan Pembuktian
Pada suatu akta otentik terdapat 3 macam kekuatan pembuktian yaitu:
a. Membuktikan antara para pihak, bahwa mereka sudah menerangkan apa yang
tertulis dalam akta tadi kekuatan pembuktian formal
b. Membuktikan antara para pihak yang bersangkutan, bahwa sungguh –  sungguh
peristiwa yang disebutkan telah terjadi kekuatan pembuktian meterial atau yang kita namakan kekuatan pembuktian mengikat
c. Membuktikan tidak saja antara para pihak yang bersangkutan tetapi juga terhadap
pihak ketiga bahwa pada tanggal tersebut dalam akta kedua belah pihak tersebut sudah menghadap di muka notaris dan menerangkan apa yang ditulis dalam akta
tersebut kekuatan pembuktian keluar
Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Grosse Akta Pengakuan Hutang
Kelebihan lain daripada akta perjanjian  kreditpengakuan hutang yang dibuat secara natariil otentik adalah dapat dimintakan Grosse Akta Pengakuan Hutang. Grosse
Akta Pengakuan Hutang ini mempunyai kekuatan eksekutorial, artinya disamakan dengan keputusan hakim yang oleh bank diharapkan pelaksanaan eksekusinya tidak perlu lagi
melalui proses gugatan yang biasanya menyita waktu lama dan memakan biaya yang besar.
3. Ketergantungan terhadap Notaris
Notaris dituntut untuk berperan aktif guna memeriksa segala aspek hukum dan kelengkapan yang diperlukan di dalam mengadakan perjanjian  kredit. Notaris harus
dianggap sebagai mitra dalam pelaksanaan suatu perjanjian  kredit. Dalam hubungan itu bank akan meminta notaris yang bersangkutan untuk berpedoman kepada model
perjanjian kredit yang telah ditetapkan oleh bank.
D. Perjanjian Kredit dalam Perspektif KUH Perdata
Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan pactum de contrahendo. Dengan demikian perjanjian  ini mendahului perjanjian  hutang piutang. Sedangkan
perjanjian  hutang piutang merupakan  pelaksanaan dari perjanjian  pendahuluan atau perjanjian  kredit.  Perbedaan yang lain antara perjanjian  kredit dan perjanjian  hutang
piutang, yaitu terletak pada sifat perjanjian tersebut. Perjanjian kredit bersifat konsensuil sedangkan perjanjian hutang piutang bersifat riil.
Karena  perjanjian  kredit  merupakan  perjanjian  pokok maka perlu mendapat perhatian yang serius, baik oleh Bank sebagai kreditur maupun nasabah sebagai kreditur.
Dasar hukum perjanjian kredit dari Perspektif KUHPerdata adalah sebagai berikut :
Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
1. KUHPerdata Bab XIII tentang perjanjian pinjam-meminjam uang.
2. Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 junto Undang-Undang Perbankan
Nomor 10 Tahun 1998 : a.
Pasal 1 angka12 tentang perjanjian kredit. b.
Perjanjian  anjak piutang, yaitu perjanjian  pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan –  tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. c.
Perjanjian  kartu Kredit, yaitu perjanjian  dagang dengan menggunakan kartu kredit yang kemudian diperhitungkan untuk melakukan pembayaran melalui
penerbit kartu kredit. d.
Perjanjian  sewa guna usaha, yaitu perjanjian  sewa menyewa barang yang berakhir dengan opsi untuk meneruskan perjanjian itu atau melakukan jual-beli.
3. Perjanjian  sewa-beli, yaitu perjanjian  yang pembayarannya dilakukan secara
angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada pembeli setelah angsurannya lunas dibayar.
Keputusan Menteri Perdagangan No. 34KPII80 4.
Perjanjian  meminjam dalam Undang-Undang melepas uang. 5.
Perjanjian pinjam uang di dalam Undang-Undang Riba. Wolker Ordonantil S. 193. N:524
12
12
.H.Budi Untung. 2000. Op.Cit. hal.30
Zaki Alyamani : Tinjauan  Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri  Studi Pada  Bank Mandiri  Kantor Wilayah I Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dari umusan yang terdapat di dalam Undang-Undang  Perbankan tentang perjanjian kredit dapat disimpulkan bahwa dasar dari perjanjian kredit adalah perjanjian
pinjam meminjam dalam KUHPerdata. KUHPerdata Pasal 1754 menyatakan bahwa : ”Perjanjian pinjam meminjam  adalah  perjanjian  dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang –  barang yang menghabis  karena pemakaian  dengan syarat bahwa pihak yang belakang  ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.”
E. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Baku