Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa (Studi Deskriptif Program Seminar Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Uta

(1)

Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa

(Studi Deskriptif Program Seminar Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Berwirausaha di Kalangan

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dususun Oleh: ACHMAD ZAKY

090922013

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Abstraksi

Penelitian ini berjudul "Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa (Studi Deskriptif Program Seminar Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana program seminar wirausaha mandiri sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Bank Mandiri, Tbk menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan melihat apakah seminar wirausaha mandiri menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan mahasiswa Universita Sumatera Utara.

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang telah mengikuti seminar wirausaha mandiri. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 77 orang responden. Sementara teknik pengambilan sampek yang digunalan adalah Purposive

Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu penelitian lapangang (Field Research) melalui kuesioner dan wawancara, juga penelitian kepustakaan (Library Research).

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dan analisis tabel silang. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y menggunakan pirantin lunak (software)

Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 15.0.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa minat berwirausaha para peserta timbul setelah mengikuti seminar wirausaha mandiri.


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi yang berjudul

“Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa (Studi Deskriftif Program Semianr Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara” ini

dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam skripsi ini penulis menjumpai banyak hambatan ataupun halangan baik dalam mencari data ataupun dalam penyelesaian penulisannya. Di samping itu, juga banyak mendapat saran, bimbingan dan pengarahan baik yang bersifat moril maupun materil serta dorongan dan semangat dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat. Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada Ibu Dra. Fatmawati Lubis, MA. selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi serta Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Kepada Ibu Yovita S, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sangat banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Kepada Staf Laboratorium dan Staf Administrasi di Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera yang telah membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan jalannya pendidikan penulis.

5. Kepada Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah mendidik, membimbing, dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada Ibunda Muliani, SPd dan Ayahanda Ibrahim Saman, SE. Kepada Kakanda Merry Muslihaty, Serta Adinda Rifki Furqan, Mizan Qausar, dan Tiara Rizkina. Kepada keluarga Besar Abdusalam dan Keluarga Besar Saman. Kepada Kelurga Besar TECH Production. Kepada PT. Bank Mandiri, Tbk. Kepada Student Entrepreneuship Center Universitas Sumatera Utara. Kepada keluarga Besar Akademi Berbagi (@akademiberbagi), @ikazain #AkBerBdg, @fanabis @pasarsapi @dbrahmantyo @ranume @yhanuar #AkBerJkt, @nicowijaya #AkBerJogja, @itikkecil #AkBerPalembang, @iphankdewe #AkberAmbon, @didut @mbakchin #AkBerSby, @_uje #AkBerSmg, @akbersolo dan AkBer yang akan berbagi di seluruh Indonesia. Kepada Keluarga Besar Sadar Sampah Indonesia (@MdnSadarSampah). Keluarga Besar #IndonesiaUnite. Para Dropers & Coiners “Koin untuk Prita’. Keluarga Besar Pesta Blogger. Keluarga Besar Plankton Indonesia. Keluarga Besar TECH Community. Kepada Angkatan 9 SMK


(5)

Telekomunikasi Sandhy Putra Medan beserta seluruh Guru dan Alumni. Kepada Angkatan 2004 D3 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Senior, Dosen, dan Staf. Kepada Finalis Nasional Wirausaha Mandiri 2009, mengagumkan sekali bisa satu panggung sama kalian. Kepada Finalis Nasional Network Competition 2005, awal dari cita-cita menjadi kuli IT di luar negeri. Kepada Yayasan Pusaka Indonesia, atas ilmu dan seluruh kebaikan. Kepada semua klien TECH Production, terima kasih atas kesempatan dan kerjasamanya.

7. Terima kasih individu-individu yang luar biasa baik ini: @fellaui @be_Rando @ciewedok @naldyaunderscore @satriasyel @azirianto @bayoeasmara @kikiitukihong @ok_bodo @ulfiandayani @windisiregar @nendooot @ezoy @dyt_rahmat. Kepada teman-teman yang ikut membangun TECH Production; Abdullah Sani Samosir, M. Ridho Rasyid, Noval Siregar, Putra, Azwar Syarif, dan seluruh teman-teman yang terlibat di event dan project TECH Production, terima kasih telah membuat dunia ini lebih menarik. Kepada teman-teman @FiksiMiniMdn, @kotakhitam_ #17an #memetwit dan segala hastag luar bisayang beredar di social media. Kepada para juragan warung kopi langganan; Keude Kupie Ulee Kareng dan Kede Kopi Kami, terima kasih untuk kopi dan akses internet gratisnya, banyak hal menakjubkan lahir dari duduk-duduk disana.

8. Kepada Dokter Loew Island Hospital Penang. Kepada Bapak Rhenald Kasali dan seluruh tim di Rumah Perubahan, terima kasih untuk

entrpreneurial capital & ethics nya, juga untuk hadiah bukunya. Bapak


(6)

Jaya Setiabudi, Irwan Hidayat, Sudhame, tim Action Coach, dan seluruh orang yang telah menginpirasi di program Coaching Wirausaha Mandiri. Untuk teman-teman yang ikut menulis di Buku “Be Strong Indonesia“, tulisan pertamaku yang dibukukan, ide seluruh royalti disumbangkan ke bencana yang terjadi di Indonesia adalah hal yang membahagiakan. Kepada teman-teman baru dari proyek @nulisbuku. Kepada teman-teman di Briton Dr.Mansyur Medan,

9. Terima kasih kepada teman-teman Ektensi Ilmu Komunikasi 2009 Universitas Sumatera Utara, terutama kelas B. Sungguh tidak terasa kuliah bersama kalian, semoga sukses semuanya.

10. Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan disini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai titik kesempurnaannya karena adanya kekurangan atau apapun. Penulis mengaharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritikan dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan skripsi ini sehingga penulis dan para pembaca dapat menjadikan skripsi ini sebuah pengetahuan yang dapat dipahami oleh banyak pihak.

Penulis Achmad Zaky


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 10

I.3 Pembatasan Masalah ... 10

I.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 10

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 10

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 11

I.5 Kerangka Teori ... 11

I.5.1 Teori Laswell ... 12

I.5.2 Public Relations... 15

I.5.3 Corporate Social Responsibility ... 16

I.6 Kerangka Konsep ... 17

I.7 Model Teoritis ... 18

I.8 Variabel Operasional ... 19

I.9 Defenisi Operasional Variabel ... 20

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Pengertian Komunikasi ... 23

II.2 Teori Laswell ... 29

II.2.1 Brosur ... II.3 Public Relations ... 31

II.3.1 Publik dalam Public Relations ... 34

II.3.2 Fungsi dan tujuan Public Relations ... 35

II.3.2 Peran Public Relations dalam Perusahaan ... 38

II.4 Corporate Social Responsibility ... 43

II.4.1 Latar Belakang & Perkembangan CSR... 47

II.4.2 Dasar Hukum Corporate Social Responsibility .. 55

II.4.3 Manfaat Corporate Social Responsibility ... 57

II.4.4 Community Development CSR ... 67

II.5 Minat ... 83

II.5.1 Pengertian Minat... 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ... 87

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 88

III.2.1 Profil Bank Mandiri ... 88

III.2.2 Profil Student Entrepreneurship Center ... 104


(8)

III.4 Populasi dan Sampel ... 119

III.4.1 Populasi ... 119

III.4.2 Sampel... 120

III.5 Teknik Penarikan Sampel ... 121

III.5.1 Purposive Sampling ... 121

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 122

III.7 Teknik Analisis Data ... 122

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Proses Pengumpulan Data ... 124

IV.2 Analisa Tabel Tunggal ... 126

IV.3 Analisis Tabel Silang ... 149

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 156

V.2 Saran ... 157 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 2. Kuesioner Penelitian

3. Tabel Spearman Rho 4. Tabel Front Cobol 5. Surat Izin Penelitian


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Jenis Kelamin ... 126

Tabel IV.2 Usia ... 127

Tabel IV.3 Pendidikan ... 128

Tabel IV.4 Status Perkawinan... 129

Tabel IV.5 Pengerluaran ... 130

Tabel IV.6 Pembicara merupakan seorang yang ahli di bidangnya ... 131

Tabel IV.7 Pakaian pembicara terlihat rapi dan sopan ... 132

Tabel IV.8 Penampilan pembicara berwibawa dan berkharisma ... 133

Tabel IV.9 Pembicara mempresentasikan pengalamannya berwirausaha ... 134

Tabel IV.10 Materi seminar sesuai dengan tema wirausaha ... 135

Tabel IV.11 Materi seminar bermanfaat bagi peserta ... 136

Tabel IV.12 Materi dan pesan disampaikan dengan bahasa dan cara yang mudah dimengerti ... 137

Tabel IV.13 Peserta mampu memahami materi yang disampaikan oleh pembicara... 138

Tabel IV.14 Program seminar wirausaha mandiri dilaksanakan secara berkelanjutan ... 139

Tabel IV.15 Program seminar wirausaha mandiri akan dilanjutkan program lainnya ... 140

Tabel IV.16 Seminar wirausaha mandiri sebagai media yang tepat menyampaikan materi tentang wirausaha ... 141

Tabel IV.17 Peserta memberikan pertanyaan atau tanggapan ... 142

Tabel IV.18 Peserta memberikan masukan atau pendapat ... 143

Tabel IV.19 Peserta mengetahui tujuan diselenggarakannya seminar wirausaha mandiri... 144

Tabel IV.20 Peserta merasa senang mengikuti seminar wirausaha mandiri .. 145

Tabel IV.21 Peserta tertarik dengan tema pembahasan pada seminar wirausaha mandiri... 146

Tabel IV.22 Seminar Wirausaha Mandiri sesuai dengan harapan peserta ... 147

Tabel IV.23 Peserta termotivasi untuk berwirausaha ... 148

Tabel IV.24 Hubungan antara materi yang disampaikan pada seminar sesuai dengan tema wirausaha : ketertarikan peserta dengan tema pembahasan pada seminar wirausaha mandiri ... 150

Tabel IV.25 Hubungan antara materi yang disampaikan pada seminar bermanfaat bagi peserta : apa yang didapatkan pada seminar wirausaha mandiri sesuai dengan harapan peserta ... 152

Tabel IV.26 Hubungan antara seminar wirausaha mandiri adalah media yang tepat dalam menyampaikan materi tentang wirausaha : apa yang disampaikan pada seminar memotivasi peserta untuk berwirausaha ... 154


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

Abstraksi

Penelitian ini berjudul "Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa (Studi Deskriptif Program Seminar Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana program seminar wirausaha mandiri sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Bank Mandiri, Tbk menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan melihat apakah seminar wirausaha mandiri menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan mahasiswa Universita Sumatera Utara.

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang telah mengikuti seminar wirausaha mandiri. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 77 orang responden. Sementara teknik pengambilan sampek yang digunalan adalah Purposive

Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu penelitian lapangang (Field Research) melalui kuesioner dan wawancara, juga penelitian kepustakaan (Library Research).

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dan analisis tabel silang. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y menggunakan pirantin lunak (software)

Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 15.0.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa minat berwirausaha para peserta timbul setelah mengikuti seminar wirausaha mandiri.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah tidak asing lagi di

kalangan masyarakat umum, sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. CSR berkaitan dengan tanggung jawab sosial, kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Industri dan korporasi dalam hal ini berperan untuk mendorong perekonomian yang sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak semata memprioritaskan tujuannya pada memperoleh laba setinggi-tingginya, melainkan meliputi aspek keuangan, sosial, dan aspek lingkungan lainnya (Suharto, 2006). Konsep tanggung jawab perusahaan yang telah dikenal sejak 1970-an, merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, lingkungan, serta komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan.

CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan pengoperasian perusahaan. Prinsip moral dan etis perusahaan dapat terlihat dengan adanya hubungan yang harmonis antara perusahaan tersebut dengan masyarakat sekitarnya, yakni menggapai hasil terbaik dengan meminimalisir kerugian bagi kelompok masyarakat lainnya. Hal ini guna menciptakan sebuah keseimbangan dan pemerataan kesejahteraan sosial ekonomi


(13)

di masyarakat agar kecemburuan sosial tidak lagi berpotensi menjadi sumber konflik. Sebagai sebuah konsep moral dan etis yang berciri umum, CSR pada tatanan praktisnya harus dialirkan ke dalam program-program konkrit. Salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah Community Development. Corporate Social

Responsibility (CSR) dipandang sebagai suatu keharusan untuk membangun citra

yang baik dan terpercaya bagi perusahaan. Praktik CSR yang berkelanjutan sebagai Investasi Sosial (Social Investment) yang berbuah pada lancarnya operasional perusahaan.

Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan mempunyai adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat dinikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas.


(14)

Dalam konteks pembangunan saat ini, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada aspek keuntungan secara ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga bertanggungjawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya. Dasar pemikirannya adalah menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan aspek terkait lainnya, yaitu aspek sosial dan lingkungan (Rudito, Budimanta, Prasetijo: 2004).

Terdapat beberapa contoh kasus, terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya, khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono: 2007). Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan limbah ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT. Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional (Leimona, Fauzi :2008). Begitupula konflik hingga tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan


(15)

dan masalah sosial terkait operasional PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang semakin memburuk (Mulyadi: 2003).

Jika dilihat dari beberapa kasus diatas, masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian yang berlipat. Oleh karena itu masalah pengelolaan sosial dan lingkungan untuk saat ini tidak bisa menjadi hal marginal, ditempatkan pada tahap kuratif atau aspek yang tidak dianggap penting dalam beroperasinya perusahaan. Tanggungjawab sosial perusahaan atau dikenal dengan istilah Corporate Social

Responsibility (CSR), merupakan aspek penting yang harus dilakukan perusahaan

dalam operasionalnya. Hal tersebut bukan semata-mata memenuhi peraturan perundang-undangan sebagaimana untuk perusahaan tambang diatur dalam Undang-undang No 22 tahun 2001, maupun untuk Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang undang No. 40 pasal 74 tahun 2007, melainkan secara logis terdapat hukum sebab akibat, dimana ketika operasional perusahaan memberikan dampak negatif, maka akan muncul respon negatif yang jauh lebih besar dari masyarakat maupun lingkungan yang dirugikan.

Setidaknya terdapat 3 (tiga) alasan penting mengapa perusahaan harus melaksanakan CSR, khususnya terkait dengan perusahaan ekstraktif (Wibisono: 2007). Pertama, perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat.


(16)

Perusahaan harus menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan pada masyarakat. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya izin untuk melakukan operasi yang sifatnya kultural. Wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dari dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.

Sebagai sebuah konsep, saat ini CSR menjadi perhatian banyak perusahaan, CSR akan menjadi sebuah tren global dimana tidak hanya di dunia internasional tetapi juga di indonesia program CSR akan menjadi sebuah standar perusahaan. Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan investasi perusahaan. Secara teoritis, The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam publikasinya Making Good Business Sense (Wibisono, 2007: 7) mendefenisikan CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk terus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.


(17)

Memang pada saat ini di Indonesia, praktek CSR belum menjadi suatu keharusan yang umum, namun dalam abad informasi dan teknologi serta adanya desakan globalisasi, maka tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan CSR akan semakin besar. Tidak menutup kemungkinan bahwa CSR menjadi kewajiban baru standar bisnis yang harus dipenuhi seperti layaknya standar ISO. Pada akhir tahun 2008 sudah diluncurkan ISO 26000 on Social Responsibility, sehingga tuntutan dunia usaha menjadi semakin jelas akan pentingnya program CSR dijalankan oleh perusahaan apabila menginginkan keberlanjutan dari perusahaan tersebut.CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win win situation), misalnya konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai, yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung. Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR, diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR. Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di


(18)

masa datang. Perusahaaan perlu bertanggung jawab bahwa di masa mendatang tetap ada manusia di muka bumi ini, sehingga dunia tetap harus menjadi manusiawi, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan kini dan di hari esok. (Timotheus Lesmana, Eka Tjipta Foundation)

Salah satu program yang menjadi fokus utama adalah program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang mampu membuat kegiatan CSR Bank Mandiri semakin terarah dan sejalan dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Program Wirausaha Muda Mandiri merupakan salah satu tahapan penting untuk menjadikan Bank Mandiri sebagai Dominant Specialist & Regional Champion

Bank. Program Wirausaha Muda Mandiri ditujukan bagi generasi muda agar dapat

mempersiapkan diri untuk tidak sekedar menjadi pencari kerja namun mampu menjadi wirausaha yang menciptakan lapangan kerja baru dan menjadi salah satu pilar penggerak perekonomian bangsa, khususnya di sektor usaha kecil dan menengah. Program Wirausaha Muda Mandiri telah menjadi tema utama

Corporate Social Responsibility Bank Mandiri.

Program Wirausaha Mandiri merupakan bentuk kepedulian Bank Mandiri sekaligus dukungan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan mahasiswa dan alumni. Rangkaian program ini terbagi dalam beberapa kegiatan; seperti sosialisasi modul kewirausahaan, workshop, expo, beasiswa, penghargaan, beasiswa business plan dan program coaching bisnis Mandiri. Penyelenggaraan

Wirausaha Mandiri pada 2010 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini, pelatihan kewirausahaan tidak hanya diberikan kepada mahasiswa, tapi juga kepada para dosen. Tujuannya, memperdalam pemahaman dosen terhadap materi pada modul kewirausahaan yang telah disusun untuk menjadi referensi


(19)

pengajaran mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi serta membentuk pola pikir yang sama dalam memandang kewirausahaan. Pencarian bibit wirausaha muda baru dilakukan melalui pelaksanaan modul kewirausahaan di PTN/PTS, pemberian beasiswa wirausaha, pelaksanaan workshop dan penganugerahan. Sedangkan pembinaan berwirausaha dilakukan melalui pendidikan berwirausaha, pendampingan berwirausaha dan promosi. Program Wirausaha Muda Mandiri merupakan salah satu kontribusi Bank Mandiri bagi pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia, yang diwujudkan secara berkesinambungan dan fokus pada generasi muda yang merupakan generasi penerus bangsa. Pelaksanaan program ini dilatarbelakangi dari keprihatinan Bank Mandiri terhadap besarnya jumlah pengangguran di Indonesia, terutama dari kalangan generasi muda. Jumlah pengangguran terbuka di Indonesia pada 2007 mencapai 10,5 juta jiwa, lalu menurun menjadi 9,4 juta jiwa (2008) dan 9,2 juta jiwa (2009).

Banyaknya jumlah pengangguran ini tak lepas dari paradigma berpikir (mindset) generasi muda yang rata-rata ingin menjadi pegawai, sementara ketersediaan lapangan kerja di sektor formal sangat terbatas. Hal ini sangat disayangkan, mengingat kemampuan dan kreativitas generasi muda saat ini sangat tinggi dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Menurut David McClelland, untuk menjadi negara maju dan makmur, minimal jumlah wirausaha yang dibutuhkan adalah 2% dari total jumlah penduduk. Amerika Serikat, tahun 2007 memiliki 11,5% entrepreneur, Singapura pada tahun 2005 memiliki 7,2 %

entrepreneur (pengusaha), sedangkan Indonesia hanya memiliki 0,18%


(20)

Melalui pelaksanaan program Wirausaha Muda Mandiri yang dimulai sejak tahun 2007, kami ingin mengajak generasi muda menjadi generasi yang mandiri, sehingga bukan hanya menjadi generasi pencari kerja namun mampu menjadi generasi pencipta lapangan pekerjaan. Selain itu juga mewujudkan peranan Bank Mandiri dalam menggerakkan sektor UMKM sebagai pilar dan penggerak perekonomian bangsa. Dengan banyaknya penambahan jumlah wirausaha muda, diharapkan pencapaian 2% jumlah penduduk Indonesia sebagai pengusaha bisa segera tercapai. Saat ini tercatat baru 0,18% penduduk Indonesia yang menjadi pengusaha. Terciptanya banyak Wirausaha Muda Mandiri yang tangguh, percaya diri, dan berintegritas tinggi akan menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan perekonomi Indonesia.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran Corporate Social

Responsibility (CSR) PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk khususnya program

Wirausaha Muda Mandiri. Sejak tahun 2007 Bank Mandiri telah menunjukkan banyak kepedulian sosial (Corporate Social Responsibility) kepada masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas tentang penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang selama ini telah dilaksanakan oleh PT Bank Mandiri (persero) Tbk dan minat wirausaha dikalangan Student Entrepreneurship Center (SEC) Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam proposal penelitian yang berjudul “Program Seminar Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara”.


(21)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut : “bagaimana Program Seminar Wirausaha Mandiri Sebagai Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Bank Mandiri, Tbk Menumbuhkan Minat Berwirausaha Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga menghasilkan uraian yang sistematis, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

a. Penelitian terbatas pada Seminar Wirausaha Mandiri, Program Corporate

Social Responsibility (CSR) PT. Bank Mandiri, Tbk

b. Minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang telah mengikuti Seminar Wirausaha Mandiri.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui efektifitas Seminar Wirausaha Mandiri, Program

Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Bank Mandiri, Tbk.


(22)

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara setelah mengikuti program Seminar Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah :

a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai Ilmu Komunikasi khususnya tentang

Corporate Social Resposiblity (CSR) sebagai bagian dari Ilmu Komunikasi.

b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya mengenai

Corporate Social Responsibility (CSR) dan juga diharapkan dapat

memeberikan sumbangan pemikiran bagi pembacanya.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi/masukan yang positif bagi perusahaan yang menjalankan program

Corporate Social Responsibility (CSR).

I.5. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai pedoman dasar berpikir dan berfungsi untuk mendukung kegiatan analisa variable-variabel yang diteliti. Hal itu sangat berkaitan dengan pengertian teori yaitu serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi, dan proposi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1995:57).


(23)

Menurut Kerlinger menyatakan teori merupakan himpunan konstuk (konsep), definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004 : 6). Dengan adanya kerangka teori peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Teori Laswell, Public Relations, dan Corporate Social Responsibility (CSR).

I.5.1. Teori Laswell

Salah satu tokoh penting dalam sejarah awal ilmu komunikasi di Amerika adalah Harold Lasswell. Diktum Lasswell akan selalu diingat oleh mereka yang pernah sedikit belajar ilmu politik atau ilmu komunikasi – karena sesungguhnya Harold Lasswell adalah ilmuwan politik-; “Who says what, to

whom, to which channel and with what effect”. Inilah diktum yang akan selalu

diingat sebagai suatu model teori komunikasi yang linier, yang ia temukan dari hasil pengamatan dan praktek yang ia lakukan sepanjang masa perang dunia pertama dan kedua.

Pada tahun 1926, Harold Lasswell menulis disertasinya yang berjudul “Propaganda Technique in the World War” yang menyebutkan sejumlah program propaganda yang bervariasi mulai dari konsep sebagai strategi komunikasi politik, psikologi audiens, dan manipulasi symbol yang diambil dari teknis propaganda yang dilakukan oleh Jerman, Inggris, Perancis dan Amerika.


(24)

Sebenarnya kata propaganda sendiri merupakan istilah yang netral. Kata yang berasal dari bahasa Latin “to sow” yang secara etimologi berarti: “menyebarluaskan atau mengusulkan suatu ide” (to disseminate or propagate an

idea). Namun dalam perkembangannya kata ini berubah dan mengandung

konotasi negatif yaitu pesan propaganda dianggap tidak jujur, manipulatif, dan juga mencuci otak . Pada perkembangan awal ilmu komunikasi, propaganda menjadi topik yang paling penting dibahas pada masa itu, namun anehnya setelah tahun 1940-an, analisis propaganda ini menghilang dari khasanah ilmu-ilmu social di Amerika. Sebagai penggantinya muncullah istilah seperti komunikasi massa (mass communication) atau penelitian komunikasi (communication

research), menggantikan istilah propaganda atau opini publik untuk menjelaskan

pekerjaan peneliti komunikasi.

Lasswell sendiri memberikan definisi atas propaganda sebagai “manajemen dari tingkah laku kolektif dengan cara memanipulasi sejumlah simbol signifikan”. Untuknya definisi ini tidak mengandung nilai baik atau buruk, dan penilaiannya sangat bergantung pada sudut pandang orang yang menggunakannya. Sementara itu ahli lain (Petty & Cacioppo 1981) menyebut propaganda sebagai usaha “untuk mengubah pandangan orang lain sesuai yang diinginkan seseorang atau juga dengan merusak pandangan yang bertentangan dengannya”. Dalam pengertian ilmu komunikasi, baik propaganda maupun persuasi adalah kegiatan komunikasi yang memiliki tujuan tertentu (intentional

communication), dimana si sumber menghendaki ada perilaku yang berubah dari

orang lain untuk kepentingan si sumber, tapi belum tentu menguntungkan kepada orang yang dipengaruhi tersebut. Jadi propaganda lebih menunjuk pada kegiatan


(25)

komunikasi yang satu arah, sementara persuasi lebih merupakan kegiatan komunikasi interpersonal (antar individu), dan untuk itu mengandalkan adanya tatap muka berhadap-hadapan secara langsung. Dengan demikian sebenarnya propaganda adalah persuasi yang dilakukan secara massal.

Lasswell juga terlibat dalam proyek perang dunia II dengan melakukan analisa isi terhadap pesan-pesan propaganda yang dilakukan oleh pihak sekutu. Dengan analisa tersebut Lasswell bermaksud hendak meningkatkan kemampuan dan metodologi propaganda yang dilakukan pada masa itu. Dengan kata lain, Lasswell tak cuma menganalisa propaganda tapi ia juga menciptakan propaganda lain, menghasilkan para murid yang ahli propaganda untuk membantu pemerintah Amerika dalam mengembangkan propaganda dan program intelijen dari pemerintah.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka kita dapat mengutip model komunikasi dari Harold Lasswell dalam karyanya The Structure And Function Of Communication In Society menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With

What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan

Efek Apa). Berdasarkan paradigma Laswell di atas, maka komunikasi berarti proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seorang komunikan melaui media komunikasi tertentu untuk menghasilkan efek tertentu. Dewasa ini sangat beragam jenis media komunikasi yang beredar di masyarakat, yang dapat dipergunakan dalam kegiatan berkomunikasi.


(26)

I.5.2. Public Relations

Istilah Public Relations pertama kali dikenalkan oleh Ivy Ledbetter Lee pada tahun 1906, dan Lee disebut sebagai bapak PR sedunia. Public Relations atau yang biasa disebut dengan Hubungan Masyarakat (HUMAS) merupakan sebagai alat perantara anatara pimpinan organisasi dengan publiknya, baik dalam upaya membina hubungan masyarakat internal maupun eksternal. Sebagai publik, mereka berhak mengetahui rencana kebijaksanaan, aktivitas, program kerja dan rencana-rencana usaha suatu organisasi/perusahaan berdasarkan keadaan, harapan-harapan, keinginan-keinginan publik sebagai sasarannya (Ruslan, 2002:16).

Edward L. Bernays mendefinisikan public relations merupakan sebuah profesi yang berkenaan dengan relasi-relasi sebuah unit dengan publik atau publik-publiknya yang merupakan relasi yang menjadi dasar berlangsungnya kehidupan (Iriantara 2004 : 43). Tujuan aktivitas Public Relation yang dijalankan organisasi adalah membangun pemahaman public terhadap organisasi sehingga dapat terbangun hubungan yang baik antara organisasi dengan publiknya dan terpelihara pulalah citra organisasi tersebut.

Onong Uchjana Effendy (2003 : 132) mengemukakan ciri-ciri Public

Relations sebagai berikut :

- Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal balik.

- Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi, penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.

- Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan perusahaan.


(27)

- Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan khalayak

Berdasarkan ciri-ciri public relations tersebut jelas bahwa public relations mendukung tercapainya tujuan perusahaan yang melibatkan seluruh komponen perusahaan yang bersangkutan baik ke dalam maupun keluar.

I.5.3 . Corporate Social Responsibility (CSR)

Istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With FORKS : The Tripple Bottom Line in 21th

Century Business (1988) karya John Elkington menegembangkan 3 komponen

penting suistainable development, yakni economic growth, environmental

protection dan social equity, yang digagas “The World Commision On Environmental and Development (WCED)” dalam “Brundtland Report” (1987),

Elkingston mengemas CSR dalam 3 (tiga) fokus yakni 3P, singkatan dari profit,

planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan

ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap ketertarikan lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).

Secara umum Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan peningkatan kualitas kehidupan kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat dinikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas atau citra yang baik.


(28)

Salah satu definisi CSR Asia berbunyi “Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan serasa menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders” (Ruslan : 1999). Chambei et.al mendefinisikan CSR sebagai “melakukan tindakan sosial (termasuk lingkungan hidup) lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan perundang-undangan”. Yang sering dipakai adalah definisi World Business Council For Sustanable Development, yang menyatakan bahwa CSR adalah komitmen berkelanjutan dari bisnis untuk berperilaku etis dan berkontribusi bagi pembangunan ekonomi, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawannya beserta keluarga, serta masyarakat lokal ataupun masyarakat luas (Teguh : Majalah SWA edisi 19 : 12). Kegiatan CSR yang dikelola Bank Mandiri semuanya dilakukan demi kesejahteraan masyarakat disekitar perusahaan dan demi dampak jangka panjang yaitu terbentuknya citra positif perusahaan di mata masyarakat.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun peneliti dalam merumuskan hipotesis (Nawawi, 1995 : 40).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat ditliti secara empiris, maka harus


(29)

dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Varaiabel Bebas

Variabel bebas (independent variabel) adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1995 : 56).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variabel) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 : 37).

I.7. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 Model Teoritis Varaibel Bebas (X)

Seminar Wirausaha Mandiri, Program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri.

Variabel Terikat (Y)

Minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa USU

Varaibel Bebas (X)

Seminar Wirausaha Mandiri

Varaibel Bebas (Y)

Minat berwirausaha dikalangan Mahasiswa


(30)

I.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut :

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Seminar Wirausaha Mandiri, Program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri

1. Komunikator - Kredibilitas - Daya tarik 2. Pesan - Credibility - Context - Content - Clearity

- Continuity dan Consistency - Channel of Distribution - Capability of Audience

Variabel Terikat (Y)

Minat berwirausaha dikalangan Mahasiswa USU

1. Perhatian - Daya tanggap - Kepercayaan - Pemahaman - Dimengerti 2. Minat

- Rasa suka/senang - Rasa tertarik - Sumber motivasi - Harapan


(31)

I.9. Defenisi Variabel Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel- variabel. Defenisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46). Defenisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

A. Variabel Bebas (Seminar Wirausaha Mandiri, Program Corporate Social

Responsibility (CSR) Bank Mandiri)

1. Komunikator:

- Kredibilitas yaitu penilaian yang baik dimata khalayak dimana seorang harus mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya sebagai seorang nara sumber/pembicara .

- Keahlian, yaitu keahlian yang dimiliki oleh nara sumber/pembicara

- Penampilan dan Kerapian, yaitu penampilan dan kerapian fisik seorang nara sumber/pembicara .

- Daya tarik yaitu dilihat dari segi fisik dan penampilan serta memiliki kewibaan dan karisma yang melekat pada diri seorang nara sumber/pembicara .


(32)

2. Pesan:

- Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan.

- Context, yaitu komunikasi harus sesuai dengan tema kewirausahaan.

- Content, yaitu pesan harus mempunyai arti/manfaat.

- Clearity, yaitu pesan disusun dalam bahasa sederhana.

- Continuity dan Consistency, yaitu proses komunikasi adalah proses

yang tidak pernah berakhir dan harus ada pengulangan.

- Channel, yaitu media yang digunakan sebagai saluran untuk

menyampaikan isi pesan.

- Capability, yaitu kemampuan khalayak dalam mencerna isi pesan.

B. Variabel Terikat (Minat berwirausaha dikalangan Mahasiswa USU).

1. Perhatian, yaitu atensi yang diberikan oleh responden pada saat mengikuti seminar wirausaha mandiri.

- Daya tanggap, merupakan respon yang diberi oleh peserta seminar terhadap pemaparan pembicara

- Kepercayaan, yaitu keyakinan atas pesan dan materi yang disampaikan oleh pembicara.

- Pemahaman, yaitu peserta paham akan pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara


(33)

2. Minat, yaitu suatu keinginan yang kuat atau ketertarikan terhadap Seminar Wirausaha Mandiri yang timbul setelah mengikuti seminar wirausaha mandiri.

- Rasa suka/senang, yaitu kesukaan atau kesenangan seseorang terhadap suatu objek yang dipilih.

- Rasa tertarik, yaitu kecenderungan untuk mencari objek atau aktifitas yang disenangi tanpa ada orang yang menyuruh.

- Sumber motivasi, yaitu suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

- Harapan, merupan keinginan yang timbul terhadap suatu pilihan dari suatu objek.


(34)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Menurut Nawawi (1995:40), dalam sebuah penelitian perlu dibuat kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segi manda penliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Sedangkan Kerlinger menjabarkan pengertian teori sebagai suatu himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, utnuk menjelaskan relasi diantara gejala tersebut (Rakhmat, 1998:6). Berikut merupakan teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

II.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama atau sama makna (Effendy, 1990:9). Sama makna yang dimaksudkan adalah


(35)

selain mengerti bahasa yang digunakan dalam suatu percakapan kita juga harus mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Jika selama percakapan berlangsung tercapai kesamaan makna tersebut, maka percakapan itu bisa dikatakan komunikatif.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap (Effendy, 1990:11), yaitu:

a. Proses komunikasi secara primer.

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung dapat menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi secara sekunder.

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Pentingnya peranan media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Akan tetapi, para ahli komunikasi mengakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan


(36)

pesan-pesan yang bersifat informatif saja.

Selanjutnya, ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi proses komunikasi menurut William G. Scott (Suprapto, 2006:7), yakni:

1. The Act (Perbuatan)

Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia. Pada umumnya lambang-lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau dalam keadaan tertentu tanda-tanda lain dapat pula dipergunakan.

2. The Scene (Adegan)

Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menekankan hubungannya dengan lingkungan komunikasi. Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan kata lain, dengan menggunakan simbol apa sesuatu itu dapat dikomunikasikan. 3. The Agent (Pelaku)

Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi disebut pelaku komunikasi. Pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) yang terlibat di dalamnya adalah contoh pelaku komunikasi tersebut. Dan peranannya seringkali saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang berkembang.

4. The Agency (Perantara)

Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara itu (the agency). Alat-alat itu selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, dapat juga alat komunikasi tertulis, seperti surat perintah, memo, buletin, nota, surat tugas dan jenis lainnya.


(37)

5. The Purpose (Tujuan)

Menurut Grace dalam Thoha (Suprapto, 2006:8) ada empat macam tujuan tersebut:

- Tujuan Fungsional (The Functional Goals), ialah tujuan yang secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi atau lembaga. - Tujuan Manipulasi (The Manipulative Goals), tujuan ini dimaksudkan

untuk menggerakkan orang-orang yang mau menerima ide-ide yang disampaikan baik sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan sikapnya sendiri.

- Tujuan Keindahan (The Aesthetics Goals), tujuan ini bermaksud untuk menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan perasaan tadi dalam kenyataan.

Wilbur Schramm (Effendy, 1990:13) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan komunikator akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.


(38)

Kenyataan telah menunjukkan bahwa komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi mahluk sosial, setiap manusia akan melaksanakan kegiatan komunikasi bila ingin mengadakan hubungan dengan pihak lain. Oleh sebab itu, terjadinya komunikasi adalah sebagi konsekuensi hubungan sosial (Effendy, 2002:3).

Carl I Hovland mendefenisikan komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) (Effendy, 2002:48). Horold Lasswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang sampaikan, melalui jaringan apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2000:18).

Defenisi-definisi yang dikemukakan tersebut tentunya belum mewakili semua defenisi komunikasi yang telah dibuat banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah memperoleh gambaran seperti apa yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja (Cangara, 2000:20).

Karena itu jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat lebih efektif maka dapat digunakan komunikasi yang efektif berarti, bahwa komunikator dan komunikan, dalam hal ini lembaga dan masyarakat sama-sama


(39)

memiliki pengertian yang sama mengenai sesuatu yaitu kebutuhan dan keinginan dari masyarakat terpenuhi dengan baik.

Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan diatas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “bahasa komunikasi” komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan, bisa terdiri dari 1 (satu) orang tetapi juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga.

2. Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang yang ditujukan oleh komunikator kepada komunikan.

3. Komunikan adalah orang yang menerima pesan, bisa terdiri dari satu orang atau lebih.

4. Media adalah sarana atau jaringan yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

5. Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan yang berupa sikap dan tingkah laju seseorang (Effendy, 2002:6) Joseph A. Devito membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi public dan komunikasi massa (Cangara, 2000:29). Seperti telah disinggung di muka, kegiatan humas pada hakekatnya adalah kegiatan komunikasi dan komunikasi yang digunakan pada kegiatan humas ini adalah komunikasi public (Public Communication).


(40)

Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing. Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontiniu. Dapat di identifikasi siapa yang berbicara dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas. Hal ini disebabkan oleh jumlah khalayak yang relatif besar (Cangara, 2000:34). Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur (Cangara, 2000:2).

II.2 Teori Laswell

Salah satu tokoh penting dalam sejarah awal ilmu komunikasi di Amerika adalah Harold Lasswell. Diktum Lasswell akan selalu diingat oleh mereka yang pernah sedikit belajar ilmu politik atau ilmu komunikasi – karena sesungguhnya Harold Lasswell adalah ilmuwan politik-; “Who says what, to

whom, to which channel and with what effect”. Inilah diktum yang akan selalu

diingat sebagai suatu model teori komunikasi yang linier, yang ia temukan dari hasil pengamatan dan praktek yang ia lakukan sepanjang masa perang dunia pertama dan kedua.

Pada tahun 1926, Harold Lasswell menulis disertasinya yang berjudul “Propaganda Technique in the World War” yang menyebutkan sejumlah program propaganda yang bervariasi mulai dari konsep sebagai strategi komunikasi politik, psikologi audiens, dan manipulasi symbol yang diambil dari teknis propaganda yang dilakukan oleh Jerman, Inggris, Perancis dan Amerika.


(41)

Lasswell sendiri memberikan definisi atas propaganda sebagai “manajemen dari tingkah laku kolektif dengan cara memanipulasi sejumlah symbol signifikan”. Untuknya definisi ini tidak mengandung nilai baik atau buruk, dan penilaiannya sangat bergantung pada sudut pandang orang yang menggunakannya. Sementara itu ahli lain (Petty & Cacioppo 1981) menyebut propaganda sebagai usaha “untuk mengubah pandangan orang lain sesuai yang diinginkan seseorang atau juga dengan merusak pandangan yang bertentangan dengannya”. Dalam pengertian ilmu komunikasi, baik propaganda maupun persuasi adalah kegiatan komunikasi yang memiliki tujuan tertentu (intentional

communication), dimana si sumber menghendaki ada perilaku yang berubah dari

orang lain untuk kepentingan si sumber, tapi belum tentu menguntungkan kepada orang yang dipengaruhi tersebut. Jadi propaganda lebih menunjuk pada kegiatan komunikasi yang satu arah, sementara persuasi lebih merupakan kegiatan komunikasi interpersonal (antar individu), dan untuk itu mengandalkan adanya tatap muka berhadap-hadapan secara langsung. Dengan demikian sebenarnya propaganda adalah persuasi yang dilakukan secara massal.

Lasswell juga terlibat dalam proyek perang dunia II dengan melakukan analisa isi terhadap pesan-pesan propaganda yang dilakukan oleh pihak sekutu. Dengan analisa tersebut Lasswell bermaksud hendak meningkatkan kemampuan dan metodologi propaganda yang dilakukan pada masa itu. Dengan kata lain, Lasswell tak cuma menganalisa propaganda tapi ia juga menciptakan propaganda lain, menghasilkan para ahli propaganda untuk membantu pemerintah Amerika dalam mengembangkan propaganda dan program intelejen dari pemerintah.


(42)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka kita dapat mengutip model komunikasi dari Harold Lasswell dalam karyanya The Structure And Function Of Communication In Society menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With

What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan

Efek Apa). Berdasarkan paradigma Laswell di atas, maka komunikasi berarti proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seorang komunikan melaui media komunikasi tertentu untuk menghasilkan efek tertentu. Dewasa ini sangat beragam jenis media komunikasi yang beredar di masyarakat, yang dapat dipergunakan dalam kegiatan berkomunikasi.

II.3 Public Relation

Secara etimologis, public relations terdiri dari dua buah kata, yaitu public dan relations. Dalam bahasa Indonesia, kata pertama berarti publik, dan kata kedua berarti hubungan-hubungan. Jadi, public relations berarti hubungan- hubungan dengan publik. Istilah public sukar diindonesiakan, dan sampai sekarang belum ada terjemahan yang khusus serta baku. Sebagian orang berpendapat bahwa public sama dengan masyarakat, maka public relations diartikan menjadi hubungan masyarakat. Namun demikian, tidak semua kata


(43)

Menurut Oemi (dalam Suhandang, 2004: 30), pengertian public mengacu pada sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama pula. Hal yang menonjol dalam publik adalah perhatian dan kepentingan, bukan kehidupan atau hubungan antar anggotanya.

S. Bogardus dalam bukunya The Making of Public Opinion, (dalam Suhandang, 2004: 31) menyatakan bahwa publik adalah sejumlah besar orang di mana sumber antara satu dengan yang lainnya bisa tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah. Menurut Webster (1956), istilah relations pada hakikatnya dimaksudkan dengan kegiatan membentuk suatu pertalian relasi atau menjalin hubungan satu sama lain. Lebih teknis lagi menurut Echlos (1976), kegiatan dimaksud merupakan komunikasi dalam menciptakan hubungan yang harmonis diantara dua pihak, dimana satu dengan yang lainnya sama-sama memperoleh keuntungan sehingga terikat dalam suatu hubungan kefamilian yang akrab (dalam Suhandang, 2004: 34).

Scott M.Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom menyatakan dalam edisi keenam, buku Effective Public Relations, bahwa “Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan, dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dengan segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau kegagalan public relations” (Wilcox, 2006: 15). Menurut kamus IPR (Institute of Public Relations) terbitan bulan November 1987, “Praktek humas atau PR adalah keseluruhan upaya yang


(44)

dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya” ( Jefkins, 1995 : 8).

“Public relations adalah usaha sengaja, terencana, dan tidak pernah mati untuk menetapkan dan memelihara saling pengertian antara sebuah organisasi dengan masyarakatnya”. (British Institute of Public Opinion, yang defenisinya juga telah diikuti di sejumlah negara Commonwealth/ persemakmuran) (Wilcox, 2006: 16).

“Public relations adalah usaha manajerial secara sistematik dan tidak pernah berhenti yang digunakan sebagai alat bagi organisasi swasta dan pemerintah untuk membina pengertian, simpati, dan dukungan di lingkaran masyarakat yang diperkirakan akan berhubungan dengan mereka.” (Dansk Public Relations Club of Denmark, yang juga menggunakan istilah bahasa Inggris) ( Wilcox, 2006: 16). “Praktik public relations adalah seni dan ilmu sosial untuk menganalisis tren, meramalkan konsekuensi tindakan, memberikan konsultasi kepada pimpinan organisasi, dan melaksanakan program tindakan terencana demi kepentingan masyarakat umum dan organisasi.” (Definisi yang disetujui di World Assembly of Public Relations di kota Meksiko di tahun 1978 dan diikuti oleh 34 organisasi public relations nasional) (Wilcox, 2006: 16).

Ruang lingkup kegiatan PR itu begitu besar, luas dan kompleks karena bukan hanya menangani pihak-pihak yang berada di lingkungan dalam organisasi tapi juga pihak-pihak yang berada di lingkungan luar organisasi yang beragam keinginan, kebutuhan, dan kepentingannya. Public relations pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan dari public relations dapat dianalogikan


(45)

dengan tujuan komunikasi, yakni adanya perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya (Kusumastuti, 2004 : 20).

Menurut Rachmadi (1994) (dalam Soemirat, 2004: 11), komunikasi yang menjadi ciri public relations adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan terjadinya arus timbal balik. Arus timbal balik ini yang harus dilakukan dalam kegiatan public relations sehingga terciptanya umpan balik yang merupkan prinsip pokok public relations.

Onong Uchjana Effendy (2003 : 132) mengemukakan ciri-ciri Public

Relation sebagai berikut :

- Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal balik.

- Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi, penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.

- Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan perusahaan.

- Sasaran yang hendak dituju adalah khalayak didalam dan diluar perusahaan. - Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara

perusahaan dan khalayak

II.3.1 Publik dalam PR (Public Relations)

Publik merupakan himpunan atau kumpulan orang-orang dan lembaga atau organisasi yang berkepentingan serta berada di sekitar badan atau perusahaan dimana organisasi itu berada (Suhandang, 2004: 32).

John Dewey, dalam Effendy (1992), mendefinisikan publik sebagai sekelompok orang yang bersama-sama dipengaruhi olehsuatu kegiatan atau gagasan khusus. Cutlip dan Center menyebut bahwa publik merupakan sebuah


(46)

kata benda kolektif bagi suatu kelompok- sekelompok orang yang sams-sama terikat oleh suatu kepentingan yang sama dan menunjukkna perasaan yang sama (dalam Soemirat, 2004: 105).

Publik dalam PR biasanya dikategorikan menjadi publik internal dan publik eksternal. Publik internal adalah publik yang berada di dalam lingkungan organisasi, seperti karyawan, manajer, dan pemegang saham. Sedangkan pubik eksternal adalah publik yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti lembaga pemerintah, pelanggan, pemasok, bank, media/ pers, dan komunitas. Namun baik publik yang berada di dalam maupun di luar organisasi, sama-sama mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh kegiatan organisasi (Iriantara, 2004: 8).

II.3.2 Fungsi dan Tujuan Public Relations

Empat fungsi penting public relations menurut Harold Burson (dalam Wilcox, 2006: 24) yaitu:

1. Sensor terhadap perubahan sosial Profesional public relations menagkap suara di tengah-tengah masyarakat yang memberikan petunjuk terhadap kabaikan atau keburukan bagi organisasi, serta membantu manajemen berjaga-jaga terhadap serangan gencar dan dampak dari isu tersebut.

2. Nurani Perusahaan, Henry David Thoreau menulis:” Cukup beralasan bahwa sebuah badan hukum tidak memiliki nurani; tetapi sebuah badan hukum yang memiliki orang- orang berhati nurani adalah badan hukum yang berhati nurani”. Kata-kata itu bertuah dan merupakan kata-kata yang senantiasa diingat oleh profesional public relations. Ciri ini menjadi dasar penyusunan uraian tugas pejabat public relations.


(47)

3. Komunikator, banyak orang beranggapan bahwa komunikasi adalah peran utama public relations. Kemungkinan besar, mereka berpandangan demikian, karena mereka membuang banyak waktu untuk menguasai kecakapan komunikasi dan sedikit sekali waktu untuk mengasah kemampuan sosial mereka. Komunikasi bukanlah peran utama, komunikasi adalah salah satu dari keempat peran penting public relations.

4. Monitor Perusahaan, fungsi ini membuat kebijakan dan program perusahaan sesuai dengan harapan masyarakat. Semangat kalangan penguasa harus melingkupi pekerjaan praktisi public relations, dan ini yang menjadi alasan paling kuat bagi pejabat public relations untuk melapor ke manajemen tingkat puncak.

Cutlip and Center (dalam Kusumastuti, 2004: 23), mengatakan bahwa fungsi PR meliputi hal-hal berikut:

1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.

2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan.

3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.

4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik internal maupun eksternal. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya

Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, (dalam Ruslan, 1999:


(48)

Canfield dalam buku Public Relations: Principles and Problem, mengemukakan unsur-unsur utama dalam public relations, yakni:

a) It should serve the public’s interest.

Pengertian mengabdi kepada kepentingan umum atau masyarakat adalah suatu perilaku yang positif dan berminat untuk membantu orang lain atau masyarakat dalam memperoleh manfaat bersama. b) Maintain good communication (memelihara komunikasi yang baik)

c) Stress good morals and mammers (menitik beratkan moral dan

perilaku yang baik).

Karena ditekankan pada moral dan perilaku yang baik tersebut, pihak PRO atau pejabat humas itu merupakan wakil dari organisasi yang berhubungan dan mengadakan komunikasi timbal balik dengan publik sasaran atau masyarakat lainnya.

Tujuan dari Public Relations adalah mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak lain yakni (umum, masyarakat) untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dengan publik dil ain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik (Widjaja; 1995:55).

Public Relations juga bertujuan untuk mencapai pengertian umum,

kepercayaan umum, bantuan umum dan kerja sama umum. Dari sekian banyaknya hal yang bisa dijadikan tujuan kegiatan Public Relations disebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalahsebagai berikut:


(49)

kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapat pengakuan.

3. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan khalayaknya, sehubungan dengan terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman dan salah paham di kalangan khalayak terhadap niat baik perusahaan.

4. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi pimpinan perusahaan dalam kehidupan sosial sehari-hari.

5. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan dalam kehidupan sosial sehari hari.

6. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara.

II.3. 3 Peranan Public Relations Dalam Perusahaan

Peranan Public Relations dalam suatu organisasi adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan karyawannya maupun antara sesama karyawan dengan melakukan komunikasi timbal balik. Dalam melakukan komunikasi timbal balik, Public Relations secara garis besar berperan sebagai:

1. Communicator.

Kemampuann sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media ataupun tulisan, disamping itu juga bertindak sebagai mediator dan persuator.


(50)

2. Back up management.

Melaksanakan dukungan atau menunjang kegiatan lain seperti manajemen promosi pemasaran, operasional, personalia dan lain sebagainya untuk mencapai tujuan pokok perusahaan.

3. Image maker.

Menciptakan suatu citra positif yang merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas Public Relations dalam memainkan peranannya dalam perusahaan. Peranan Public Relations diharapkan “mata” dan “telinga” serta “tangan kanan” bagi top managemen dari suatu perusahaan (Ruslan, 1997:20). Sehubungan dengan itu, ruang lingkup tugasnya antara lain meliputi aktivitas:

a. Membina hubungan kedalam (Public Internal).

Yang dimaksud Public Internal adalah Public yang menjadi bagian dari unit perusahaan itu sendiri, serta mampu mengidentifikasikan hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif dari dalam masyarakat sebelum kebijaksanaan itu dijalankan oleh organisasi.

b. Menbina hubungan keluar (Public Eksternal). Yang dimaksud dengan

Public Eksternal adalah publik umum (masyarakat) Mengusahakan

tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif publik terhadap lembaga yang diwakilinya. Dalam organisasi, seorang Public Relations berfungsi sebagai ”pusat saraf” karena ia berada ditengah-tengah jaringan kontak dengan semua pihak yang ada kaitannya dengan organisasi. Ia mengetahui lebih banyak mengenai organisasinya selain managernya. Ia mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang


(51)

yang berpengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya.

Adapun tugas-tugas utama dari petugas Public Relations dapat diperinci antara lain:

a. Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik atas organisasinya, baik itu yang berkenaan dengan kebijakan, produk, jasa, maupun dengan para personalnya.

b. Memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan citra, kegiatan, maupun kepntingan organisasi, dan menyampaikan setiap informasi yang penting ini langsung kepada pihak manajemen untuk ditanggapi dan ditijaklanjuti.

c. Memberi nasihat atau masukan kepada pihak manajemen mengenai berbagai masalahkomunikasi yang penting berikut berbagai teknik untuk mengatasinya.

d. Menyediakan berbagai informasi bagi khalayak, perihal kebijakan organisasi, kegiatan, produk, jasa, dan personalia selengkap mungkin demi menciptakan suatu pengetahuan yang maksimal dalam rangka menjangkau pengertian khalayak (Anggoro, 2000:110).

Kerjasama antara pihak manajemen (puncak pimpinan) dengan manajemen

Public Relations akan berjalan dengan baik jika memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:


(52)

menciptakan jalur-jalur komunikasi Internal dan Eksternal, serta mampu memperoleh kepercayaan dari semua orang. Sehingga ia bisa memperoleh informasi dari siapa saja dan setiap orang juga mempercayai informasi yang disampaikannya.

b. Manajer Public Relations haruslah seorang praktisi profesional yang benar-benar kompoten agar sosoknya benar-benar diakui dan dimamfaatkan oleh kalangan manajemen sebagai seorang ahli yang senantiasa dapat diandalkan serta dipercayai.

c. Manajer Public Relations harus mampu mendukung pihak manajemen agar mereka senantiasa siap menghadapi wawancara, memberi pidato atau sambutan resmi, serta tampil baik didepan publik. Manager

Public Relations yang akan membantu menyediakan berbagai macam

informasi, bahan-bahan atau segala macam masukan yang sekiranya amat diperlukan.

d. Pihak manajemen juga harus bersedia mempercayakan dan menyerahkan informasi- informasi terpenting berkenaan dengan organisasi secara langsung dan dini kepada manajer Public Relations nya. Itu berarti pihak manajemen harus bersedia menerima dan berhubungan dengan manager Public Relations setiap saat (Jefkins, 2001:201)

Dalam yang rangka menggalakkan fungsi Public Relations diperusahaan, Charles H. Prout dalam karyanya yang berjudul”Organization and function of the


(53)

pelayanan dasar yang harus dipraktekkan yaitu: 1. Nasihat (advise and counsel)

Nasihat yang harus disampaikan kepada manajer Perusahaan tidak menyangkut kebijaksanaan dan keputusan perusahaan yang mendasar, melainkan hal-hal yang berkaitan dengan operasionalisasi ketika menjumpai sesuatu masalah.

2. Pelayanan komunikasi (communication Service)

Yang dikomunikasikan ialah informasi mengenai perusahaan dan segala kegiatannya kepada berbagai publik yang berkepentingan melalui kepentingan yang tepat.

3. Pengkajian Humas (Public Relations Research)

Merupakan komunikasi dari luar kedalam, yaitu penelaah terhadap opini publik yang berpengaruh kepada perusahaan.

4. Promosi Humas (Public Relations Promotion)

Dalam perusahaan kegiatan promosi yang dilaksanakan Public

Relations amat menunjang upaya pencapaian tujuan, tentunya dalam

peningkatan produksi, yang pada gilirannya berupa keuntungan finansia. Pada kegiatan inilah para praktisi Public Relation diuji kemampuanya, terutama kreativitas dalam mengembangkan Goodwill

Public kepada perusahaan. Pada aspek inilah akan dapat diketahui

sejauh mana derajat penguasaan kehumasan yang dimiliki para pengelolanya, sebab diperlukan teknik-teknik khusus dalam menghadapi berbagai jenis publik yang menjadi sasarannya.


(54)

II.4 Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) secara etimologis diterjemahkan

sebagai “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Dalam konteks lain, Corporate

Social Responsibility (CSR) kadang juga disebut sebagai “Tanggung Jawab Sosial

Korporasi” atau “Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha (Tansodus)”. Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74,

Corporate Social Responsibility (CSR) disebutkan dengan istilah “Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan”, walaupun tidak dijelaskan lebih lanjut pengertian Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut. Namun menurut A.B. Susanto dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, defenisi dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas (Community Development).

Menurut Schermerhon (1993) defenisi Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara- cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.

Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering diidentikkan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) antara lain Pemberian/Amal Perusahaan (Corporate Giving/Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate Philanthropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate Community/Public Relation), dan Pengembangan Masyarakat


(55)

(Community Development). Keempat nama itu bisa pula dilihat sebagai dimensi atau pendekatan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam konteks Investasi Sosial Perusahaan (Corporate Social Invesment/Investing) yang didorong oleh spektrum motif yang terentang dari motif “amal” hingga “pemberdayaan”.

Corporate Social Responsibility (CSR) belum memiliki pengertian yang

tunggal. Defenisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri telah dikemukakan oleh bapak pakar. Di antaranya adalah defenisi yang dikemukakan oleh Magnan & Ferrel (2004) yang mendefenisikan Corporate Social

Responsibility (CSR) sebagai: ”A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholders interest”.

Defenisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab. Sedangkan komisi Eropa membuat defenisi yang lebih praktis, yang pada galibnya bagaimana perusahaan yang secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sedangkan Elkington mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas sekitar ( people); serta lingkungan hidup (planet earth).

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah

sebuah lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinational company yang berasal lebih dari 30 negara itu, dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefenisikan Corporate Social


(56)

Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, sebagai:

“Continuing commitment by business to be have ethically and contribute to

economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”. Maksudnya

adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Versi lain mengenai defenisi Corporate Social Responsibility (CSR) dikemukakan oleh World Bank. Lembaga keuangan global ini memandang

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai: “The commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”. Yang

artinya adalah komitmen bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan yang berkelanjutan maupun masyarakat umum. Sementara itu sejumlah negara juga mempunyai defenisi tersendiri mengenai Corporate Social Responsibility (CSR). Uni Eropa (EU

Green Paper on CSR) mengemukakan bahwa: “CSR is a concept where by companies integrate social and environmental concerns in their business operations and their interaction with their stakeholders on a voluntary basic”.


(57)

Menurut defenisi yang dikemukakan oleh The Jakarta Consulting Group, tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan. Ke dalam, maksudnya tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan. Seperti diketahui, pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, dan oleh karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa depan. Di samping kepada pemegang saham, tanggung jawab sosial ke dalam ini juga diarahkan kepada karyawan. Karenanya hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan merekalah perusahaan dapat menjalankan berbagai macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karier bagi karyawannya. Tentu saja hubungan antara perusahaan dengan karyawan ini harus didasarkan pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan kompensasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, namun di lain pihak karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi kemajuan perusahaan.

Tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan karyawan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi


(1)

pada seminar wirausaha mandiri memotivasi peserta untuk berwirausaha, 47 orang responden mengatakan setuju, 6 orang responden mengatakan tidak setuju, dan ada 1 orang responden yang mengatakan sangat tidak setuju apa yang disampaikan pada seminar wirausaha mandiri memotivasi peserta untuk berwirausaha.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penganalisaan data yang terkumpul lewat penyebaran kuesioner yang diberikan kepada 77 orang responden, maka pada bab terakhir ini penelitian mencoba memuat kesimpulan dan saran yang merupakan kunci akhir dari semua data pembahasan yang diajukan.

1. Hasil uji indikator menunjukkan bahwa nilai variabel X dan Y dianggap dapat diterima dengan baik. Ini berarti pernyataan pada kuesioner valid. 2. Minat berwirausaha di kalangan Mahasiswa USU timbul setelah

mengikuti Seminar Wirausaha Mandiri, ini terbukti dari penyebaran kuesioner yang menunjukan bahwa responden tertarik dan termotivasi untuk berwirausaha.

3. Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Bank Mandiri, Tbk mendapat tanggapan baik dari para responden, ini terbukti dari penyebaran kuesioner yang menunjukkan mereka merasa senang, responden aktif memberi pendapat dan masukannya, dan mengetahui tujuan dari program Seminar Wirausaha Mandiri.

4. Program Seminar Wirausaha Mandiri telah berjalan dengan baik sesuai dengan harapan dan bermanfaat bagi responden, ini terbukti dari penyebaran kuesioner yang menyatakan bahwa pembicara merupakan professional di bidangnya, kesesuaian antara tema dengan materi dan pesan yang disampaikan, dan responden mampu memahami materi yang


(3)

disampaikan oleh pembicara, responden juga menyatakan Seminar Wirausaha Mandiri merupakan media yang tepat dalam menyampaikan materi tentang wirausaha.

5. Dari data penyebaran kuesioner para responden sangat setuju dan berharap Seminar Wirausaha Mandiri dilanjutkan dengan program dan kegiatan lain di bidang wirausaha.

5.2Saran-saran

Adapun yang menjadi saran dari responden dalam skripsi ini adalah:

1. Agar seluruh perusahaan membuat dan menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR). Program Wirausaha Mandiri PT. Bank Mandiri, Tbk bisa dijadikan contoh dimana program tersebut memberi dampak positif dan menjawab permasalahan yang ada di masyarakat.

2. Perusahaan yang menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR), sebaiknya program dan kegiatan tersebut berkaitan dengan usaha/bisnis yang dijalankan sehingga bisa memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, lingkungan, dan juga perusahaan itu sendiri.

3. PT. Bank Mandiri, Tbk dengan program seminar wirausaha mandiri diharapkan dapat dilaksanakan di lebih banyak tempat dan lebih sering lagi. Program Seminar Wirausaha Mandiri saat ini hanya dilaksanakan di kota-kota besar di Indonesia, dan kegiatan tersebut dilaksanakan 1 (satu) kali setahun.


(4)

4. PT. Bank Mandiri, Tbk diharapkan juga memberi pendampingan berupa workshop, pelatihan manajemen, sampai program pendampingan usaha. Responden termotivasi untuk berwirausaha setelah mengikuti Seminar Wirausaha Mandiri, tetapi banyak yang takut memulai karena tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam berwirausaha.

5. PT. Bank Mandiri, Tbk juga diharapkan memberikan fasilitas pemodalan usaha. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan kemudahan pinjaman kredit kepada yang ingin memulai usaha dan kepada yang ingin mengembangkan usahanya agar lebih besar/maju lagi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Teguh. 1993. Seri Diktat Kuliah Dasar Pemasaran. Gunadarma. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial. Airlangga University Press. Surabaya.

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 1990. Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya. Jakarta.

Iriantara, Yosal. 2004. Community Relations; Konsep dan Aplikasinya. Simbiosa Rekatama Media. Jakarta.

Jefkins, Frank. 2004. Public Relations. Erlangga. Jakarta.

Koentjraningrat. 1979. Pengantar Umum Antropologi. Aksara Baru. Jakarta Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah

Mada University Press.

Purba, Amir. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi.Pustaka Bangsa. Medan

Poerwodarminta W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Ruslan, Rosadi. 1999. Praktik dan Solusi Public Relations dalam Studi Krisis dan Pemulihan Citra. Ghalia Indonesia. Jakarta

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Shadily, Hasan. 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Bina Aksara. Jakarta.


(6)

Suharto, Edi, 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (edisi ke-2),

Bandung : Refika Aditama

Susanto, S.Astrid. 1984. Sosiologi Pembangunan. Bina Cipta. Jakarta

Supranto. 2003. Metode Riset dan Aplikasinya dalam Pemasaran. Rineka Cipta. Jakarta

Wibisono. 2007. Memebedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Surabaya: Media Grapka


Dokumen yang terkait

Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk

3 38 96

Tinjauan Yuridis Terhadap Pengikatan Jaminan Kredit Modal Kerja Dan Pelaksanaannya (Studi Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Cabang Medan)

2 56 170

Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa (Studi Deskriptif Program Seminar Wirausaha Mandiri dari PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Uta

2 40 171

Tren Facebook Di Kalangan Mahasiswa (Studi Deskriptif Tren Facebook di Kalangan Mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 58 120

Hiburan Musik Siaran Radio Prambos Fm dan Minat Mendengar di Kalangan Mahasiswa. (Studi Deskriptif Kuantitatif Minat Mendengar Hiburan Musik Siaran Radio Prambos Fm di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

1 48 122

Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia dan Pembiayaan Murabahah Terhadap Pendapatan Margin Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Tahun 2010-2012)

4 33 57

Hubungan Antara Minat Berwirausaha Dan Kreativitas Wirausaha Dengan Pelaku Wirausaha Mahasiswa Angkatan 2010 Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung

1 26 82

Intensi Wirausaha Mahasiswa Untuk Menciptakan Kemandirian Mahasiswa Dalam Berwirausaha

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis - Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk

0 0 9