Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
“Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah dan perintah”
37
“Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara
perusahaan lain dan pekerjaburuh yang dipekerjakannya” .
Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hubungan kerja itu terjadi langsung antara pekerjaburuh dengan si pemberi kerjapengusaha yang pada
akhirnya akan melahirkan hak dan kewajiban diantara para pihak pekerja dan pengusaha dalam bentuk perjanjian kerja yang memiliki unsur pekerjaan, upah
dan perintah. Dalam pasal 65 ayat 6 UU No. 13 Tahun 2003 yang mengatur tentang
penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain dinyatakan bahwa:
38
37
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
38
Pasal 65 ayat 6 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Dalam sistem outsourcing apa yang dimaksud sebagai hubungan kerja menjadi kaburtidak jelas dimana perjanjian kerja dalam sistem outsourcing atau
penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain dibuat antara pekerja dengan perusahaan jasa tenaga kerja bukan dengan perusahaan pemberi kerja, sehingga
disini tidak mengandung unsur pekerjaan, perintah dan upah.
C. Pengaturan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Menurut Beberapa Peraturan
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
Terminologi outsourcing terdapat dalam Pasal 1601 b Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang mengatur perjanjian-perjanjian pemborongan
pekerjaan yaitu
39
a. Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian
dimana pihak kesatu, pemborong, mengikatkan diri untuk membuat suatu karya tertentu bagi pihak yang lain yang
memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan dimana pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk
memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu.
: “Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan, dengan mana pihak yang
satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan
menerima suatu harga yang ditentukan”. Ketentuan lain mengenai penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain
atau outsourcing diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata buku ketiga bab 7A bagian keenam tentang Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, yaitu:
b. Dalam perjanjian pekerjaan tidak ada hubungan kerja antara
perusahaan pemborong dengan perusahaan yang memborongkan sebab dalam perjanjian tersebut tidak ada unsur “upah” sebagai
salah satu syarat adanya hubungan kerja. Jadi yang ada harga borongan.
c. Hubungan antara pemborong dengan yang memborongkan
adalah hubungan perdata murni sehingga jika terjadi perselisihan maka penyelesaiannya dilaksanakan melalui Pengadilan Negeri.
39
Pasal 1601 b KUH Perdata
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
d. Perjanjianperikatan yang dibuat secara sah oleh pemborong
dengan yang memborongkan pekerjaan tunduk pada KUH Perdata Pasal 1338 jo Pasal 1320 yaitu semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
e. Untuk sahnya suatu perjanjianperikatan harus dipenuhi 4 syarat
yaitu: i.
Sepakat mereka yang mengikatkan diri; ii.
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; iii.
Suatu hal tertentu; iv.
Suatu sebab yang halal. f.
Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan dapat diperjanjikan bahwa:
i. Pemborong hanya untuk melakukan pekerjaan;
ii. Pemborong juga akan menyediakan bahan-bahannya
g. Dalam hal pemborong juga harus menyediakan bahan-bahannya
dan hasil pekerjaannya kemudian karena apapun musnah sebelum diserahkan maka kerugian tersebut dipikul oleh
pemborong kecuali yang memborongkan lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut.
h. Dalam hal pemborong hanya harus melakukan pekerjaan dan
hasil pekerjaan tersebut musnah, maka pemborong hanya bertanggung jawab atas kemusnahan tersebut sepanjang hal itu
terjadi karena kesalahan pemborong.
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
i. Jika hasil pekerjaan diluar kelalaian dari pihak pemborong,
musnah sebelum penyerahan dilakukan dan tanpa adanya kelalaian dari pihak yang memborongkan untuk memeriksa dan
menyetujui hasil pekerjaan tersebut maka pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan kecuali jika barang itu musnah
karena bahan-bahannya ada cacatnya. j.
Jika pekerjaan yang diborongkan dilakukan secara potongan atau ukuran, maka hasil pekerjaan dapat diperiksa secara sebagian
demi sebagian..
2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003