Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma)

(1)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING)

DALAM UNDANG – UNDANG (Study di CV Mulia Dharma)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

LAZARUS D BRAHMANA

NIM : 030200176

Departemen : Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan : Hukum Perburuhan

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING)

DALAM UNDANG – UNDANG (Study di CV Mulia Dharma)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

LAZARUS D BRAHMANA

NIM : 030200176

Departemen : Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan : Hukum Perburuhan

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

Dr. Pendastaren Tarigan, SH.MS NIP. 131410462

Dosen Pembimbing I / Dosen Pembimbing II Ka. Prog. Studi Hukum Perburuhan

Kelelung Bukit, SH Dr. Agusmidah, SH, MHum NIP. 130365211 NIP. 132299345

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 4 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 5

1. Tujuan Penulisan 5

2. Manfaat Penulisan 5

D. Keaslian Penulisan 6

E. Tinjauan Kepustakaan 7

F. Metode Penelitian 11

G. Sistematika Penulisan 12

BAB II : PERLINDUNGAN ATAS PEKERJA/BURUH 15

A. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut 15 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

B. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 16 C. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut

Perspektif Hak Asasi Manusia Tentang Kerja 24

D. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja 26

BAB III LANDASAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING) BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN YANG BERLAKU 28

A. Pengertian Penyerahan Sebagian Pekerjaan

Pada Pihak Lain (Outsourcing) 28

B. Perbedaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain

(Outsourcing) dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu 31 C. Pengaturan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain


(4)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

1. KUH PERDATA 36

2. Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 39

3. Kepmennakertrans No.220/MEN/X/2004. 41

D. Hubungan Hukum Antara Tenaga Kerja Outsourcing Dengan Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Outsourcing 44

BAB IV PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PEKERJA

OUTSOURCING DI CV MULIA DHARMA 50

A. Deskripsi Singkat CV Mulia Dharma 50

B. Pengaturan Hak Tenaga Kerja Outsourcing

di CV Mulia Dharma 51

1. Hubungan Kerja Antara CV. Mulia Dharma Dengan

Tenaga Kerja/Buruh 54

2. Hak Tenaga Kerja/Buruh di CV. Mulia Dharma 58

C. Hubungan Hukum antara Karyawan Outsourcing CV Mulia Dharma dengan Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja

Outsourcing 60

D. Hubungan Hukum antara CV Mulia Dharma dengan Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Outsourcing 63

E. Kendala-Kendala Dalam PerlindunganDan Jaminan Hukum Bagi Tenaga Kerja Outsourcing 67

BAB V PENUTUP 69

A. Kesimpulan 69

B. Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN


(5)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah maka penulis dapat menjalani perkuliahan sampai pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi yang berjudul “ Perlindungan dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang-Undang (Study di CV. Mulia Dharma) “ merupakan salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program studi sarjana di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orangtua penulis yang sangat penulis sayangi, yang menyayangi penulis dengan sepenuh hati, memperhatikan dan memenuhi segala kebutuhan penulis, memberi semangat kepada penulis, begitu juga kepada kakak-kakak penulis yang selalu memotivasi penulis agar selalu semangat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Kelelung Bukit, SH selaku Ketua Jurusan Program Kekhususan

Hukum Perburuhan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen pembimbing I penulis yang telah dengan sabar


(6)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

membimbing penulis dan memberi banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Agusmidah, SH, MHum, selaku dosen pembimbing II penulis yang telah bersabar dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberi banyak masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS selaku dosen wali penulis selama mengawali perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Ismail, SH, selaku pemegang stambuk 2003 yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam pengurusan administrasi kampus.

8. Bapak dan ibu dosen serta seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi penulis selama mengikuti perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Muliadi selaku Direktur CV. Mulia Dharma yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan riset di perusahaan beliau.

10.Bapak Sumarno selaku Wakil Direktur CV. Mulia Dharma yang telah memberi keterangan dan penjelasan kepada penulis dalam melakukan riset di CV. Mulia Dharma.

11.Teman-teman kuliah sesama Stambuk 2003, John dan Edi yang telah memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

12.Teman-teman sesama jurusan hukum perburuhan, Nova dan Rondi yang membantu proses penulisan skripsi penulis dengan memberikan bahan dan informasi.


(7)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan berpikir bagi setiap orang yang membaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Medan, Desember 2008


(8)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING)

DALAM UNDANG – UNDANG (Study di CV Mulia Dharma)

Abstrak

Lazarus Denada Brahmana 1

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU Stb 2003 **) Dosen Fakultas Hukum USU, Pembimbing I ***) Dosen Fakultas Hukum USU, Pembimbing II

) Kelelung Bukit, SH **)

Dr. Agusmidah, SH, MHum ***)

Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian cepat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dan terjadi di semua lini. Lingkungan yang sangat kompetitif ini menuntut dunia usaha untuk menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang memerlukan respons yang cepat dan fleksibel dalam meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. Untuk itu diperlukan suatu perubahan struktural dalam pengelolaan usaha dengan memperkecil rentang kendali manajemen, dengan memangkas sedemikian rupa sehingga dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan produktif. Outsourcing atau menyerahkan sebagian pekerjaan kepada pihak lain dianggap sebagai jalan keluar yang efektif.

Dalam skripsi ini penulis membahas tentang beberapa hal, pertama, bagaimana sistem penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (Outsourcing) diatur dalam Undang – Undang Ketenagakerjaan yang berlaku saat ini, kedua, bagaimana hubungan hukum antara tenaga kerja Outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja Outsourcing, dan untuk lebih melengkapi skripsi ini penulis melakukan penelitian di CV. Mulia Dharma untuk mengetahui bagaimana perlindungan dan jaminan hukum yang diperoleh tenaga kerja Outsourcing di CV. Mulia Dharma

Dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berlaku saat ini, yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, telah cukup mengatur tentang penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) walaupun masih memiliki beberapa kelemahan yang harus disempurnakan lagi. Hubungan hukum antara tenaga kerja outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja

outsourcing dapat dikatakan tidak ada, dimana hubungan hukum yang ada adalah

hubungan hukum antara perusahaan penyedia jasa tenaga kerja outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing. Dalam penelitian yang dilakukan di CV. Mulia Dharma ditemukan pelanggaran-pelanggaran terkait dengan bentuk kontrak kerja, jumlah upah, dan jaminan sosial bagi tenaga kerja/buruh yang tidak dipenuhi oleh CV. Mulia Dharma.


(9)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK) yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tidak menyebutkan secara tegas mengenai istilah outsourcing. Tetapi pengertian dari outsourcing ini sendiri dapat dilihat dalam ketentuan pasal 64 Undang-Undang Ketenagakerjaan yang isinya menyatakan bahwa penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain adalah suatu perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 64 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 yaitu:

“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis”2

Sejak Undang-Undang No 13 Tahun 2003 efektif berlaku, secara massif terjadi gerakan pergantian status pekerja dari pekerja tetap menjadi pekerja kontrak, melalui sistem penyerahan sebagian pekerjaan kepada pihak lain atau yang lebih populer dengan sebutan Outsourcing. Trend ini terutama terjadi pada

2

Pasal 64 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


(10)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

industri besar padat karya yang memproduksi garment, sepatu, elektronik dan makanan. Sistem penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain atau

Outsourcing yang diatur dalam pasal 64-66 Undang-Undang No 13 Tahun 2003

menjadi dasar hukum bagi perusahaan untuk mengganti buruh tetap menjadi buruh kontrak. Menjadi persoalan bagi buruh ketika penggantian status pekerja tersebut dilakukan tanpa mengikuti prosedur yang ada sehingga para buruh tersebut kehilangan hak-hak dasar nya sebagai tenaga kerja/buruh sebagaimana tercantum dalam Bab X Undang-Undang No 13 Tahun 2003 khususnya pada Paragraf 4 tentang Waktu kerja, Paragraf 5 bagian kedua tentang Pengupahan dan bagian ketiga tentang Kesejahteraan3

1. Kegiatan yang secara tradisional dilakukan di dalam perusahaan .

Dimana untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi perusahaan menerapkan sistem Outsourcing pada kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi yaitu:

2. Kegiatan yang bersifat kritis terhadap kinerja bisnis

3. Kegiatan yang menciptakan keunggulan kompetitif baik sekarang maupun di waktu yang akan datang

4. Kegiatan yang akan mendorong pengembangan yang akan datang, inovasi atau peremajaan kembali4

Dimana seharusnya penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain atau

Outsourcing hanya boleh dilakukan untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan

3

Artikel “Fleksibilitas Kerja dan Kesejahteraan Buruh”, Indrasari Tjandraningsih,

4

Terkutip dalam JURNAL HUKUM, Pan Mohamad Faiz, Outsourcing (ALIH DAYA) dan Pengelolaan Tenaga Kerja Pada Perusahaan (Tinjauan Yuridis Terhadap Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan),


(11)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi sebagaimana disebutkan dalam penjelasan pasal 66 Undang-Undang No 13 Tahun 2003, yaitu :

“Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning service),usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering), usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh”5

perdamaian abadi dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila”

Keadaan pekerja/buruh yang hak-haknya diabaikan oleh pengusaha yang seolah-olah mendapatkan pembenaran dan justifikasi dari pemerintah melalui Undang-Undang Ketenagakerjaan yang mengijinkan sistem penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (Outsourcing), ini sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat dari Pembukaan UUD 1945 dan pasal 27 (2) UUD 1945 dan Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dimana Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa :

“Negara Indonesia melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

6

“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”

Kemudian dalam pasal 27(2) UUD 1945 menyatakan bahwa:

7

Dari amanat para pendiri Republik dapat kita pahami bahwa tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak.

5

Penjelasan Pasal 66 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

6

Paragraf 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

7


(12)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Juga Undang-Undang Ketenagakerjaan sebagai penjabaran dari UUD 1945 dan TAP MPR, telah mengatur perlindungan terhadap hak-hak pekerja, antara lain:

1. Hak atas upah yang layak

2. Hak perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk hak istirahat dan cuti

3. Hak atas PHK

4. Hak untuk mogok kerja, dan sebagainya8

Dalam praktek penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (Outsourcing), hak-hak tersebut merupakan sesuatu yang sangatlah sulit untuk didapat oleh para pekerja Outsourcing. Karena status pekerja Outsourcing adalah pekerja pada PT.A, tapi harus bekerja pada PT.B dengan waktu kerja: 6 bulan, 1 tahun atau 2 tahun.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini sebagai kerangka acuan dalam pembahasan selanjutnya sehingga diharapkan uraian dan kesimpulan yang diperoleh pada akhir penulisan dapat mudah dicerna dan dipahami.

Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

8

Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Edisi Revisi), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal 73


(13)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

1. Bagaimana sistem penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (Outsourcing) diatur dalam Undang – Undang Ketenagakerjaan yang berlaku saat ini?

2. Bagaimana hubungan hukum antara tenaga kerja Outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja Outsourcing?

3. Bagaimana perlindungan dan jaminan hukum yang diperoleh tenaga kerja

Outsourcing di CV MULIA DHARMA

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana sistem penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (Outsourcing) diatur dalam Undang – Undang Ketenagakerjaan yang berlaku saat ini.

b. Untuk mengetahui bagaimana hubungan hukum antara tenaga kerja

Outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja Outsourcing

c. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan dan jaminan hukum yang diperoleh tenaga kerja Outsourcing di CV MULIA DHARMA

2. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini di samping tujuan sebagaimana telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut:


(14)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

a. Secara Teoritis

Pembahasan terhadap permasalahan – permasalahan sebagaimana diuraikan di atas diharapkan akan menimbulkan pemahaman dan pengertian baru bagi pembaca mengenai Perlindungan dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang-Undang. Penulisan skripsi ini adalah untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, menambah dan melengkapi perbendaharaan dan koleksi karya ilmiah serta memberikan kontribusi pemikiran yang menyoroti dan membahas mengenai Perlindungan dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) dalam Undang – Undang.

b. Secara Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pembaca, para praktisi, para tenaga kerja, para pengusaha serta pemerintah agar tidak lepas tangan terhadap kehidupan para tenaga kerja namun memberikan jaminan kehidupan dan kepastian hukum bagi para tenaga kerja khususnya bagi tenaga kerja Outsourcing, dan juga bagi pengusaha agar memahami perlunya untuk memperhatikan kehidupan para tenaga kerjanya dalam setiap hubungan kerja yang ada di Indonesia dan tidak hanya memperhatikan keuntungan yang sangat besar bagi para pengusaha.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang pengetahuan penulis, “Perlindungan dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) dalam Undang–


(15)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Undang (Study di CV Mulia Dharma)” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Topik permasalahan ini sengaja dipilih dan dibahas oleh penulis oleh karena berdasarkan pengamatan penulis, topik permasalahan ini semakin hari semakin menghangat dan prakteknya semakin banyak terjadi dalam masyarakat. Penulisan skripsi ini dilakukan oleh penulis berdasarkan hasil pemikiran penulis sendiri. Skripsi ini belum pernah ada yang membuat. Kalaupun sudah ada, penulis yakin bahwasanya substansi pembahasannya adalah berbeda. Dengan demikian maka keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Imam Soepomo memberikan definisi hukum ketenagakerjaan/perburuhan sebagai himpunan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah9

Mr Molenaar memberikan definisi hukum perburuhan sebagai suatu bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh dengan buruh, dan antara buruh dengan penguasa

.

10

9

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1992, hal 3

10

C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1998, hal 298


(16)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Abdul Khakim memberikan definisi hukum ketenagakerjaan sebagai suatu peraturan hukum yang mengatur mengenai hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha/majikan dengan segala konsekuensinya11

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan bahwa “Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”

.

Pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah kerja. Hal ini berarti menyangkut masalah tenaga kerja.

Tenaga Kerja dalam pengertian hidup bermasyarakat diartikan sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Namun sebagian masyarakat juga berpendapat bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang laki-laki atau perempuan yang berumur 15 tahun keatas yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

12

11

Abdul Khakim, Op Cit, hal 5

12

Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja


(17)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain13

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 1 Butir (2) menyebutkan bahwa “Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasikan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”

.

14

Dr. Payaman Simanjuntak menyatakan bahwa “Tenaga Kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga”, secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya hanya dibedakan berdasarkan batas umur

, dalam hal ini berarti setiap orang tanpa terkecuali baik pria maupun wanita selama mereka mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat termasuk tenaga kerja.

Seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu melaksanakan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan melakukan pekerjaan untuk dilaksanakan dalam suatu hubungan kerja, yang mana si pekerja mengharapkan upah dari orang lain yang bertindak sebagai pemberi kerja,dibawah perintah orang lain dan hasilnya pun bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk orang lain.

15

13

Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja

14

Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

15

Sendjun H. Manulang, S.H., Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal 24


(18)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-06/MEN/1990 tentang Kewajiban Pengusaha Untuk Membuat, Memiliki dan Memelihara Buku Upah, menyatakan bahwa “Tenaga Kerja ialah orang yang bekerja pada pengusaha dengan menerima upah”16

Hubungan kerja adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang secara terus menerus dalam waktu tertentu dan secara teratur demi kepentingan orang yang memerintahkannya (pengusaha/majikan) sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati bersama

.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-06/MEN/1990 tentang Kewajiban Pengusaha Untuk Membuat, Memiliki dan Memelihara Buku Upah, menyatakan bahwa yang termasuk tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja, tidak ditentukan jenis pekerjaannya dan mereka mendapatkan upah atas pekerjaan yang mereka lakukan.

Dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat beberapa peristilahan mengenai tenaga kerja, misalnya ada yang menyebutnya buruh, karyawan, pembantu atau pegawai namun sesungguhnya dapat dipahami bahwa maksud dari semua peristilahan tersebut adalah sama, yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah sebagai imbalannya.

17

Hubungan kerja adalah sebagai pelaksana dari perjanjian kerja yang telah dijalin oleh seorang tenaga kerja/buruh dengan pihak pengusaha, dimana dalam

.

16

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER-06/MEN/1990 Tentang Kewajiban Pengusaha Untuk Membuat, Memiliki dan Memelihara Buku Upah

17

Gunawi Kartasapoetra, Abas Kustandi, Rience Gunarti, Amir Hamzah, Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja, Armico, Bandung, 1983,hal 29


(19)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

hubungan kerja ini masing-masing pihak memperoleh hak-hak dan harus menjalankan kewajiban-kewajiban tertentu18

Metode penulisan skripsi ini dilakukan dengan pendekatan data secara studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder berupa bahan-bahan hukum primer yakni berupa Norma atau kaedah dasar, yakni Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja; Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh; Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu; Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh; Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 220 Tahun 2004 Tentang

.

Pemborongan kerja adalah sebuah perjanjian, dimana pemborong mengikat diri untuk membuat suatu kerja tertentu bagi pihak lain yang memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu. Perjanjian pemborongan kerja antara pemborong dengan pihak yang memborongkan akan berakhir apabila obyek perjanjian telah selesai dikerjakan.

F. Metode Penelitian

18


(20)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.

Sementara itu untuk melengkapi bahan hukum primer dilakukan juga pengumpulan data atas bahan hukum sekunder, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah; Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh; dan Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Selain itu juga dilakukan pengumpulan data atas data-data sekunder lainnya yang meliputi buku-buku, majalah, surat kabar, jurnal, situs internet maupun bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini

Untuk lebih menyempurnakan skripsi ini, selain melakukan pendekatan data secara studi kepustakaan, dilakukan juga pengumpulan data primer, dimana pengumpulan data primer ini dilakukan di CV Mulia Dharma yang terletak dalam wilayah administrasi pemerintahan kota Medan. Pengumpulan data primer ini dilakukan melalui wawancara langsung kepada wakil direktur CV Mulia Dharma.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan pembahasan dalam bab tersebut. Urutan bab tersebut tersusun secara sistematik dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai berikut : Bab I berjudul Pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, yakni


(21)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

latar-belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II berjudul Perlindungan Atas Pekerja/Buruh. Bab II ini dibagi atas beberapa sub bab, yakni perlindungan atas pekerja/buruh menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, perlindungan atas pekerja/buruh menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dan perlindungan atas pekerja/buruh menurut perspektif ham tentang kerja.

Bab III berjudul Landasan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Yang Berlaku. Bab III ini dibagi atas beberapa sub bab, yakni pengertian penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing), perbedaan penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) dengan perjanjian kerja waktu tertentu, pengaturan penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) menurut beberapa peraturan yaitu KUH Perdata, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, dan Kepmennakertrans No.101/MEN/VI/2004, dan sub bab berikutnya yaitu hubungan hukum antara tenaga kerja outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing.

Bab IV berjudul Perlindungan Dan Jaminan Hukum Pekerja Outsourcing Di CV Mulia Dharma. Bab IV ini dibagi atas beberapa sub bab, yakni deskripsi singkat cv mulia abadi, pengaturan hak tenaga kerja outsourcing di cv mulia dharma, hubungan hukum antara tenaga kerja outsourcing di cv mulia dharma dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing dan hubungan hukum antara cv mulia dharma dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja


(22)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Bab V berjudul Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran terhadap perlindungan dan jaminan hukum penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain

(outsourcing) dalam undang-undang.

BAB II

PERLINDUNGAN ATAS PEKERJA/BURUH

A. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Perlindungan atas pekerja/buruh dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dapat dilihat dalam amanat para pendiri negara sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 khususnya pada paragraf 4 yang berbunyi:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia19

Dari pernyataan diatas terlihat bahwa secara tersirat Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 telah menjamin perlindungan bagi setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan beradab,

19


(23)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

dan juga memperoleh keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara termasuk bagi para pekerja/buruh yang merupakan komponen terbesar dari bangsa Indonesia.

Lebih lanjut perlindungan terhadap pekerja/buruh (walaupun tidak secara tegas menyebutkan pekerja/buruh) itu juga dapat dilihat dalam beberapa pasal yang ada dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yaitu:

1. Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”

Pasal ini memberikan jaminan dan menjadi dasar hukum bagi setiap warga negara (dalam hal ini pekerja/buruh) untuk mendapatkan pekerjaan yang akan memberikan penghidupan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan bermartabat sebagai manusia.

2. Pasal 28 yang berbunyi: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”

Pasal ini memberikan jaminan dan menjadi dasar hukum bagi pekerja/buruh untuk membentuk ataupun menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan tempat pekerja/buruh bekerja, dimana serikat pekerja/serikat buruh adalah sebagai sarana para pekerja/buruh untuk memperjuangkan hak-hak dasar mereka sebagai buruh/pekerja.

B. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


(24)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

1. Perlindungan Ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja diluar kehendaknya.

2. Perlindungan Sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.

3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja20

Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat perhatian dalam hukum ketenagakerjaan. Objek perlindungan tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan meliputi

.

21

1. Perlindungan atas hak-hak dalam hubungan kerja. :

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang mengatur hal ini diantaranya adalah:

a. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (pasal 5).

b. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (pasal 6).

c. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau

meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja (pasal 11).

20

Asikin, Zainal, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 1993, hal 76

21


(25)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

d. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (pasal 12 ayat (3)).

e. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja (pasal 18 ayat (1)).

2. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan pengusaha, dan mogok kerja.

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang mengatur hal ini diantaranya adalah:

a. Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit (pasal 106 ayat (1)).

b. Lembaga kerjasama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan (pasal 106 ayat (2)).

c. Susunan keanggotaan lembaga kerjasama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/buruh di perusahan yang bersangkutan (pasal 106 ayat (3)).


(26)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

d. Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha (pasal 116 ayat (1)).

e. Penyusunan perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara musyawarah (pasal 116 ayat (2)).

f. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan (pasal 137).

g. Siapapun tidak dapat menghalang-halangi pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh untuk menggunakan hak mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib dan damai (pasal 143 ayat (1)).

h. Siapapun dilarang melakukan penangkapan dan/atau penahanan terhadap pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat buruh yang melakukan mogok kerja secara sah, tertib, dan damai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 143 ayat (2)).

3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang mengatur hal ini diantaranya adalah:


(27)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

a. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas

i. keselamatan dan kesehatan kerja; ii. moral dan kesusilaan; dan

iii. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama (pasal 86 ayat (1)).

b. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86 ayat (2)).

c. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan (pasal 87 ayat (1)).

C. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut Perspektif Hak Asasi Manusia Tentang Kerja

Perlindungan atas pekerja/buruh dalam perspektif hak asasi manusia tentang kerja dapat ditemukan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

Perlindungan tersebut dapat ditemukan dalam beberapa pasal Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yaitu:

1. Pasal 23 ayat (1) yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil dan menguntungkan serta berhak atas perlindungan dari pengangguran”.


(28)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

2. Pasal 23 ayat (2) yang berbunyi: “Setiap orang tanpa diskriminasi,

berhak atas pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang sama”. 3. Pasal 23 ayat (3) yang berbunyi: “Setiap orang yang bekerja berhak

atas pengupahan yang adil dan menguntungkan, yang memberikan jaminan kehidupan yang bermartabat baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya, dan jika perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya”.

4. Pasal 23 ayat (4) yang berbunyi: “Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat pekerja untuk melindungi kepentingannya”. 5. Pasal 24 yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas istirahat dan

liburan, termasuk pembatasan-pembatasan jam kerja yang layak dan hari liburan berkala, dengan tetap menerima upah”22.

22


(29)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

BAB III

LANDASAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING) BERDASARKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

A. Pengertian Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing)

Outsourcing dalam dunia tenaga kerja di Indonesia adalah suatu istilah

yang merujuk pada suatu kegiatan usaha memborongkan satu atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain23. Outsourcing dapat juga diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak24

Secara sederhana, outsourcing dapat diartikan sebagai praktik yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk menyerahkan sebagian aktivitasnya untuk

.

23

Artikel “Outsourcing Tidak Sama Dengan Kerja Waktu Tertentu”, NM. Wahyu

Kuncoro, S.H

24

Artikel “Outsource dipandang dari sudut perusahaan pemberi kerja”, http://www.apindo.or.id, diakses tanggal 14 Maret 2008


(30)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

dikerjakan oleh perusahaan lain sehingga organisasi perusahaan menjadi saling berketerkaitan satu sama lain25

2. Pelimpahan kegiatan bidang lain yang perusahaan tidak memiliki suatu kepentingan strategis atau kemampuan khusus, sehingga perusahaan tidak perlu menjadi yang terbaik atau tidak bisa melakukan lebih baik dari perusahaan lain

.

Dalam pendekatan yang lebih strategis, outsourcing adalah merupakan kombinasi dari dua strategi, yaitu:

1. Pemusatan aktivitas, investasi, alokasi sumber daya perusahaan, dan perhatian manajemen pada bidang-bidang yang memiliki tingkat kompetensi tinggi (core competence), yaitu keahlian dan ketrampilan yang dimiliki perusahaan yang memungkinkannya unggul dalam mengembangkan dan memasarkan produk-produk atau jasa yang berintikan keahlian tersebut.

26

Muzni Tambusai, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mendefinisikan outsourcing sebagai memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut sebagai penerima pekerjaan

.

27

25

J. Widiatmoko, Outsourcing, Strategi meningkatkan efisiensi, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2001

26

Ibid

.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, terdapat persamaan dalam memandang outsourcing, yaitu terdapat penyerahan sebagian kegiatan perusahaan pada pihak lain.

B. Perbedaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

27

Muzni Tambusai, Pelaksanaan Outsourcing (Alih Daya) Ditinjau Dari Aspek Hukum

Ketenagakerjaan Tidak Mengaburkan Hubungan Industrial,


(31)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan (Undang-Undang No. 13 Tahun 2003) disebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau waktu tidak tertentu28. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) pada prakteknya lebih dikenal dengan “Pegawai Kontrak” dan Perjanjian Kerja Waktu Tak Tertentu (PKWTT) pada prakteknya diistilahkan dengan “Pegawai Tetap”29

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu

Pengertian perjanjian kerja waktu tertentu ada ditentukan dalam Pasal 1 huruf a Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1986 yang berbunyi “Kesepakatan Kerja Tertentu adalah kesepakatan kerja antara pekerja dengan pengusaha yang diadakan untuk waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu”. Dan sekarang hal tersebut telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP.100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksana Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Dalam keputusan menteri tersebut disebutkan bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.

30

1. Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya; :

2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

3. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau

28

Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

29

Artikel “Liciknya Kebijakan Pengusaha Untuk Pekerjanya”, NM. Wahyu Kuncoro,

S.H

30


(32)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam masa percobaan atau penjajakan. Sedangkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. Pekerjaan yang bersifat tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam suatu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman31

Dalam praktek, sering dianggap bahwa hubungan kerja pada outsourcing adalah selalu dalam bentuk PKWT/Kontrak dan juga sering dianggap bahwa

outsourcing selalu dan atau sama dengan PKWT. Pendapat tersebut adalah keliru

karena hubungan kerja yang terjadi pada outsourcing adalah antara pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pekerjaan dan dituangkan dalam perjanjian kerja tertulis dan hubungan kerja tersebut pada dasarnya Perjanjian Kerja Waktu Tak Tertentu (PKWTT) atau tetap dan bukan kontrak

.

32

1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; .

Dan apabila dilihat dari terminologinya, maka penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) dapat dikategorikan sebagai perjanjian kerja waktu tidak tertentu, karena pekerjaan yang dapat diserahkan kepada pihak lain tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

31

Penjelasan Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

32

Muzni Tambusai, Pelaksanaan Outsourcing (Alih Daya) Ditinjau Dari Aspek Hukum Ketenagakerjaan Tidak Mengaburkan Hubungan Industrial,diakses tanggal 8 Agustus 2008.


(33)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;

3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, dan; 4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung33

Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang adalah kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi namun menunjang proses produksi dan dilakukan dalam jangka waktu yang panjang

.

34

, seperti usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh

(catering), usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa

penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh35

Selain perbedaan bentuk perjanjian antara penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) yang berbentuk PKWTT

.

Akan tetapi outsourcing dapat pula dilakukan dalam bentuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)/Kontrak apabila memenuhi semua persyaratan baik formil maupun materiil sebagaimana diatur dalam Pasal 59 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

36

33

Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

34

Berbeda dengan pekerjaan dalam PKWT yang tidak dilakukan secara terus menerus namun hanya bersifat sementara/musiman

35

Penjelasan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

36

Walaupun dapat pula berbentuk PKWT apabila memenuhi syarat formil maupun materiil dalam Pasal 59 UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

yang sudah pasti berbeda dengan PKWT, perbedaan lain antara outsourcing dengan PKWT dapat dilihat dari bentuk hubungan kerja diantara dua perjanjian kerja ini, dimana Pasal 1 angka 15 UU No. 13 Tahun 2003 menyatakan:


(34)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

“Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah”37

“Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya”

.

Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hubungan kerja itu terjadi langsung antara pekerja/buruh dengan si pemberi kerja/pengusaha yang pada akhirnya akan melahirkan hak dan kewajiban diantara para pihak (pekerja dan pengusaha) dalam bentuk perjanjian kerja yang memiliki unsur pekerjaan, upah dan perintah.

Dalam pasal 65 ayat (6) UU No. 13 Tahun 2003 yang mengatur tentang penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain dinyatakan bahwa:

38

37

Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

38

Pasal 65 ayat (6) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Dalam sistem outsourcing apa yang dimaksud sebagai hubungan kerja menjadi kabur/tidak jelas dimana perjanjian kerja dalam sistem outsourcing atau penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain dibuat antara pekerja dengan perusahaan jasa tenaga kerja bukan dengan perusahaan pemberi kerja, sehingga disini tidak mengandung unsur pekerjaan, perintah dan upah.

C. Pengaturan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Menurut Beberapa Peraturan


(35)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Terminologi outsourcing terdapat dalam Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur perjanjian-perjanjian pemborongan pekerjaan yaitu39

a. Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu, pemborong, mengikatkan diri untuk membuat suatu karya tertentu bagi pihak yang lain yang

memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan dimana

pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu.

:

“Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan, dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan”.

Ketentuan lain mengenai penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain atau outsourcing diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata buku ketiga bab 7A bagian keenam tentang Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, yaitu:

b. Dalam perjanjian pekerjaan tidak ada hubungan kerja antara perusahaan pemborong dengan perusahaan yang memborongkan sebab dalam perjanjian tersebut tidak ada unsur “upah” sebagai salah satu syarat adanya hubungan kerja. Jadi yang ada harga borongan.

c. Hubungan antara pemborong dengan yang memborongkan

adalah hubungan perdata murni sehingga jika terjadi perselisihan maka penyelesaiannya dilaksanakan melalui Pengadilan Negeri.

39


(36)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

d. Perjanjian/perikatan yang dibuat secara sah oleh pemborong dengan yang memborongkan pekerjaan tunduk pada KUH Perdata Pasal 1338 jo Pasal 1320 yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

e. Untuk sahnya suatu perjanjian/perikatan harus dipenuhi 4 syarat yaitu:

i. Sepakat mereka yang mengikatkan diri; ii. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; iii. Suatu hal tertentu;

iv. Suatu sebab yang halal.

f. Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan dapat diperjanjikan bahwa:

i. Pemborong hanya untuk melakukan pekerjaan; ii. Pemborong juga akan menyediakan bahan-bahannya g. Dalam hal pemborong juga harus menyediakan bahan-bahannya

dan hasil pekerjaannya kemudian karena apapun musnah sebelum diserahkan maka kerugian tersebut dipikul oleh pemborong kecuali yang memborongkan lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut.

h. Dalam hal pemborong hanya harus melakukan pekerjaan dan

hasil pekerjaan tersebut musnah, maka pemborong hanya bertanggung jawab atas kemusnahan tersebut sepanjang hal itu terjadi karena kesalahan pemborong.


(37)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

i. Jika hasil pekerjaan diluar kelalaian dari pihak pemborong, musnah sebelum penyerahan dilakukan dan tanpa adanya kelalaian dari pihak yang memborongkan untuk memeriksa dan menyetujui hasil pekerjaan tersebut maka pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan kecuali jika barang itu musnah karena bahan-bahannya ada cacatnya.

j. Jika pekerjaan yang diborongkan dilakukan secara potongan atau ukuran, maka hasil pekerjaan dapat diperiksa secara sebagian demi sebagian..

2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sebagai dasar hukum diberlakukannya penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain

(outsourcing) membagi outsourcing menjadi dua bagian, yaitu:

a. pemborongan pekerjaan dan; b. penyediaan jasa pekerja/buruh.

Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, yang menyangkut penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) adalah pasal 64, pasal 65 (terdiri dari 9 ayat), dan pasal 66 (terdiri dari 4 ayat).

Pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah dasar diizinkannya penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing). Dalam pasal 64 dinyatakan bahwa40

40

Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


(38)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis”

Pasal 65 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 memuat beberapa ketentuan mengenai pelaksanaan penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain

(outsourcing), diantaranya adalah41

a. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis;

:

b. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

i. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;

ii. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;

iii. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan

iv. Tidak menghambat proses produksi secara langsung. c. Perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

berbentuk badan hukum.

d. Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

f. Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya.

Pasal 66 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 mengatur mengenai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, diantaranya adalah42

41

Pasal 65 ayat (1) sampai (9) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

42

Pasal 66 ayat (1) sampai (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


(39)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

a. Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

b. Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut:

i. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;

ii. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibiat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; iii. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat

kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan

iv. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa

pekerja/buruh dan perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. c. Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan

hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

d. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan.

3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004 (Kepmennakertrans No.220/MEN/X/2004)

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004 memberikan penambahan syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain sebagai pelaksanaan dari Pasal 65 ayat (5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Dalam Kepmennakertrans No.220/MEN/X/2004 ini terdapat beberapa


(40)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain yaitu pasal 2 (terdiri dari 2 ayat), pasal 3 (terdiri dari 4 ayat), pasal 4 (terdiri dari 3 ayat), pasal 5, pasal 6 (terdiri dari 3 ayat), dan pasal 7 (terdiri dari 2 ayat).

Pasal 2 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan:

a. Syarat kerja yang diperjanjikan dalam PKWT, tidak boleh lebih rendah daripada ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku.

b. Menteri dapat menetapkan ketentuan PKWT khusus untuk sektor usaha dan atau pekerjaan tertentu43

Pasal 3 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan: .

a. perusahaan pemberi pekerjaan akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan pemborong pekerjaan harus diserahkan kepada perusahaan yang berbadan hukum.

b. Ketentuan mengenai berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikecuali bagi:

i. Perusahaan pemborong pekerjaan yang bergerak di bidang pengadaan barang;

ii. Perusahaan pemborong pekerjaan yang bergerak di bidang jasa pemeliharaan dan perbaikan serta jasa konsultasi yang dalam melaksanakan pekerjaan tersebut mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 10 (sepuluh) orang.

c. Apabila perusahaan pemborong pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan menyerahkan lagi sebagian pekerjaan yang diterima dari perusahaan pemberi pekerjaan, maka penyerahan tersebut dapat diberikan kepada perusahaan pemborong pekerjaan yang bukan berbadan hukum. d. Dalam hal perusahaan pemborong pekerjaan yang bukan berbadan hukum

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak melaksanakan kewajibannya memenuhi hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan kerja maka perusahaan yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban tersebut44

Pasal 4 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan:

a. Dalam hal di satu daerah tidak terdapat perusahaan pemborong pekerjaan yang berbadan hukum atau terdapat perusahaan pemborong pekerjaan berbadan hukum tetapi tidak memenuhi kualifikasi untuk dapat melaksanakan sebagian pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan, maka penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan dapat diserahkan pada perusahaan pemborong pekerjaan yang bukan berbadan hukum.

43

Pasal 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004

44


(41)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

b. Perusahaan penerima pemborongan pekerjaan yang bukan berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggung jawab memenuhi hak-hak pekerja/buruh yang terjadi dalam hubungan kerja antara perusahaan yang bukan berbadan hukum tersebut dengan pekerjanya/buruhnya.

c. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dituangkan dalam perjanjian pemborongan pekerjaan antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan pemborong pekerjaan45

Pasal 5 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan: .

“Setiap perjanjian pemborongan pekerjaan wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan”46

a. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan pemborong pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

. Pasal 6 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan:

i. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan;

ii. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan;

iii. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara

keseluruhan, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan alur kegiatan kerja perusahaan pemberi pekerjaan;

iv. Tidak menghambat proses produksi secara langsung artinya kegiatan tersebut adalah merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana biasanya.

b. Perusahaan pemberi pekerjaan yang akan menyerahkan sebagian

pelaksanaan pekerjaannya kepada perusahaan pemborong pekerjaan wajib membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan.

c. Berdasarkan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) perusahaan pemberi pekerjaan menetapkan jenis-jenis pekerjaan yang utama dan penunjang berdasarkan ketentuan ayat (1)

45

Pasal 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004

46


(42)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

serta melaporkan kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat47

Pasal 7 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan: .

a. Perusahaan pemberi pekerjaan yang telah menyerahkan pelaksanaan sebagian pekerjaan kepada perusahaan pemborong pekerjaan sebelum ditetapkan Keputusan Menteri ini tetap melaksanakan perjanjian penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan pemborongan pekerjaan sebagaimana telah diperjanjikan sampai berakhirnya perjanjian pemborongan pekerjaan tersebut.

b. Dalam hal perjanjian pemborongan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berakhir, maka selanjutnya menyesuaikan dengan Keputusan Menteri ini48

D. Hubungan Hukum Antara Tenaga Kerja Outsourcing Dengan Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Outsourcing

Hubungan hukum antara tenaga kerja outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing tidak dapat dilepaskan dari hubungan hukum antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (perusahaan outsourcing) dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja/buruh.

.

Karyawan pada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (karyawan

outsourcing) menandatangani perjanjian kerja dengan perusahaan penyedia jasa

pekerja/buruh sebagai dasar hubungan ketenagakerjaannya49. Dalam perjanjian kerja tersebut disebutkan bahwa karyawan ditempatkan dan bekerja di perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh50

47

Pasal 6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004

48

Pasal 7 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004

49

Berdasarkan Pasal 65 ayat (6) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

.

50

JURNAL HUKUM, Pan Mohamad Faiz, Outsourcing (ALIH DAYA) dan Pengelolaan Tenaga Kerja Pada Perusahaan (Tinjauan Yuridis Terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun


(43)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Perjanjian dalam penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain atau

outsourcing tidak semata-mata hanya mendasarkan pada asas kebebasan

berkontrak sesuai pasal 1338 KUH Perdata, namun juga harus memenuhi ketentuan ketenagakerjaan, yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 2003. Dimana dalam penyediaan jasa pekerja ada 2 tahapan yang harus dilalui yaitu:

1. Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan (pengguna jasa tenaga kerja/buruh) dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebagaimana diatur dalam Pasal 65 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yaitu51

a. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis

:

b. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

i. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;

ii. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;

iii. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan

iv. Tidak menghambat proses produksi secara langsung.

2. Perjanjian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan

karyawan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan penunjang perusahaan yang harus memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam pasal 66 ayat (2) butir a, b, dan c

51

Pasal 65 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


(44)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu52

a. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh

:

b. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja

sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak

c. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

Dengan adanya 2 (dua) perjanjian tersebut maka walaupun karyawan sehari-hari bekerja di perusahaan pemberi pekerjaan/pengguna jasa pekerja/buruh namun ia tetap berstatus sebagai karyawan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (karyawan outsourcing). Pemenuhan hak-hak karyawan seperti perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

Karyawan outsourcing walaupun secara organisasi berada dibawah perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (perusahaan outsourcing), namun pada saat recruitment, karyawan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pihak perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh (perusahaan pengguna jasa outsourcing).

Dari hubungan ini timbul suatu permasalahan hukum, dimana karyawan

outsourcing dalam penempatannya pada perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh

(perusahaan pengguna jasa outsourcing) harus tunduk pada Peraturan Perusahaan (peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat

52

Pasal 66 ayat (2) butir a, b, dan c Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


(45)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

kerja dan tata tertib perusahaan53) atau Perjanjian Kerja Bersama yang berlaku pada perusahaan pengguna jasa outsourcing tersebut, sementara secara hukum tidak ada hubungan kerja antara keduanya54

Hal yang mendasari mengapa karyawan outsourcing harus tunduk pada peraturan perusahaan pemberi kerja/pengguna jasa pekerja adalah

.

55

1. Karyawan tersebut bekerja di tempat/lokasi perusahaan pemberi kerja;

:

2. Standard Operational Procedures (SOP) atau aturan kerja

perusahaan pemberi kerja harus dilaksanakan oleh karyawan, dimana semua hal itu tercantum dalam peraturan perusahaan pemberi kerja/pengguna jasa pekerja;

3. Bukti tunduknya karyawan adalah pada Memorandum of

Understanding (MoU) antara perusahaan penyedia jasa

pekerja/buruh dengan perusahan pemberi kerja/pengguna jasa pekerja, dalam hal yang menyangkut norma-norma kerja, waktu kerja dan aturan kerja. Untuk benefit dan tunjangan biasanya menginduk perusahaan penyedia jasa pekerja (perusahaan

outsourcing).

Dalam hal terjadi pelanggaran kerja yang dilakukan oleh pekerja/buruh (karyawan outsourcing), tidak ada kewenangan dari perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh untuk melakukan penyelesaian sengketa karena antara perusahaan

53

Pasal 1 angka 20 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

54

Lihat Pasal 65 ayat (6) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

55

JURNAL HUKUM, Pan Mohamad Faiz, Outsourcing (ALIH DAYA) dan Pengelolaan Tenaga Kerja Pada Perusahaan (Tinjauan Yuridis Terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun


(46)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

pengguna jasa pekerja/buruh (perusahaan pengguna jasa outsourcing) dengan karyawan outsourcing secara hukum tidak mempunyai hubungan kerja56

Peraturan perusahaan berisi tentang

, sehingga yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan tersebut adalah perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, walaupun peraturan yang dilanggar adalah peraturan perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh.

hak dan kewajiban antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dengan karyawan outsourcing. Hak dan kewajiban menggambarkan suatu hubungan hukum antara pekerja dengan perusahaan, dimana kedua pihak tersebut sama-sama terikat perjanjian kerja yang disepakati bersama. Sedangkan hubungan hukum yang ada adalah antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (perusahaan outsourcing) dengan perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh (perusahaan pengguna jasa outsourcing), berupa perjanjian penyediaan pekerja atau pemborongan pekerjaan57

Perusahaan pengguna jasa outsourcing dengan karyawan outsourcing tidak memiliki hubungan kerja secara langsung, baik dalam bentuk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) maupun perjanjian kerja waktu tak tertentu (PKWTT). Apabila ditinjau dari terminologi hakikat pelaksanaan Peraturan Perusahaan, maka peraturan perusahaan dari perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh tidak dapat diterapkan untuk karyawan outsourcing karena tidak adanya hubungan kerja. Hubungan kerja yang terjadi adalah hubungan kerja antara karyawan outsourcing dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh

.

56

Lihat Pasal 66 ayat (2) butir c Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

57


(47)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

(perusahaan outsourcing)58

Maksud dan tujuan dari pendirian perseroan komanditer ini adalah

, sehingga seharusnya karyawan outsourcing menggunakan peraturan perusahaan outsourcing, bukan peraturan perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh (perusahaan pengguna jasa outsourcing).

BAB IV

PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PEKERJA OUTSOURCING DI CV MULIA DHARMA

A. Deskripsi singkat CV. Mulia Dharma

CV. Mulia Dharma berkedudukan di Kota Medan, tepatnya di Jl. Titi Pahlawan, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kotamadya Medan. CV. Mulia Dharma berdiri berdasarkan akta pendirian Perseroan Komanditer C.V. MULIA DHARMA yang dibuat dan disahkan oleh Notaris/Penjabat Pembuat Akta Tanah, Alina Hanum Nasution S.H. pada tanggal 29 (duapuluh sembilan) bulan Mei tahun 2001.

59

58

Lihat pasal 66 ayat (2) butir a Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


(48)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

1. Menjalankan usaha-usaha pemborongan (kontraktor) pelaksana, pengawas dari pekerjaan pembuatan bangunan-bangunan, gedung-gedung, jalan-jalan, jembatan-jembatan, pelabuhan-pelabuhan/lapangan, pengairan/irigasi, pemasangan instalasi listrik, air, gas dan telekomunikasi;

2. Berdagang umum termasuk import dan export, antar pulau dan lokal baik untuk perhitungan sendiri maupun atas dasar komisi atas perhitungan pihak lain;

3. Menjalankan usaha dalam bidang leveransir, suplier, distributor, grossir, komisioner, wakil atau agen untuk segala jenis barang, baik dari perusahaan-perusahaan dalam maupun luar negeri;

4. Menjalankan Perusahaan Bongkar Muat (PBM); 5. Menjalankan usaha pengelola tenaga kerja/buruh;

6. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang Hydrogeology pemboran air tanah, pemasangan pipa-pipa dan tangki air serta meteran air;

7. Menjalankan usaha dalam bidang Land Clearing;

8. Menjalankan perusahaan pengangkutan didarat dan laut termasuk ekspedisi muatan;

9. Menjalankan usaha dalam bidang meubilair dan kerajinan tangan dari rotan dan kayu ukiran;

10. Menjalankan perusahaan dalam bidang percetakan, penerbitan dan penjilidan;

11. Menjalankan perusahaan dalam bidang advertising/periklanan;

59

Sebagaimana tercantum dalam akta pendirian Perseroan Komanditer C.V. Mulia Dharma


(49)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

12. Menjalankan perusahaan dalam bidang entertainment;

13. Menjalankan perusahaan dalam bidang jasa/consultan pada umumnya, antara lain jasa telekomunikasi dengan membuka/mendirikan Warung Telekomunikasi (WARTEL) dan Warung Internet (WARNET), serta jasa lainnya kecuali jasa dalam bidang hukum dan pajak;

14. Menjalankan usaha dalam bidang perbengkelan untuk segala jenis kendaraan bermotor maupun mesin-mesin, yang meliputi bengkel reperasi, bubut, las, ketok, cat dan door smeer serta sarana dan prasarana penunjang lainnya;

15. Menjalankan usaha sebagai pengembang atau developer bagi proyek perumahan (real estate), pusat perbelanjaan dan atau gedung-gedung perkantoran;

16. Menjalankan sesuatu perusahaan yang langsung atau tidak langsung bertalian dengan maksud tersebut, satu dan lain dalam arti kata seluas-luasnya.

Dalam menjalankan usaha pengelolaan dan penyaluran tenaga kerja/buruh, perusahaan ini memiliki kantor perwakilan yang berada di komplek pabrik PT. Jaya Beton Indonesia yang berada di Jalan Takenaka, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kotamadya Medan. Proses perekrutan pekerja dilakukan dengan mengambil tenaga kerja/buruh dari masyarakat sekitar dengan tetap melalui proses seleksi dan semua tenaga kerja/buruh adalah berjenis kelamin lelaki.


(1)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

pelaksananya yang sudah dapat memberikan kepastian hukum dan sekaligus memberikan perlindungan bagi tenaga kerja/buruh hendaknya diikuti dengan pengawasan dari pengawas ketenagakerjaan dan pengawasan dari masyarakat untuk menjamin terlaksananya secara baik sehingga tujuan untuk melindungi tenaga kerja/buruh dapat tercapai. Namun yang paling penting adalah adanya kesadaran dan itikad baik dari semua pihak yang terlibat dalam praktek outsourcing ini karena bagaimanapun ketatnya pengawasan, tanpa adanya kesadaran dan itikad baik semua akan menjadi sia-sia dan perlindungan bagi tenaga kerja/buruh hanyalah merupakan impian.

2. Hendaknya dibuat suatu peraturan pelaksana yang didalamnya

menyebutkan secara tegas tentang kualifikasi dari suatu pekerjaan tambahan/penunjang atau kegiatan tambahan/penunjang sehingga tidak menimbulkan perbedaan persepsi mengenai bentuk kegiatan inti dan kegiatan penunjang yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari perbedaan persepsi tersebut yang pada akhirnya akan merugikan tenaga kerja/buruh.

3. Bagi setiap perusahaan didalam melakukan perekrutan tenaga kerja/buruh hendaknya melakukannya sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur oleh undang-undang dalam hal ini Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, yaitu melalui suatu perjanjian kerja tertulis yang setidak-tidaknya memenuhi ketentuan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, sehingga tercipta suatu hubungan kerja yang sah dan berkekuatan hukum, yang dapat memberikan jaminan dan rasa aman bagi tenaga kerja/buruh.


(2)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Asikin, Zainal, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 1993,

Forum Pendamping Buruh Nasional, Jurnal Perburuhan, Edisi Mei-Oktober 2004

Khakim, Abdul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Edisi Revisi), PT Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2007

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1998


(3)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Kartasapoetra, Gunawi, dkk, Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan

Hubungan Kerja, Armico, Bandung, 1983

Manulang, Sendjun H, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2001

Rajagukguk, HP, Peran Serta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan

(Co-determination), Edisi I, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2002

Soepomo, Imam, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1992

Widiatmoko, J, Outsourcing, Strategi meningkatkan efisiensi, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2001

Widodo, Hartono, dkk, Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Rajawali Pers, Jakarta, 1992

Peraturan Perundang-undangan :

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945

Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;


(4)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu;

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh;

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 220 Tahun 2004 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah;

Internet :

http:/ “Fleksibilitas Kerja dan Kesejahteraan Buruh”, Diakses tanggal 14 Maret 2008

http:/ dan Pengelolaan Tenaga Kerja Pada Perusahaan (TinjauanYuridis Terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan), Diakses tanggal 14 Maret 2008


(5)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.

USU Repository © 2009

http:/ Tidak Sama Dengan Kerja Waktu Tertentu”, Diakses tanggal 14 Maret 2008

pemberi kerja”, Diakses tanggal 14 Maret 2008

http:/ Cahaya, No. 27 Tahun X Januari 2005 ISSN No. 14110-0614 / Praktek Outsourcing Dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja (Dalam Kajian UU No. 13 Tahun 2003), Diakses tanggal 14 Maret 2008

http:/

http:// Daya) Ditinjau Dari Aspek Hukum Ketenagakerjaan Tidak Mengaburkan Hubungan Industrial, Diakses tanggal 8 Agustus 2008

Wawancara :


(6)

Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.