Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
BAB III LANDASAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN
PADA PIHAK LAIN OUTSOURCING BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
A. Pengertian Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing
Outsourcing dalam dunia tenaga kerja di Indonesia adalah suatu istilah yang merujuk pada suatu kegiatan usaha memborongkan satu atau beberapa
bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain
23
. Outsourcing dapat juga diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia
jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak
24
Secara sederhana, outsourcing dapat diartikan sebagai praktik yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk menyerahkan sebagian aktivitasnya untuk
.
23
Artikel “Outsourcing Tidak Sama Dengan Kerja Waktu Tertentu”, NM. Wahyu Kuncoro, S.H.,
www.advokatku.web.id , diakses tanggal 14 Maret 2008
24
Artikel “Outsource dipandang dari sudut perusahaan pemberi kerja”, http:www.apindo.or.id, diakses tanggal 14 Maret 2008
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
dikerjakan oleh perusahaan lain sehingga organisasi perusahaan menjadi saling berketerkaitan satu sama lain
25
2. Pelimpahan kegiatan bidang lain yang perusahaan tidak memiliki suatu kepentingan strategis atau kemampuan khusus, sehingga perusahaan
tidak perlu menjadi yang terbaik atau tidak bisa melakukan lebih baik dari perusahaan lain
. Dalam pendekatan yang lebih strategis, outsourcing adalah merupakan
kombinasi dari dua strategi, yaitu: 1. Pemusatan aktivitas, investasi, alokasi sumber daya perusahaan, dan
perhatian manajemen pada bidang-bidang yang memiliki tingkat kompetensi tinggi core competence, yaitu keahlian dan ketrampilan
yang dimiliki perusahaan yang memungkinkannya unggul dalam mengembangkan dan memasarkan produk-produk atau jasa yang
berintikan keahlian tersebut.
26
Muzni Tambusai, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mendefinisikan outsourcing sebagai
memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut sebagai
penerima pekerjaan .
27
25
J. Widiatmoko, Outsourcing, Strategi meningkatkan efisiensi, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2001
26
Ibid
. Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, terdapat persamaan
dalam memandang outsourcing, yaitu terdapat penyerahan sebagian kegiatan perusahaan pada pihak lain.
B. Perbedaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
27
Muzni Tambusai, Pelaksanaan Outsourcing Alih Daya Ditinjau Dari Aspek Hukum Ketenagakerjaan Tidak Mengaburkan Hubungan Industrial,
www.nakertrans.go.id , diakses tanggal
8 Agustus 2008.
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau waktu
tidak tertentu
28
. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT pada prakteknya lebih dikenal dengan “Pegawai Kontrak” dan Perjanjian Kerja Waktu Tak Tertentu
PKWTT pada prakteknya diistilahkan dengan “Pegawai Tetap”
29
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertentu, yaitu Pengertian perjanjian kerja waktu tertentu ada ditentukan dalam Pasal 1
huruf a Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05Men1986 yang berbunyi “Kesepakatan Kerja Tertentu adalah kesepakatan kerja antara pekerja dengan
pengusaha yang diadakan untuk waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu”. Dan sekarang hal tersebut telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. KEP.100MenVI2004 tentang Ketentuan Pelaksana Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Dalam keputusan menteri tersebut disebutkan
bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.
30
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya;
:
2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun; 3.
Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
28
Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
29
Artikel “Liciknya Kebijakan Pengusaha Untuk Pekerjanya”, NM. Wahyu Kuncoro, S.H.,
www.advokatku.web.id , diakses tanggal 14 Maret 2008
30
Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam masa percobaan atau penjajakan. Sedangkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya
disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. Pekerjaan yang bersifat
tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam suatu
perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman
31
Dalam praktek, sering dianggap bahwa hubungan kerja pada outsourcing adalah selalu dalam bentuk PKWTKontrak dan juga sering dianggap bahwa
outsourcing selalu dan atau sama dengan PKWT. Pendapat tersebut adalah keliru karena hubungan kerja yang terjadi pada outsourcing adalah antara pekerjaburuh
dengan perusahaan penerima pekerjaan dan dituangkan dalam perjanjian kerja tertulis dan hubungan kerja tersebut pada dasarnya Perjanjian Kerja Waktu Tak
Tertentu PKWTT atau tetap dan bukan kontrak .
32
1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
. Dan apabila dilihat dari terminologinya, maka penyerahan sebagian
pekerjaan pada pihak lain outsourcing dapat dikategorikan sebagai perjanjian kerja waktu tidak tertentu, karena pekerjaan yang dapat diserahkan kepada pihak
lain tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
31
Penjelasan Pasal 59 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
32
Muzni Tambusai, Pelaksanaan Outsourcing Alih Daya Ditinjau Dari Aspek Hukum Ketenagakerjaan Tidak Mengaburkan Hubungan Industrial,
www.nakertrans.go.id ,
diakses tanggal 8 Agustus 2008.
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi
pekerjaan; 3.
Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, dan; 4.
Tidak menghambat proses produksi secara langsung
33
Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang adalah kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi namun menunjang proses produksi
dan dilakukan dalam jangka waktu yang panjang .
34
, seperti usaha pelayanan kebersihan cleaning service, usaha penyediaan makanan bagi pekerjaburuh
catering, usaha tenaga pengaman securitysatuan pengamanan, usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan
pekerjaburuh
35
Selain perbedaan bentuk perjanjian antara penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain outsourcing yang berbentuk PKWTT
. Akan tetapi outsourcing dapat pula dilakukan dalam bentuk Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu PKWTKontrak apabila memenuhi semua persyaratan baik formil maupun materiil sebagaimana diatur dalam Pasal 59 Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
36
33
Pasal 65 ayat 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
34
Berbeda dengan pekerjaan dalam PKWT yang tidak dilakukan secara terus menerus namun hanya bersifat sementaramusiman
35
Penjelasan Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
36
Walaupun dapat pula berbentuk PKWT apabila memenuhi syarat formil maupun materiil dalam Pasal 59 UU Ketenagakerjaan UU No. 13 Tahun 2003
yang sudah pasti berbeda dengan PKWT, perbedaan lain antara outsourcing dengan PKWT dapat dilihat
dari bentuk hubungan kerja diantara dua perjanjian kerja ini, dimana Pasal 1 angka 15 UU No. 13 Tahun 2003 menyatakan:
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Dalam Undang – Undang Study di CV Mulia Dharma, 2008.
USU Repository © 2009
“Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah dan perintah”
37
“Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara
perusahaan lain dan pekerjaburuh yang dipekerjakannya” .
Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hubungan kerja itu terjadi langsung antara pekerjaburuh dengan si pemberi kerjapengusaha yang pada
akhirnya akan melahirkan hak dan kewajiban diantara para pihak pekerja dan pengusaha dalam bentuk perjanjian kerja yang memiliki unsur pekerjaan, upah
dan perintah. Dalam pasal 65 ayat 6 UU No. 13 Tahun 2003 yang mengatur tentang
penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain dinyatakan bahwa:
38
37
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
38
Pasal 65 ayat 6 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Dalam sistem outsourcing apa yang dimaksud sebagai hubungan kerja menjadi kaburtidak jelas dimana perjanjian kerja dalam sistem outsourcing atau
penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain dibuat antara pekerja dengan perusahaan jasa tenaga kerja bukan dengan perusahaan pemberi kerja, sehingga
disini tidak mengandung unsur pekerjaan, perintah dan upah.
C. Pengaturan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain Outsourcing Menurut Beberapa Peraturan