1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah tingkat
relevansi e-journal yang tersedia pada database ASCE terhadap kebutuhan informasi mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara stambuk
2006?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Pada hakekatnya tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban sebagai pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
relevansi e-journal pada database American Society of Civil Engineers ASCE terhadap kebutuhan informasi mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas
Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1.
Pihak manajemen perpustakaan USU, hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran tentang perkembangan dan pemanfaatan e-journal
ASCE yang sudah dilanggan.
2. Pembaca, pengetahuan ini dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan pembaca terutama mahasiswa magister teknik sipil USU tentang karakteristik dan isi dari pada e-journal ASCE.
3. Penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan, serta pemahaman tentang e-journal American Society of Civil Engineers ASCE yang menyediakan beragam informasi ilmiah
disiplin ilmu teknik sipil dan juga untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan penelusuran online yang baik dan
benar.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai relevansi atau kajian evaluasi system. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa magister teknik sipil
Universitas Sumatera Utara stambuk 2006 yang sedang menyusun tesis dan e- journal pada database
American Society of Civil Engineers ASCE.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Relevansi 2.1.1 Pengertian Relevansi
Secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah bersangkut paut, berguna secara langsung kamus bahasa Indonesia. Relevansi
berarti kaitan, hubungan kamus bahasa Indonesia. Menurut Green 1995: 16, relevansi ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu
pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai relevan bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan
dengan subjek yang diteliti topical relevance. Pada berbagai tulisan mengenai relevance
, topicality topik merupakan faktor utama dalam penilaian kesesuaian dokumen. Froelich dalam Green 1995: 16 menyebutkan bahwa inti dari
relevance adalah topicality. Joan M. Reitz 2004: 606 mengemukakan bahwa “relevance the extent to
which information retrieved in a search of a library collection or other resource, such as an online catalog or bibliographic database, is judged by to user to be
applicable to about the subject of the query . Pendapat ini menyatakan bahwa
relevansi merupakan sejumlah informasi terpanggil dalam sebuah pencarian pada koleksi perpustakaan atau sumber lainnya, seperti catalog online atau basis data
bibliografi, dimana informasi yang diberikan sesuai dengan subjek pada query dan relevan dengan kebutuhan pengguna.
Secara fitrahnya, perpustakaan dan sistem informasi berkutat dengan persoalan relevansi. Kata “relevansi” itu sendiri datang dari orang-orang sistem,
terutama orang-orang yang mendalami information retrieval. Salah satu wejangan ‘suhu’ Ranganathan tentang ‘every book its reader’. Di frasa ini ada keyakinan
bahwa setiap orang punya buku yang cocok untuknya. Secara lebih spesifik, persoalan relevansi yang berkaitan dengan ketepatan pencarian dikenal dengan
ukuran recall and precision. Kedua tulisan tersebut menjelaskan relevansi sebagai sebuah ukuran measurement, dan ukuran ini dikenakan kepada sebuah kinerja
Universitas Sumatera Utara
sistem. Dalam konsep relevansi, sebuah dokumen atau buku dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian ini ditetapkan sebagai ukuran
kuantitatif yang tetap. Dalam teknik information retrieval cara penetapan ukuran kesesuaian ini
seringkali linear satu arah. Seseorang memasukkan pertanyaan query ke sebuah sistem, lalu sistem memberikan jawaban. Berdasarkan jawaban ini
dilakukan perhitungan seberapa relevan dokumen yang telah ditemukan oleh sistem.
2.1.2 Recall Perolehan
Recall merupakan istilah yang digunakan untuk dokumen terpanggil yang
relevan dengan pertanyaan query yang dimasukkan pengguna dalam suatu sistem temu balik informasi.
Chowdhury 1999: 205 menyatakan bahwa “recall thus relates to the ability of the system to retrieve relevant document
”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa recall perolehan berhubungan dengan kemampuan suatu sistem
temu balik dalam menemukan dokumen yang relevan. Hal ini berarti bahwa perolehan recall adalah bagian dari proses temu balik informasi yang dapat
digunakan sebagai alat ukur tingkat efektivitas suatu sistem temu balik informasi. “Perolehan recall berhubungan dengan kemampuan sistem untuk
memanggil dokumen yang relevan, sedangkan ketepatan precision berkaitan dengan kemampuan sistem untuk tidak memanggil dokumen yang tidak relevan”,
Hasugian, 2006: 5.
2.1.3 Precision Ketepatan
“Recall sebenarnya sulit diukur karena jumlah seluruh dokumen yang relevan dalam database sangat besar. Oleh karena itu presisi-lah precision yang
biasanya menjadi salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai keefektifan suatu sistem temu balik informasi”, Hasugian, 2006: 5
“Precison adalah jumlah kelompok dokumen relevan dari total jumlah dokumen yang ditemukan oleh sistem”, Hardi, 2006: 22. Presisi juga merupakan
cara mengukur tingkat efektivitas sistem temu balik informasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Penilaian Relevansi
Fosket 1996: 15, mengemukakan “relevance the likelihood of their matching our readers requirements
”. Pendapat ini menyatakan relevansi adalah tingkat kesesuaian dari dokumen yang terpanggil dari sistem dengan permintaan
pemakai. Penilaian relevansi merupakan tahap pekerjaan yang penuh dengan ketelitian. Hal ini disebabkan karena dalam tahap inilah menentukan apakah
dokumen relevan dengan kebutuhan informasi pemakai dan tahap ini juga merupakan tolok ukur untuk mengevaluasi sistem dan proses sistem temu balik
informasi. Penilaian relevansi adalah bersifat individual bagi setiap penilai, dalam arti penilai yang berbeda akan menghasilkan penilaian yang berbeda pula.
Penilaian relevansi bertujuan untuk menilai dokumen yang terpanggil dari berbagai dokumen yang terpanggil apakah sesuai dengan keinginan pemakai.
Burgin dalam Mustangimah, 1998: 31, “membagi tingkat relevansi menjadi tiga, yaitu “sangat relevan” highly relevant, “relevan marginal”
marginally relevant, dan “tidak relevan” not relevant”. Burgin memberikan definisi dan interpretasi untuk masing-masing tingkat relevansi seperti tercantum
dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Tabel definisi dan interpretasi data
Tingkat Relevansi Definisi
Interpretasi Relevan
Makalah adalah respon
langsung bagi pertanyaan Saya marah apabila sistem
tidak menemukan dokumen ini
Relevan Marginal Topik makalah relevan, tapi bukan respon langsung bagi
pertanyaan Dokumen ditemukan atau
tidak, saya tetap merasa senang
Tidak Relevan Dokumen
tidak relevan dengan pertanyaan
Saya kecewa bila sistem menemukan dokumen ini
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa penelusur dalam menemukan informasi yang dibutuhkan akan memberikan penilaian terhadap informasi yang
diberikan database tertentu apakah sesuai atau tidak dengan kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
Fosket 1996: 16, “mengatakan ada dua hal yang digunakan untuk mengukur relevansi yaitu recall dan precision”.
1. Recall
Fosket 1996: 16, merumuskan: Recall ration=
A A
∩B
= total of relevant documents
relevant documents retrieved
Keterangan A
: Jumlah dokumen relevan yang terpanggil B
: Dokumen Relevan dari dokumen yang terpanggil A
∩B : Seluruh dokumen yang terpanggil relevan
Jadi dapat diartikan Rasio terpanggil =
Jumlah dokumen relevan dalam database Dokumen terpanggil yang relevan
Harrod dan Prytherch dalam Mustangimah, 1998: 13, “menyatakan perolehan terjemahan dari istilah recall, yaitu rasio antara jumlah dokumen
relevan yang ditemukan dengan jumlah total dokumen relevan yang terdapat dalam basis data”. Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa recall atau
terpanggil adalah dokumen yang terpanggil dari sistem temu balik informasi sesuai dengan permintaan pemakai yang mengikuti pola dari sistem tersebut. Nilai
recall berkisar dari 0 s.d 1. Nilai recall makin besar belum cukup untuk menilai
suatu sistem temu balik informasi apakah baik atau tidak. 2.
Precision Fosket 1996; 16, merumuskan:
Precision ratio = B
A ∩B
= total of documents retrieved
relevant documents retrieved
Keterangan A
: Jumlah dokumen relevan dari database berdasarkan penilaian pemakai
Universitas Sumatera Utara
B : Jumlah dokumen yang terpanggil dalam database
A ∩B
: Seluruh dokumen yang terpanggil relevan Jadi dapat diartikan
Rasio kecepatan =
Jumlah dokumen relevan yang terpanggil berdasarkan penelusuran Dokumen terpanggil yang relevan berdasarkan penilaian pemakai
Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa precision atau ketepatan adalah jumlah dokumen yang terpanggil dari database relevan setelah dinilai
pemakai dengan informasi yang dibutuhkan. Nilai dari precision berkisar 0 s.d 1, makin besar nilai precision maka sistem tersebut dapat dikatakan baik.
Hasugian, 2006: 7, menyatakan untuk memudahkan pemahaman akan kedua pengukuran tersebut, berikut dikemukakan tabel perhitungan penentuan
recall dan precision.
Tabel 2.2 Tabel perhitungan penentuan recall dan precision Relevant
Not Relevant Total
Retrieved A
b a+b
Not Retrieved C
d c+d
Total a+c
b+d
Berdasarkan tabel diatas, untuk menghitung rasio recall maka terlebih dahulu kita tentukan jumlah dokumen yang terpanggil, berdasarkan data pada
tabel yaitu a, sedangkan jumlah dokumen relevan dalam database adalah a+c. Dengan demikian recall R dapat dinyatakan sebagai berikut:
R =
Untuk menghitung precision, yaitu jumlah dokumen yang terpanggil adalah a, sedangkan jumlah dokumen yang terpanggil dalam pencarian adalah a+b, maka
rasio precision P dapat dinyatakan sebagai berikut:
P = a
a + c
a a + b
Universitas Sumatera Utara
Keefektifan dari suatu sistem temu balik informasi adalah apabila rasio recall
dan precision sama besarnya 1:1. Akan tetapi, hasil yang diperoleh memuaskan bila precision tinggi walaupun recall rendah.
Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa tolok ukur dari kepuasan penelusur mendapatkan informasi yang diinginkan apabila memiliki presisi yang
tinggi.
2.2 Kebutuhan Informasi
Menurut Hartono 2000: 692, menyatakan bahwa: “Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil pengolahan data dalam suatu
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang mengggambarkan suatu kejadian-kejadian events yang nyata fact yang
digunakan untuk pengambilan keputusan”. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan informasi sangat tinggi dan
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan informasi tersebut sangat beragam.
Bila dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan informasi, maka banyak kebutuhan yang dapat dikemukakan. Menurut Katz,
Gurevitch dan Haas dalam Yusup 1995: 3-4, kebutuhan itu terbagi pada: 1.
Kebutuhan Kognitif Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau
menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungan.
2. Kebutuhan Afektif
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional.
3. Kebutuhan Integrasi Personal Personal Intergrative Needs
Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
4. Kebutuhan Integrasi Sosial Social Intergrative Needs
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain.
5. Kebutuhan Berkhayal Escapist Needs
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau
pengalihan Diversion. Berhubungan dengan tugas pekerjaan, Javerlin 2003: 23 memberi
klasifikasi terhadap jenis kebutuhan informasi, yaitu: 1.
Informasi yang berkaitan dengan masalah problem information, menggambarkan struktur, sifat dan syarat masalah yang sedang dihadapi,
misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, konstruksi jalan, informasi yang dibutuhkan adalah mengenal jenis, tujuan dan masalah yang
dihadapi dalam membangun konstruksi jembatan atau jalan. Pada kasus ini kemungkinan telah ada sumber informasi yang telah membahas hal
yang sama. 2.
Informasi yang berkaitan dengan wilayah domain information, terdiri dari pengetahuan tentang fakta, konsep, hukum dan teori dari wilayah
permasalahan. Misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, wilayah informasi yang diperlukan adalah kekuatan dan tingkat pemuaian besi.
Jenis informasi yang dibutuhkan berupa uji ilmiah dan teknologi informasi. Informasi tersebut terdapat dalam terbitan jurnal ilmiah dan
buku teks. 3.
Informasi sebagai pemecahan masalah problem-solving information, menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah, apa
masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan dalam upaya memecahkan masalah. Misalnya dalam konstruksi jembatan,
insinyur perencana akan mengahadapi pro dan kontra mengenai berbagai informasi tentang desain jenis jembatan. Ini hanya dapat dipecahkan pada
keahlian experts seseorang dan pengetahuan yang dimiliki. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
informasi sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh banyak orang, dimulai dari kebutuhan dasar sampai pada kebutuhan penunjang lainnya. Dengan demikian
jelas bahwa kebutuhan informasi disesuaikan dengan tugas, kehidupan dan tuntutan kebutuhan pengguna yang selalu berkembang sejalan dengan
berkembangnya zaman.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan informasi pengguna dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Menurut Nicholas 2000: 33 menyatakan bahwa ada lima faktor yang
memperngaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu: 1.
Jenis pekerjaan 2.
Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi: kecepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis,
motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan 3.
Waktu 4.
Akses, yaitu menelusur informasi secara internal di dalam organisasi atau eksternal di luar organisasi
5. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi
Sedangkan menurut Wilson 1984: 65 juga menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti digambarkan:
Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi. Sumber Wilson, 1984
LINGKUNGAN
Lingkungan Kerja Lingkungan Sosial-Budaya
Lingkungan Politik-Ekonomi Lingkungan Fisik
PERAN SOSIAL
Peran Kerja Peran kinerja
INDIVIDU
Kebutuhan psikologis Kebutuhan Afektif
Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan Informasi
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar diatas dapat dilihat, bahwa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah:
1. Kebutuhan individu, merupakan faktor yang mempengaruhi secara
langsung. Faktor yang mempengaruhi pada kebutuhan individu ini antara lain yaitu kebutuhan psikologis, kebutuhan afektif dan kebutuhan
kognitif. 2.
Peran sosial, yang menjadi faktor pengaruh dalam hal ini adalah peran kerja dan peran tingkat kinerja individu
3. Lingkungan, terdiri dari faktor lingkungan kerja, sosial budaya, politik
dan ekonomi serta lingkungan fisik Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam memenuhi
kebutuhan informasi, perpustakaan harus menyesuaikan dengan lingkungan, personalitas, profesi dan iptek yang dimiliki oleh masyarakat pengguna karena
hal-hal tersebut sangat mempengaruhi kebutuhan masyarakat pengguna.
2.3 Basis Data Database