Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Klinik.
Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program
Pendidikan Sarjana Keperawatan Di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Untuk Memenuhi Kompetensi Klinik
Jessi Ayumi 101121017
SKRIPSI
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
(2)
(3)
Judul : Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Klinik.
Nama Mahasiswa : Jessi Ayumi
NIM : 101121017
Fakultas : S-1Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2012
Abstrak
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan program akademik. Hal ini akan memicu kesulitan pada mahasiswa keperawatan regular (jalur A) untuk memenuhi standard kompetensi klinik karena sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktik baik di RS maupun di komunitas. Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang keilmuan keperawatan meliputi 22 kompetensi.Penelitian ini bertujuan menggambarkan kesiapan mahasiswa regular (jalur A) semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik total sampling, melibatkan 53 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Juli 2011.Berdasarkan kompetensi-kompetensi mengenai kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik yang paling tinggi persentasenya adalah menyatakan mahir melakukan yaitu sebanyak 59,3% dengan kompetensi kebutuhan kebersihan diri, menyatakan mampu melakukan tapi belum mahir yaitu sebanyak 59,5% dengan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas, menyatakan mampu melakukan dengan bimbingan yaitu sebanyak 57,5% dengan kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, dan menyatakan belum bisa melakukan yaitu sebanyak 17,6% dengan kompetensi kebutuhan oksigen. Saran yang diberikan untuk fakultas agar dapat mengoptimalkan kegiatan praktikum, sehingga mahasiswa akan mahir melakukan tindakan keperawatan.
(4)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Klinik”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
3. Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I.
4. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II.
5. Siti Saidah S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
7. Terima kasih kepada Ayahanda Azhar dan Ibunda Erna tercinta yang selalu
(5)
materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk saudara-saudaraku tercinta: Brian Army Kossiga dan Nadhira Reihani yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk penulis.
8. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Ela dan Istik yang selalu membantu dan
mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran,dan segala canda tawa kalian semua.
9. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2010, Dimas, Melisa, Nita,
Henny, Astri, Yunita, Maisarah, Lia dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu
yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Medan, Pebruari 2012
(6)
DAFTAR ISI
Judul ... i
Lembar pengesahan ... ii
Abstrak ... iii
Prakata ... ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Skema ... x
Bab 1. Pendahuluan. ... 1
Latar Belakang ... 1
Pertanyaan Penelitian ... 4
Tujuan Penelitian ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Defenisi Kesiapan ... 5
2. Prinsip-Prinsip Kesiapan ... 6
3. Defenisi Kompetensi ... 6
4. Hakikat Kompetensi ... 8
5. Karakteristik dan Komponen Kompetensi ... 12
2.1 Motif ... 13
2.2 Bawaan ... 13
2.3 Pengetahuan Akademik ... 13
2.4. Keahlian ... 14
6. Klasifikasi Kompetensi ... 19
7. Standar Kompetensi ... 21
Bab 3. KerangkaKonsep ... 23
1. KerangkaKonseptual ... 23
2. DefenisiKonseptualdanOperasional ... 24
Bab 4. MetodologiPenelitian ... 25
1. Desain Penelitian ... 25
2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 25
2.1. Populasi ... 25
2.2. Sampel ... 25
2.3. Teknik Sampling ... 26
3. LokasidanWaktu Penelitian ... 26
4. PertimbanganEtik ... 26
5. InstrumenPenelitian ... 27
6. Pengumpulan Data ... 29
(7)
Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 31
1. Hasil ... 31
1.1 Karakteristik Demografi ... 31
1.2 Kompetensi Klinik ... 33
2. Pembahasan ... 34
2.1 Kompetensi Kebutuhan Oksigen ... 35
2.2 Kompetensi Kebutuhan Nutrisi ... 37
2.3 Kompetensi Kebutuhan Integritas Jaringan ... 39
2.4Kompetensi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ... 41
2.5Kompetensi Kebutuhan Eliminasi... 43
2.6 Kompetensi Kebutuhan Kebersihan Diri ... 45
2.7Kompetensi Kebutuhan Istirahat dan Tidur ... 46
2.8 Kompetensi Kebutuhan Obat-Obatan ... 48
2.9Kompetensi Kebutuhan Sirkulasi ... 49
2.10 Kompetensi Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan ... 50
2.11 Kompetensi Kebutuhan Aktivitas ... 51
2.12 Kompetensi Kebutuhan Psikosial dan Spiritual ... 53
2.13 Kompetensi Kebutuhan Interaksi Sosial ... 55
2.14 Kompetensi Kebutuhan Kehilangan ... 56
2.15 Kompetensi Kebutuhan Seksual ... 57
2.16 Kompetensi Kebutuhan Lingkungan Sehat ... 59
2.17 Kompetensi Kebutuhan Ibu Hamil ... 60
2.18 Kompetensi Kebutuhan Ibu Melahirkan ... 62
2.19 Kompetensi Kebutuhan Bayi Baru Lahir ... 63
2.20 Kompetensi Kebutuhan Posr Partum ... 65
2.21 Kompetensi Kebutuhan Keperawatan Keluarga ... 66
2.22 Kompetensi Kebutuhan Keperawanatan Komunitas ... 67
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 70
1. Kesimpulan ... 70
2. Saran ... 71 DaftarPustaka 71
Lampiran-lampiran
1. Surat Izin Dari Fakultas Keperawatan USU
2. Informed Consent
3. InstrumenPenelitian
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator Kompetensi Setiap Level KecakapanBerdasarkan Model Taksonomi Bloom ... 17 Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi
Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... 32 Tabel 3 Uraian deskriptif kesiapan mahasiswa regular (jalur A) semester
akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 berdasarkan kebutuhan ... 33 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Oksigen ... 35 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Nutrisi .. 37 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Integritas Jaringan... 39 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ... 41 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Eliminasi ... 43 Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Kebersihan Diri ... 45 Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Istirahat dan Tidur ... 46 Tabel 11 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Obat-Obatan ... 47 Tabel 12 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Sirkulasi ... 49 Tabel 13 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan ... 50 Tabel 14 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Aktivitas ... 51
(9)
Tabel 15 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Psikososial dan Spiritual ... 53 Tabel 16 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Interaksi Sosial ... 55 Tabel 17 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Kehilangan ... 56 Tabel 18 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Seksual ... 57 Tabel 19 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Lingkungan Sehat ... 59 Tabel 20 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Ibu Hamil ... 60 Tabel 21 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Ibu Melahirkan ... 62 Tabel 22 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Bayi Baru Lahir ... 63 Tabel 23 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Post Partum ... 65 Tabel 24 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Keperawatan Keluarga ... 66 Tabel 25 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Keperawatan Komunitas... 67
(10)
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Model Causal Flow Motive, Perilaku, dan Outcome ... 16
(11)
Judul : Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Klinik.
Nama Mahasiswa : Jessi Ayumi
NIM : 101121017
Fakultas : S-1Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2012
Abstrak
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan program akademik. Hal ini akan memicu kesulitan pada mahasiswa keperawatan regular (jalur A) untuk memenuhi standard kompetensi klinik karena sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktik baik di RS maupun di komunitas. Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang keilmuan keperawatan meliputi 22 kompetensi.Penelitian ini bertujuan menggambarkan kesiapan mahasiswa regular (jalur A) semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik total sampling, melibatkan 53 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Juli 2011.Berdasarkan kompetensi-kompetensi mengenai kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik yang paling tinggi persentasenya adalah menyatakan mahir melakukan yaitu sebanyak 59,3% dengan kompetensi kebutuhan kebersihan diri, menyatakan mampu melakukan tapi belum mahir yaitu sebanyak 59,5% dengan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas, menyatakan mampu melakukan dengan bimbingan yaitu sebanyak 57,5% dengan kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, dan menyatakan belum bisa melakukan yaitu sebanyak 17,6% dengan kompetensi kebutuhan oksigen. Saran yang diberikan untuk fakultas agar dapat mengoptimalkan kegiatan praktikum, sehingga mahasiswa akan mahir melakukan tindakan keperawatan.
(12)
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berkembangnya jumlah institusi pendidikan keperawatan menurut Depkes RI 2001 dalam kurun waktu yang relatif singkat menyebabkan produksi lulusan pun bertambah dengan cepat setiap tahunnya.Namun dari sisi kualitas menurut berbagai penelitian, pihak pengguna baik organisasi maupun konsumen masih merasakan banyak kekurangan dari kinerja keperawatan yang dinilainya, misalnya kurangnya kemandirian akuntabilitas dan daya saing serta kompetensi yang belum memenuhi permintaan pelayanan kesehatan yang terus berkembang.Hal ini dinilai erat kaitannya dengan sistem pendidikan keperawatan yang ada pada saat ini (Sumijatun, 2010).
Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan sangat mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. Perawat adalah salah satu profesi kesehatan yang sangat berkompeten dalam peningkatan pelayanan kesehatan.Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis dan moral. Untuk memperoleh tenaga keperawatan tersebut, diperlukan proses pembelajaran baik di institusi pendidikan maupun pengalaman belajar klinik di rumah sakit dan komunitas.
Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan pendidikan yang bertujuan menghasilkan perawat profesional. Proses pendidikan ini dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi. Proses pendidikan
(13)
tahap profesi di Indonesia dikenal dengan pengajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di kelas (pada tahap akademik) ke praktek klinik (Nursalam, 2008).
Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan program akademik.Pada program profesi pembelajarannya lebih ditekankan pada pelaksanaan praktek klinik baik di tatanan klinik maupun komunitas.Mahasiswa program ners tidak saja berasal dari mahasiswa regular (jalur A), namun juga dari para mahasiswa yang sudah bekerja di institusi pendidikan maupun pelayanan dan mereka merupakan lulusan D3 Keperawatan (jalur B).
Karateristik yang beragam tersebut memungkinkan akan memicu kesulitan terutama pada mahasiswa keperawatan regular. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa jalur A sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktik baik di RS maupun di komunitas. Mahasiswa menghadapi peristiwa-peristiwa yang di luar pekiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata di klinik seperti respon pasien yang tidak diharapkan, kondisi pasien yang tiba-tiba berubah, dan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek (Finn, Thorburn, & King, 2000 dalam Syahreni, 2005).
Penyebab masalah tersebut sangat bervariasi diantaranya karena mahasiswa regular baru pertama kali menghadapi pembelajaran klinik, pemahaman mahasiswa yang terbatas terhadap tugas profesi, lingkungan baru dan pengalaman pertama berinteraksi dengan pasien dan perannya sebagai perawat
(14)
yang memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta keharusan bertanggung jawab pada perawat ruangan. Mahasiswa regular yang belum memiliki gambaran tentang realitas di lahan praktek menyebabkan mahasiswa merasa kesulitan ketika berhadapan dengan pasien, prosedur perawatan, dan keterbatasan mahasiswa di lahan praktek.Untuk itu, diperlukan kompetensi bagi mahasiswa regular agar merasa lebih siap di lahan praktek.
Menurut (Nursalam, 2008) salah satu tujuan utama dari adanya standar kompetensi tersebut adalah mempersiapkan perawat profesional yang kompeten secara intelektual, memiliki tanggung jawab sosial serta bersahabat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan/keperawatan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh sebab itu, standar kompetensi profesi lebih berorientasi kepada kualitas kerja sehingga setidaknya menggambarkan kinerja seperti apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kompetensi tersebut.
Data pendahuluan yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa orang mahasiswa jalur A semester akhir Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, didapatkan bahwa mereka belum siap untuk melakukan praktek di klinik karena ketidaksiapan menghadapi pasien yang sebenarnya, takut tidak dapat mengaplikasikan keterampilan yang telah diterima selama masa pendidikan, dan tidak adanya pengalaman yang menjadi panduan bagi mereka. Sehingga peneliti ingin melakukan penelitian bagaimana kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.
(15)
2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik?
3. Tujuan Penelitian
Menggambarkan kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktik dan teoritis sebagai berikut:
a) Institusi Pendidikan
Data dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang bagaimana kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.
b) Pelayanan Kesehatan
Sebagai masukan yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya di bidang kompetensi keperawatan dalam sistem pendidikan.
c) Manfaat untuk peneliti
Untuk menambah pemahaman peneliti tentang kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.
(16)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah Preparedness to
respond or react. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang
membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kondisi mencakup setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu:
a) Kondisi fisik, mental, dan emosional.
b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan.
c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.
Ketiga aspek tersebut (yang dimiliki seseorang) akan mempengaruhinya dan memenuhi/berbuat sesuatu atau jadi kecenderungan untuk berbuat sesuatu. Dalam kondisi fisik tersebut tidak termasuk kematangan, walau kematangan termasuk kondisi fisik.Kondisi fisik yang dimaksud misal kondisi fisik yang temporer (lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain) dan yang permanen (cacat tubuh).Kondisi mental menyangkut kecerdasan. Kondisi emosional juga mempengaruhi kesiapan untuk berbuat sesuatu, hal ini karena ada hubungannya
(17)
dengan motif (insentif positif, insentif negatif, hadiah, hukuman) dan itu akan berpengaruh terhadap kesiapan.
2. Prinsip-prinsip Kesiapan
1) Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh
mempengaruhi).
2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat
dari pengalaman.
3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kesiapan.
4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu
selama masa pembentukan dalam masa perkembangan (Slameto, 2003).
3. Defenisi Kompetensi
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif, atau berpenampilan superior di tempat kerja pada situasi tertentu.
1. Karakteristik dasar yang dimaksud adalah bahwa kompetensi harus
bersifat mendasar dan mencakup kepribadian seseorang (personality) serta
dapat memprediksikan sikap seseorang pada situasi tertentu yang sangat bervariasi pada aktivitas pekerjaan tertentu.
2. Hubungan kausal berarti bahwa kompetensi dapat menyebabkan atau
(18)
3. Kriteria yang dijadikan acuan berarti bahwa kompetensi secara nyata akan memprediksi seseorang yang bekerja dengan baik atau buruk yang sesuai dengan kriteria spesifik atau standar (Nursalam, 2008).
Kompetensi merupakan kemampuan individual yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan (Maryam, 2007).
Sedangkan menurut Kepmendiknas 045/U/2002 kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.“Empat Pilar” (The Four Pillars of
UNESCO) yang mendasari Kepmendiknas No.232/U/2000 adalah seseorang yang
kompeten harus dapat memenuhi persyaratan landasan kemampuan pengembangan kepribadian (Nursalam, 2008).
1. Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know
why).
2. Kemampuan bekerja (know to do).
3. Kemampuan menyikapi dan berprilaku dalam berkarya, sehingga memiliki
kemandirian dalam menilai dan mengambil keputusan dengan penuh
tanggung jawab (to be).
4. Kemampuan bekerja sama dalam hidup bermasyarakat dengan saling
menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (to live
(19)
4. Hakikat Kompetensi
Menurut Palan (2007:5) terdapat dua istilah yang muncul dalam pekerjaan,
yaitu istilah competency ‘kompetensi’ dan competence ‘kecakapan’.Istilah itu
muncul dari dua aliran pemikiran yang berbeda tentang konsep kesesuaian dalam pekerjaan.Syaiful F. Prihadi (2004:83) mengatakan bahwa kedua istilah ini dapat
dipertukarkan.Ia merujuk pada istilah yang ada di dalam kamus bahasa, yakni “an
ability to do something or for a task”. Dalam hubungan dengan itu, Syaiful F. Prihadi mengatakan bahwa seseorang mempunyai kompetensi untuk mengelola pekerjaan. Secara lebih spesifik ia mengatakan bahwa seseorang itu mempunyai kompetensi untuk merencanakan serangkaian aktivitas untuk mencapai target. Disini menurutnya, kompetensi merujuk pada kemampuan secara umum untuk
menjalankan sebuah job (Fuad, 2009).
Kompetensi (competency) didefenisikan oleh Palan (2007:5-6) sebagai
deskripsi mengenai perilaku.Secara lebih terperinci deskripsi itu merujuk kepada karakteristik yang mendasari pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan, atau keahlian.Semua itu hanya dibawa atau dimiliki oleh seseorang
yang berkinerja unggul (superior performer) di tempat kerja.Kemudian,
kecakapan (competence) didefenisikan sebagai deskripsi tugas atau hasil
pekerjaan.Kecakapan tersebut diartikan sebagai keahlian individual yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghasilkan sebuah produk atau jasa yang sesuai dengan standar yang diharuskan.Dalam konteks tertentu, kecakapan juga merupakan kemampuan untuk mentansfer pengetahuan dan kemampuan tersebut ke konteks baru dan yang berbeda (Fuad, 2009).
(20)
Sementara itu, menurut Spencer & Spencer sebagaimana diungkapkan
Ruky (2003:104) kompetensi merupakan “an underlying characteristic of an
individual that is casually related to criterion – referenced effective and/or superior performance in a job or situation” (karakteritik dasar seseorang yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri amnesia) (Fuad, 2009).
Watson Wyatt (dalam Ruky, 2003:106) selanjutnya mendefenisikan
competency sebagai kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan
(knowledge), dan perilaku (attitude) (Fuad, 2009).
Berger & Berger (2007:82) mendefenisikan kompetensi sebagai karakteristik (kombinasi beberapa karakteristik) yang dapat diukur secara andal dan relatif bertahan lama (stabil) yang dimiliki seseorang, tim, atau organisasi. Secara statistik “kompetensi” dapat memprediksi kriteria (ukuran) tingkat kinerja (Fuad, 2009).
Yang dimaksud dengan “dapat diukur secara andal” adalah dua atau lebih pengamatan atau metode (tes atau survey) secara statistik sepakat (berkorelasi tinggi), bahwa seseorang mendemonstrasikan kompetensi tertentu.Keandalan atau
reliabilitas antarpenilai (rater) penting untuk memastikan bahwa hasil ukuran
karakteristik kompetensi seeorang tersebur disepakati berdasarkan konsensus (kesepahaman bersama) dan diukur secara akurat (Fuad, 2009).
(21)
Beberapa pengertian kompetensi menurut Hadari Nawawi (2006:169-170) yang berdasarkan analisisnya terhadap beberapa kajian konseptual mengenai kompetensi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kompetensi secara umum adalah unjuk kerja atau kinerja maksimum
sebagai standar kualifikasi atau standar kompetensi dalam proses pelaksanaan suatu pekerjaan/jabatan.
b. Kompetensi tradisional yang dinyatakan di dalam ijazah atau transkip yang
dimilikinya sebagai jaminan bahwa pemiliknya sudah mempelajari dan memiliki pengetahuan/keahlian dalam bidang kerja/jabatan tertentu. Kompetensi tradisional yang berupa ijazah/transkip sekaligus menjadi bukti secara formal kewenangannya dalam melaksanakan suatu bidang kerja tertentu.
c. Kompetensi individual adalah kemampuan nyata dalam merealisasi
kompetensi yang telah dipelajari sebagaimana dinyatakan di dalam ijazah atau transkip dari lembaga pendidikan atau pelatihan yang sama. Kompetensi individual inilah yang memungkinkan seseorang sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaan/jabatannya.
d. Kompetensi vokasional berarti kemampuan kerja yang
dituntut/dipersyaratkan oleh suatu pekerjaan/jabatan pada pekerja yang melaksanakannya. Kompetensi ini dianggap sebagai ukuran maksimum dalam mengategorikan suatu pekerjaan/jabatan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, para pekerja dikatakan kompeten apabila
(22)
mampu melaksanakan proses kerja secara benar sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan oleh pekerjaan atau jabatannya (Fuad, 2009).
Di samping beberapa uraian tersebut, Hadari Nawawi (2006:171) juga membuat beberapa simpulan perihal kompetensi yang merujuk pada uraian kompetensi di atas, yakni sebagai berikut:
a. Kompetensi bukan sekedar kinerja (performance) atau untuk kerja, tetapi
juga merupakan kualifikasi pekerjaan/jabatan yang harus dipenuhi dalam bekerja.
b. Kompetensi bukan merupakan sifat (bawaan/bakat) atau karakteristik
kepribadian.
c. Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan, yang
diantaranya memiliki hubungan yang erat dengan beberapa sifat/karakteristik kepribadian, seperti percaya diri, loyalitas, kejujuran, kraetivitas, inovatif, orientasi pada hasil, pemecahan masalah, dan keterbukaan (Fuad, 2009).
Keterampilan (skills) secara lebih luas diartikan oleh Ivancevich (1999:32)
sebagai kemampuan atau kemahiran di dalam melaksanakan tugas khusus.
Keterampilan Membina Hubungan (Human Relation Skills) merupakan
kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain, dalam melaksanakan pekerjaan secara bersama. Keterampilan berkomunikasi untuk melaksanakan pekerjaan, dan saling memahami bahwa mereka adalah bagian yang sangat
penting dari tim kerja. Covey dalam bukunya The Seven Habits (1989:47)
(23)
(knowledge), keterampilan (skills), dan keinginan (desire). Menurutnya, pengetahuan merupakan paradigma teoritis yang menggambarkan apa yang harus
dilakukan (what to do) dan mengapa harus dilakukan. Sementara keterampilan
(skills) adalah bagaimana cara melakukan (how to do). Kemudian, keinginan (desire) merupakan motivasi atau apa yang ingin dilakukan (Fuad, 2009).
Kompetensi menurut Badan Nasional Sertifikasi Profesi adalah suatu kemampuan menguasai dan menerapkan pengatahuan, keterampilan/keahlian, dan sikap kerja tertentu di tempat kerja sesuai dengan kinerja yang dipersyaratkan (Fuad, 2009).
Berdasarkan uraian tentang hakikat kompetensi di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas.Kemampuan itu merujuk pada beberapa karakteristik, baik yang bersifat dasar, perilaku, keterampilan, maupun pengetahuan dengan tingkat kemampuan (level of proficiency) yang dapat berubah-ubah.Perubahan tersebut bergantung pada seberapa jauh keterampilan, perilaku, dan pengetahuan tersebut diasah. Apabila seseorang yang sudah menguasai standar kompetensi hingga tingkatan yang tinggi secara terus-menerus, ia sudah masuk ke dalam kategori orang yang berkompetensi di bidang tugas tersebut (Fuad, 2009).
2. Karakteristik dan Komponen Kompetensi
Ada empat hal yang merupakan karakteristik kompetensi, yaitu motif, bawaan, pengetahuan akademik, dan keahlian.
(24)
2.1. Motif
Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau tujuan sehingga lain dari yang lain.
2.2 Bawaan
Bawaan dapat berupa karakteristik fisik atau kebiasaan seseorang dalam merespon suatu situasi atau informasi tertentu.Contoh kompetensi bawaan adalah bertindak cepat dan tepat yang diperlukan oleh perawat gawat darurat.Pengendalian emosi diri dan inisiatif yang tinggi merupakan kebiasaan merespon yang baik untuk perawat jiwa.
2.3. Pengetahuan Akademik
Perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik.Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks.Skor pada tes pengetahuan sering kali kurang bermanfaat untuk memprediksi kinerja seseorang di tempatnya bekerja karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan akan dapat memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan di bawah ini:
• Pengukuran test pengetahuan lebih banyak menghafal jika yang
dipentingkan adalah kemampuan untuk mencari informasi. Memori mengenal fakta spesifik tidak lebih penting dari pada pengetahuan
(25)
mengenai fakta yang relevan terhadap masalah spesifik dan pengetahuan tentang sumber informasi dimana mencarinya ketika diperlukan.
• Tes pengetahuan bergantung pada situasi responden. Tes tersebut
mengukur kemampuan untuk memilih alternatif pilihan yang merupakan respon yang benar dan bukan untuk mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dengan pengetahuan dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar.
2.4. Keahlian
Keahlian (skill) kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan
mental.Kompetensi keahlian mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh serta mengorganisasi data dan rencana) juga pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks) (Nursalam, 2008). Spencer & Spencer (1993:11) mengutarakan beberapa jenis karakteristik yang membentuk sebuah kompetensi, yakni sebagai berikut:
a. Motives
Motives merupakan konsisten berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang sehingga menyebabkan suatu kejadian.Motif tingkah laku dapat dijabarkan dengan istilah tertentu, seperti mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.
(26)
b. Traits
Traits adalah karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu.
c. Self Concept
Self concept merupakan sikap, nilai, atau imajinasi seseorang.
d. Knowledge
Knowledge merupakan informasi seseorang dalam lingkup
tertentu.Komponen kompetensi ini sangat kompleks. Nilai dari knowledge
test sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi kegagalan
dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan.
e. Skills
Skills merupakan kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau
mental tertentu (Fuad, 2009).
Terkait dengan hal tersebut, Syaiful F. Prihadi (2004:96) mengemukakan
bahwa kompetensi-kompetensi motive, trait, dan self concept memprediksikan
tindakan-tindakan perilaku keterampilan. Pada gilirannya kompetensi-kompetensi
itu akan memprediksikan outcomes kinerja, model causal flow motives/traits,
(27)
“Intent” “Action” “Outcome”
Motive, Trait, Self-Concept, Knowledge
Skema 1
Model Causal Flow Motive, Perilaku, dan Outcome Sumber: Syaiful F. Prihadi (2004:96)
Kompetensi selalu bermuatan intensi/maksud, yang merupakan force
motive atau trait yang menyebabkan action menuju sebuah outcome. Prihadi (2004:07) mencontohkan bahwa kompetensi pengetahuan dan keterampilan selalu
mencakapi pengetahuan motive, trait, atau self-concept yang memberikan drives
untuk knowledge. Keterampilan itu harus digunakan.Perilaku tanpa intense tidak
didefenisikan sebuah kompetensi.Perilaku mencakupi pikiran, saat berpikir
mendahului dan memprediksi perilaku.Contohnya adalah motives (yakni berpikir
mengenai mengerjakan sesuatu dengan lebih baik), pikiran-pikiran perencanaan,
atau problem solving (Fuad, 2009).
Secara lebih elaboratif, Moore dalam Rosyada (2004:140) menyusun level kecakapan beserta indikator kecakapan itu masing-masing berdasarkan model taksonomi Bloom yang membagi level kecakapan berdasarkan tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik (Fuad, 2009).
Job Performance Behavior
(28)
Tabel 1
Indikator Kompetensi Setiap Level Kecakapan Berdasarkan Model Taksonomi Bloom
No Ranah Level Kecakapan Indikator Kecakapan
1. Kognitif Pengetahuan
(Knowledge); Mengetahui dan Mengingat Menyebutkan, menuliskan, menyatakan, mengurutkan, mengidentifikasikan, mendefenisikan, mencocokkan, menamai, dan menggambarkan. Pemahaman
(Comprehension)
Menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasikan, menguraikan (dengan kata-kata sendiri), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas, membedakan (diantara dua), mempertahankan,
menyimpulkan, berpendapat, dan menjelaskan.
Penerapan Ide (Application)
Mengoperasikan, menghasilkan, mengubah, mengatasi,
menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung. Kemampuan
Menguraikan (Analysis)
Menguraikan satuan menjadi unit-unit terpisah, membagi satuan menjadi bagian-bagian,
membedakan antara dua yang sama, dan memilih.
Unifikasi (Synthesis) Merancang, merumuskan,
mengorganisasikan, mengkomplikasikan,
mengkomposisikan, membuat hipotesa, dan merencanakan.
Menilai (Evaluation) Mengkritisi, menginterpretasi, dan
memberikan penilaian.
2. Afektif Penerimaan
(Receiving)
Mempercayai (sesuatu atau seseorang untuk diikuti), memilih (seseorang atau sesuatu untuk diikuti), mengikuti, bertanya (untuk diikuti), dan mengalokasikan.
(29)
Tanggapan (Responding)
Mengkonfirmasi, memberi jawaban, membaca (pesan-pesan), membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
Penanaman Nilai (Valuing)
Menginisiasi, mengundang (orang untuk terlibat), terlibat,
mengusulkan, dan melakukan. Pengorganisasian
Nilai-Nilai (Organization)
Memverifikasikan nilai-nilai, menetapkan beberapa pilihan nilai, mensintesiskan (antarnilai),
mengintegrasikan (antarnilai), menghubungkan (antarnilai), mempengaruhi (kehidupan dengan nilai-nilai).
Karakteristik Kehidupan
(Characterization)
Menggunakan nilai-nilai sebagai
pandangan hidup (worldview), serta
mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.
3. Psikomotorik Memperhatikan
(Observing)
Mengamati proses, memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada sebuah artikulasi
Peniruan (Imitation) Melatih, mengubah sebuah bentuk,
membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, dan menggunakan sebuah konstruk, atau model.
Pembiasaan (Practising)
Membiasakan sebuah model atau perilaku yang sudah dibentuknya, serta mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.
Penyesuaian (Adapting)
Menyesuaikan model, membenarkan sebuah model untuk dikembangkan, dan menyelaraskan model pada kenyataan.
Level kecakapan dan indikator kecakapan setiap ranah dan level kecakapan sebagaimana tabel 1, sangat berguna terutama untuk pembangunan
(30)
model kurikulum berbasis kompetensi. Satu hal yang harus dipahami bahwa pendekatan model level kecakapan sebagaimana model yang dikembangkan oleh Moore mempunyai suatu asumsi. Moore berasumsi bahwa apabila suatu tahapan indikator kompetensi pada suatu ranah sudah tercapai, tahapan indikator di bawahnya dianggap sudah dikuasai (Fuad, 2009).
Sebagai contoh, apabila terdapat seorang karyawan yang memiliki level
kecakapan hingga mampu membuar analisis (analysis) terhadap permasalahan di
tempat kerja beserta cara penanggulangannya, karyawan tersebut dianggap sudah
menguasai kecakapan yang ada di bawahnya, yakni pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), dan penerapan ide (application) (Fuad, 2009).
3. Klasifikasi Kompetensi
Secara teoritis, terdapat beberapa jenis kompetensi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.Prihadi (2004:115) misalnya mengklasifikasikan jenis kompetensi
berdasarkan kluster (competency cluster). Kluster kompetensi merupakan sebuah
himpunan dimensi kompetensi yang saling berkaitan erat, lazimnya tiga hingga lima dimensi per kelompok. Kebanyakan model kompetensi mempunyai kelompok-kelompok kompetensi yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu di antaranya sebagai berikut:
a. Berpikir, misalnya analisis, sintesis, dan memutuskan.
b. Bertindak, misalnya mencapai hasil.
(31)
Badan Nasional Sertifikasi Profesi mengklarifikasikan jenis kompetensi ke dalam tiga bagian utama, yakni sebagai berikut:
a. Kompetensi Spiritual, adalah kompetensi yang:
1) Terkait dengan nilai-nilai spiritual yang bersumber dari agama dan
kepercayaan dalam kaitannya dengan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk etos kerja, dedikasi, dan
disiplin kerja.
b. Kompetensi Sosial, adalah kompetensi yang:
1) Terkait dengan nilai-nilai sosial budaya dan tuntutan kebutuhan
hidup bermasyarakat sebagai makhluk sosial.
2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk kemampuan bekerja sama,
bergaul, berkomunikasi, berkoordinasi, dan mengapresiasi pendapat orang lain.
c. Kompetensi Teknikal/Subtansial, adalah kompetensi yang:
1) Terkait dengan penguasaan dan penerapan IPTEK di bidangnya.
2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk kemampuan teknik
pelaksanaan tugas pekerjaan sesuai dengan prosedur dan kinerja yang tercermin atau di atasnya (Fuad, 2009).
(32)
4. Standar Kompentensi
Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan dan kinerja minimal yang harus dicapai pada satu kompetensi tertentu, yang di antaranya meliputi:
a. Apa yang diharapkan dapat dikerjakan oleh seseorang.
b. Seberapa jauh kinerja yang diharapkan tersebut dapat dicapai oleh
seseorang.
c. Bagaimana mengukur/membuktikan bahwa seseorang telah mencapai
kinerja yang diharapkan (Fuad, 2009).
Standar kompetensi menjelaskan kompetensi yang dibutuhkan untuk kinerja yang efektif. Standar kompetensi berperan sebagai patokan bagi pengujian, serta memiliki format yang baku, serta judul unit, uraian unit, elemen kompetensi, kinerja untuk kerja, ruang lingkup, dan petunjuk bukti (Fuad, 2009).
Menurut (Sumijatun, 2010) kompetensi yang akan dicantumkan dalam setiap pendidikan keperawatan merupakan kompetensi mandiri dimana perawat tersebut mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan. Pada situasi tertentu perawat dapat melakukan tindakan yang bukan merupakan kompetensi dan kewenangannya dengan bimbingan penuh atau terbatas oleh perawat yang mempunyai kompetensi lebih tinggi dan memiliki kewenangan untuk tindakan tersebut.Guna mengukur tingkat kompetensi seseorang, kompetensi tersebut masih perlu dijabarkan dalam sub kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) sehingga dapat ditetapkan standard prosedur pelaksanaannya.
(33)
Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang garapan keilmuan keperawatan yaitu meliputi kompetensi kebutuhan oksigen, kompetensi kebutuhan nutrisi, kompetensi kebutuhan integritas jaringan, kompetensi kebutuhan cairan dan elektrolit, kompetensi kebutuhan eliminasi, kompetensi kebutuhan kebersihan diri, kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur, kompetensi kebutuhan obat-obatan, kompetensi kebutuhan sirkulasi, kompetensi kebutuhan keamanan dan keselamatan, kompetensi kebutuhan aktivitas, kompetensi kebutuhan psikososial dan spiritual, kompetensi kebutuhan interaksi sosial, kompetensi kebutuhan kehilangan, kompetensi kebutuhan seksual, kompetensi kebutuhan lingkungan sehat, kompetensi kebutuhan ibu hamil, kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, kompetensi kebutuhan bayi baru lahir, kompetensi kebutuhan post partum, kompetensi kebutuhan keperawatan keluarga, dan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas.
(34)
BAB III
KERANGKA KONSEP
1. KERANGKA KOSEPTUAL
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut :
Skema 2
Standar Kompetensi Klinis Berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia Berdasarkan Kebutuha Dasar Manusia
Sumber:Sri Praptianingsih, 2006. Kompetensi Kebutuhan:
- Oksigen
- Nutrisi
- Integritas Jaringan
- Cairan dan Elektrolit
- Eliminasi
- Kebersihan Diri
- Istirahat dan Tidur
- Obat-Obatan
- Sirkulasi
- Keamanan dan
Keselamatan
- Aktivitas
- Psikososial dan Spiritual
- Interaksi Sosial
- Kehilangan
- Seksual
- Lingkungan Sehat
- Ibu Hamil
- Ibu Melahirkan
- Bayi Baru Lahir
- Post Partum
- Keperawatan Keluarga
- Keperawatan Komunitas
Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan untuk memenuhi standar kompetensi klinik - Mampu dengan mahir
- Mampu tapi
belum mahir
- Mampu
dengan bimbingan
(35)
2. DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur
1. Kompetensi Kemampuan
mahasiswa melaksanakan tugas-tugas yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan yang
diidentifikasi dari tindakan klinis
kebutuhan dasar manusia oleh PPNI.
Wawancara Kuesioner Nominal - Mampu
dengan mahir
- Mampu
tapi belum mahir
- Mampu
dengan bimbingan
(36)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat suatu gambaran tentang suatu keadaan objektif. Yang bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.
2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 2.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana yang akan mengikuti program pendidikan ners. Dan dari data yang diperoleh jumlah mahasiswa jalur A yang ada di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 adalah 58 orang, tapi yang akan mengikuti Program Profesi Ners hanya 53 orang saja.
2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).Maka sampel untuk penelitian ini adalah semua mahasiswa jalur A
(37)
semester akhir program pendidikan sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan mengikuti Program Profesi Ners sebanyak 53 orang.
2.3 Teknik Sampling
Jumlah mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan mengikuti Program Profesi Ners adalah 53 orang, maka teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling. Dimana total
sampling adalah jumlah populasi di bawah 100 orang maka semuanya
dijadikan responden (Arikunto, 2006).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Lokasi tersebut dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian dan jumlah sampel yang memadai. Sehingga dapat menggambarkan kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Pogram Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi standar kompetensi klinik. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011.
4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka
(38)
responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi mahasiswa yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini dibuat oleh peneliti berdasarkan studi literatur.Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner pertama mengenai data demografi dan kuesioner kedua mengenai pernyataan tentang kompetensi-kompetensi klinik.
Kuesioner yang pertama berisi data demografi yang terdiri dari nama (inisial), kelas, jenis kelamin, umur, tempat timggal, posisi di keluarga dan status. Data karakteristik demografi ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak akan dianalisis terhadap kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.
Kuesioner yang kedua berisi pernyataan yang terdiri dari 301 pernyataan. Pernyataan no 1-25 mengenai kompetensi kebutuhan oksigen, pernyataan 26-43 mengenai kompetensi kebutuhan nutrisi, pernyataan 44-59 mengenai kompetensi
(39)
kebutuhan integritas jaringan, pernyataan 60-71 mengenai kompetensi kebutuhan cairan dan elektrolit, pernyataan 72-97 mengenai kompetensi kebutuhan eliminasi, pernyataan 98-111 mengenai kompetensi kebutuhan kebersihan diri, pernyataan 112-117 mengenai kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur, pernyataan 118-132 mengenai kompetensi kebutuhan obat-obatan, pernyataan 133-145 mengenai kompetensi kebutuhan sirkulasi, pernyataan 146-153 mengenai kompetensi kebutuhan keamanan dan keselamatan, pernyataan 154-168 mengenai kompetensi kebutuhan aktivitas, pernyataan 169-183 mengenai kompetensi kebutuhan psikososial dan spiritual, pernyataan 184-201 mengenai kompetensi kebutuhan interaksi sosial, pernyataan 202-207 mengenai kompetensi kebutuhan kehilangan, pernyataan 208-216 mengenai kompetensi kebutuhan seksual, pernyataan 217-224 mengenai kompetensi kebutuhan lingkungan sehat, pernyataan 225-239 mengenai kompetensi kebutuhan ibu hamil, pernyataan 240-257 mengenai kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, pernyataan 258-270 mengenai kompetensi kebutuhan bayi baru lahir, pernyataan 271-282 mengenai kompetensi kebutuhan post partum, pernyataan 283-290 mengenai kompetensi kebutuhan keperawatan keluarga, dan pernyataan 291-301 mengenai kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas.
Kuesioner ini menggunakan skala Likert Dengan pilihan jawaban mampu melakukan dengan mahir, mampu melakukan tapi belum mahir, mampu melakukan dengan bimbingan, belum bisa melakukan/tidak bisa untuk melihat kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan dalam memenuhi standar kompetensi klinik. Berdasarkan pilihan jawaban yang diberikan peneliti yaitu bila jawaban mampu melakukan dengan
(40)
mahir diberikan nilai 4, bila jawaban mampu melakukan tapi belum mahir diberikan nilai 3, bila jawaban mampu melakukan dengan bimbingan diberikan nilai 2, bila jawaban belum bisa melakukan/tidak bisa diberikan nilai 1.
6. Pengumpulan Data
Prosedur pengambilan data yang digunakan dengan cara:
1. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi
Fakultas Keperawatan USU.
2. Setelah mendapatkan izin kemudian melaksanakan pengumpulan data
penelitian.
3. Menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat
penelitian, lalu meminta persetujuan calon responden untuk menjadi
responden dengan menandatangani inform consent.
4. Beberapa responden mengisi kuesioner pada hari tersebut, namun
beberapa responden lagi membawa pulang kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
5. Sewaktu pengisian kuesioner, responden dibantu oleh peneliti apabila ada
pernyataan dari kuesioner yang tidak dimengerti oleh responden, maka responden akan berdiskusi dengan peneliti.
6. Sebagian kuesioner yang telah selesai diisi oleh responden pada hari itu
diambil langsung oleh peneliti, lalu keesokan harinya peneliti akan mengambil secara langsung sebagian kuesioner yang dibawa pulang oleh responden.
(41)
7. Semua data yang telah terkumpul kemudian diolah/dianalisa.
7. Analisa Data
Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan yang
pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta
memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu
member kode atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa data (bertujuan untuk mengelompokkan data
berdasarkan kriteria sampelnya masing-masing), tahap ketiga processing yaitu
memasukkan data dari lembar kuesioner ke dalam program komputer, tahap
keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu menganalisa
data secara deskriptif.
Hasil pegolahan data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan teknik komputerisasi untuk menampilkan hasil dari data yang telah terkumpul dari masing-masing kompetensi yang menggambarkan kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.
(42)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinikyang diperoleh melalui proses pengumpulan data terhadap 53 responden yang dilakukan sejak bulan Juli 2011.
1.1Karakteristik Demografi
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup kelas, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, dan posisi di keluarga. Dari data yang diperoleh (tabel 1) menunjukkan 53 responden (100%) adalah kelas A, sebanyak 48 responden (90,6%) adalah perempuan, responden yang berumur dewasa muda sebanyak 53 responden (100%),responden yang tinggal di rumah kos ada 26 responden (49,1%), berdasarkan posisi keluarga diperoleh 24 responden (45,3%) adalah anak tengah, dan sebanyak 53 responden (100%) berstatus single.
(43)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 (n=53) Data Demografi Responden Frekuensi (F) Persentase (%) Kelas
A 53 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 5 9,4
Perempuan 48 90,6
Umur
Dewasa Muda 53 100
Tempat Tinggal
Orang Tua 21 39,6
Saudara 6 11,3
Kos 26 49,1
Posisi di Keluarga
Sulung 15 28,3
Tengah 24 45,3
Bungsu 14 26,4
Status
(44)
1.1Kompetensi Klinik
Tabel 3 Uraian deskriptif kesiapan mahasiswa regular (jalur A) semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 berdasarkan kebutuhan.
No Kompetensi klinis
Mampu dengan mahir f %
Mampu tapi belum mahir f %
Mampu dengan bimbingan f %
Belum bisa f %
1. Oksigen 4.60 8.7 15.24 29.0 23.52 44.7 9.24 17.6
2. Nutrisi 10.94 20.6 17.00 32.1 18.50 34.9 6.56 12.4
3. Integritas
jaringan
2.75 5.2 12.94 24.4 28.06 52.9 9.25 17.5
4. Cairan dan
Elektrolit
5.42 10.1 17.42 32.4 21.50 40.0 9.42 17.5
5. Eliminasi 6.65 12.5 20.38 38.4 20.00 37.7 6.00 11.3
6. kebersihan diri 31.43 59.3 14.07 26.5 6.71 12.7 0.79 1.5
7. Istirahat dan
tidur
16.00 30.2 26.83 50.6 8.50 16.0 1.67 3.1
8. Obat-obatan 16.33 30.8 22.20 41.9 12.60 23.8 1.87 3.5
9. Sirkulasi 7.31 13.8 15.77 29.8 24.00 45.3 5.92 11.2
10. Keamanan dan keselamatan
22.00 41.5 19.75 37.3 8.50 16.0 2.75 5.2
11. Aktivitas 15.47 29.2 28.67 54.1 6.93 13.1 1.93 3.6
12. Psikososial dan Spiritual
6.60 12.5 28.20 53.2 15.80 29.8 2.40 4.5
13. Interaksi Sosial
6.61 12.8 23.61 45.6 19.83 38.3 1.78 3.4
14. Kehilangan 8.50 16.0 29.17 55.0 14.00 26.4 1.33 2.5
15. Seksual 8.22 15.5 28.11 53.0 15.33 28.9 1.33 2.5
16. Lingkungan sehat
9.38 17.7 21.63 40.8 20.50 38.7 1.50 2.8
18. Ibu melahirkan 2.56 4.9 13.33 25.4 30.17 57.5 6.39 12.2
19. Bayi baru lahir 5.54 10.4 27.46 51.8 17.69 33.4 2.31 4.4
21. Keperawatan keluarga
6.50 12.3 8.25 53.3 16.38 30.9 1.88 3.5
22. Keperawatan Komunitas
(45)
Berdasarkan semua kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik menyatakan mahir melakukan yaitu sebanyak 59,3% dengan kompetensi kebutuhan kebersihan diri, mampu melakukan tapi belum mahir yaitu sebanyak 59,5% dengan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas, mampu melakukan dengan bimbingan yaitu sebanyak 57,5% dengan kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, dan belum bisa melakukan yaitu sebanyak 17,6% dengan kompetensi kebutuhan oksigen.
2. Pembahasan
Dalam penelitian ini, desain deskriptif digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan kompetensi mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan 53 responden terlibat dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini, penilaian kompetensi mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan dilihat dari 22 atribut yang digunakan berdasarkan tindakan klinis kebutuhan dasar manusia oleh PPNI, yaitu meliputi kebutuhan oksigen, kebutuhan nutrisi, kebutuhan integritas jaringan, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan eliminasi, kebutuhan kebersihan diri, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan obat-obatan, kebutuhan sirkulasi, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan aktivitas, kebutuhan psikososial dan spiritual, kebutuhan interaksi sosial, kebutuhan kehilangan, kebutuhan
(46)
seksual, kebutuhan lingkungan sehat, kebutuhan ibu hamil, kebutuhan ibu melahirkan, kebutuhan bayi baru lahir, kebutuhan post partum, kebutuhan keperawatan keluarga, dan kebutuhan keperawatan komunitas.
2.1 Kompetensi Kebutuhan Oksigen
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
No Tindakan Mampu
dengan mahir Mampu tapi belum mahir Mampu dengan bimbingan Belum bisa
f % f % f % f %
1 Perawatan WSD 2 3.8 7 13.2 25 47.2 19 35.8
2 Postural drainage 4 7.5 32 60.4 13 24.5 47.5
3 O2 dengan tube kanule 0 0 19 35.8 2547.2 917.0
4 O2 dengan inhalasi 2 3.8 18 34.0 25 47.2 8 15.1
5 Mengatur posisi tidur 18 34.0 27 50.9 6 11.3 2 3.8
6 Specimen sputum 4 7.5 21 39.6 22 41.5 6 11.3
7 Analisis gas darah 2 3.8 16 30.2 23 43.4 12 22.6
8 Specimen feses 4 7.5 19 35.8 20 37.7 10 18.9
9 Manajemen ventilator 1 1.9 6 11.3 30 56.6 16 30.2
10 Pernafasan dalam 24 45.3 19 35.8 10 18.9 0 0
11 Pengisapan lendir 0 0 26 49.1 27 50.9 0 0
12 Resusitasi jantung paru 4 7.5 24 45.3 23 43.4 2 3.8
13 dokumentasi perawatan 16 30.2 24 45.3 13 24.5 0 0
14 Perawatan tracheostomy 2 3.8 13 24.5 35 66.0 3 5.7
15 Menilai kapiler refill 19 35.8 6 11.3 21 39.6 7 13.2
16 Manajemen tersedak 5 9.4 14 26.4 27 50.9 7 13.2
17 Hemlick manuver 4 7.5 16 30.2 2649.1 7 13.2
18 Monitor IPPB 0 0 6 11.3 28 52.8 19 35.8
19 Pertolongan tenggelam 0 0 8 15.1 22 41.5 23 43.4
20 Bronchial washing 0 0 2 3.8 30 56.6 21 39.6
21 Perawatan pre operatif 0 0 5 9.4 35 66.0 13 24.5
22 Perawatan intra operatif 0 0 6 11.3 28 52.8 19 35.8
23 Perawatan post operatif 0 0 6 11.3 33 62.3 14 26.4
24 Pemeriksaan kesadaran 3 5.7 34 64.2 12 22.6 47.5
25 Pemeriksaan O2 1 1.9 17 32.1 29 54.7 6 11.3
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan
(47)
oksigen pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 23,52 (44,7) yaitu untuk tindakan melakukan
perawatan WSD (Water Sealed Drainage), pemberian O2 dengan tube kanule,
pemberian O2 dengan inhalasi, menyiapkan specimen sputum, menyiapkan
specimen analisis gas darah, menyiapkan specimen feses, melaksanakan
manajemen ventilator, melaksanakan pengisapan lendir (suction oropharingeal,
rongga nasopharyngeal), perawatan tracheostomy, menilai kapiler refill, melaksanakan manajemen klien tersedak, melaksanakan teknik hemlick
maneuver, monitor Intermitten Pressure Pulmonal Breathing, Bronchial Washing
pada klien ETT, melakukan perawatan pre operatif pada kasus pembedahan, melakukan perawatan intra operatif pada kasus pembedahan, melakukan perawatan post operatif pada kasus pembedahan, melakukan pemeriksaan
kesadaran pada kebutuhan O2 dan minoritas mampu dengan mahir dengan
rata-rata 4,60 (8,7) yaitu untuk tindakan membantu pernafasan dalam dan batuk.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam memenuhi kompetensi klinik kebutuhan oksigen. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan paling dasar dalam kehidupan manusia. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Tindakan keperawatan yang diberikan harus tepat karena dapat mempengaruhi pasien secara langsung. Mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan belum memiliki pengalaman ataupun pengamatan secara langsung yang dilakukan kepada pasien yang sebenarnya sehingga
(48)
mahasiswa masih memerlukan bimbingan untuk melakukan tindakan-tindakan keperawatan kebutuhan oksigen.
2.2 Kompetensi Kebutuhan Nutrisi
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Nutrisi
No Tindakan Mampu
dengan mahir
Mampu tapi belum
mahir
Mampu dengan bimbingan
Belum bisa
f % f % f % f %
1 Pemenuhan kalori 2 3.8 18 34.0 27 50.9 6 11.3
2 Memasang NGT 3 5.7 25 47.2 19 35.8 6 11.3
3 Mencabut NGT 5 9.4 20 37.7 20 37.7 8 15.1
4 Memberi makan NGT 7 13.2 2547.2 15 28.3 6 11.3
5 Minum dari mulut 23 43.4 23 43.4 7 13.2 0 0
6 Makan/minum bayi 18 34.0 17 32.1 18 34.0 00
7 Makan melalui flowcare 4 7.5 9 17.0 29 54.7 11 20.8
8 Gastro dan yeyenum 0 0 7 13.2 25 47.2 21 39.6
9 Penyuluhan tentang diet 18 34.0 26 49.1 9 17.0 0 0
10 Berat/tinggi badan 46 86.8 4 7.5 3 5.7 0 0
11 Antropometri 23 43.4 19 35.8 10 18.9 11.9
12 Memonitor nutrisi 12 22.6 26 49.1 13 24.5 23.8
13 Pemasukkan makan 8 15.1 31 58.5 12 22.6 2 3.8
14 Membuat susu formula 25 47.2 15 28.3 9 17.0 4 7.5
15 Perawatan preoperative 1 1.9 10 18.9 30 56.6 1222.6
16 Perawatan intra operatif 0 0 11 20.8 28 52.8 14 26.4
17 Perawatan post operatif 0 0 8 15.1 32 60.4 13 24.5
18 Nutrisi parenteral 2 3.8 12 22.6 27 50.9 12 22.6
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan nutrisi pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 23,52 (44,7) yaitu untuk tindakan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kalori harian, mencabut NGT, memberi makan/minum pada bayi, memberi makan melalui flowcare, memberi makan melalui gastro dan
(49)
yeyenum, melakukan perawatan pre operatif sistem saluran pencernaan, melakukan perawatan intra operatif sistem pencernaan, melakukan perawatan post operatif sistem pencernaan, memberikan nutrisi parenteral sesuai program medis dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 6,56 (12,4) yaitu sebagian mahasiswa untuk tindakan memberi makan melalui gastro dan yeyenum, melakukan perawatan intra operatif sistem pencernaan, melakukan perawatan post operatif sistem pencernaan.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam memenuhi kompetensi klinik kebutuhan nutrisi. Salah satu yang mempengaruhi status kesehatan pasien adalah status nutrisi. Pemberian nutrisi pada pasien tidak boleh sembarangan dan harus diperhitungkan kadar nutrisi yang dibutuhkan pasien. Mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan yang belum memiliki pengalaman ataupun pengamatan secara langsung terhadap pasien membutuhkan bimbingan dalam pelaksanaan kompetensi kebutuhan nutrisi.
(50)
2.3 Kompetensi Kebutuhan Integritas Jaringan
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Integritas Jaringan
No Tindakan Mampu
dengan mahir
Mampu tapi belum
mahir
Mampu dengan bimbingan
Belum bisa
f % f % f % f %
1 Membalut luka 12 22.6 17 32.1 23 43.4 1 1.9
2 Mengobservasi jaringan 5 9.4 21 39.6 23 43.4 47.5
3 Perawatan luka 6 11.3 22 41.5 23 43.4 2 3.8
4 Buang jaringan mati 5 9.4 19 35.8 23 43.4 6 11.3
5 Irigasi luka/drainage 5 9.4 10 18.9 31 58.5 7 32.1
6 Perawatan drain luka 0 0 15 28.3 27 50.9 11 20.8
7 Perawatan gips 0 0 7 32.1 36 67.9 10 18.9
8 Memasang bidai 0 0 15 28.3 31 58.5 7 32.1
9 Fiksasi dan relaksasi 4 7.5 22 41.5 25 47.2 2 3.8
10 Pertolongan pertama 2 3.8 19 35.8 25 47.2 7 32.1
11 Perawatan luka bakar 0 0 8 15.1 36 67.9 917.0
12 Menjahit luka 0 0 8 15.1 24 45.3 21 39.6
13 Mengangkat jahitan 1 1.9 10 18.9 26 49.1 16 30.2
14 Perawatan preoperatif 0 0 3 5.7 37 69.8 13 24.5
15 Perawatan intra operatif 2 3.8 5 9.4 29 54.7 17 32.1
16 Perawatan post operatif 2 3.8 6 11.3 30 56.6 15 28.3
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan integritas jaringan pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 28,06 (52,9) yaitu untuk tindakan
membalut luka (dengan verband dan elastic verband), irigasi luka/drainage,
membuang jaringan mati, melakukan perawatan drainage luka, melakukan perawatan gips, memasang bidai, melakukan pertolongan pertama pada luka, melakukan perawatan luka bakar, menjahit luka (pada keadaan emergency), mengangkat jahitan, melakukan perawatan preoperatif sistem integument, melakukan perawatan intra operatif sistem integument, melakukan perawatan post
(51)
operatif sistem integument dan minoritas mampu melakukan dengan mahir dengan rata-rata 2,75 (5,2) yaitu untuk tindakan melakukan tindakan membalut
luka (dengan verband dan elastic verband).
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam memenuhi kompetensi klinik kebutuhan integritas jaringan. Tindakan dalam kompetensi kebutuhan integritas jaringan membutuhkan tekhnik steril, mencegah terjadinya infeksi dan membutuhkan keterampilan khusus seperti tindakan menjahit luka. Bagi mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan yang mayoritasnya belum pernah melakukan tindakan-tindakan kebutuhan integritas jaringan secara langsung kepada pasien masih membutuhkan bimbingan untuk melakukannya. Menurut saya perlu dilakukan latihan yang rutin untuk memperlancar keterampilan tindakan-tindakan kompetensi kebutuhan integritas jaringan, karena semakin sering dilakukannya tindakan maka semakin siap dan mahir mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan untuk melakukan tindakan-tindakan dari kompetensi kebutuhan integritas jaringan.
(52)
2.4 Kompetensi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
No Tindakan Mampu
dengan mahir
Mampu tapi belum
mahir
Mampu dengan bimbingan
Belum bisa
f % f % f % f %
1 Pemasangan infus 1 1.9 18 34.0 27 50.9 7 32.1
2 Memonitor infus 917.0 28 52.8 15 28.3 1 1.9
3 Ganti balutan infus 8 15.1 19 35.8 23 43.4 3 5.7
4 Melepas infuse 7 32.1 30 56.6 13 24.5 3 5.7
5 Transfusi darah 0 0 7 32.1 23 43.4 23 43.4
6 Nutrisi parenteral 5 9.4 18 34.0 22 41.5 8 15.1
7 Nutrisi melalui central 3 5.7 6 11.3 28 52.8 16 30.2
8 Status hidrasi 7 32.1 15 28.3 2547.2 6 11.3
9 Status asam basa 5 9.4 10 18.9 21 39.6 17 32.1
10 Irigasi lambung 0 0 16 30.2 30 56.6 7 32.1
11 Pendidikan kesehatan 17 32.1 29 54.7 0 0 7 32.1
12 intake dan output cairan 47.5 13 24.5 31 58.5 5 9.4
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan cairan dan elektrolit pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 21,50 (40,0) yaitu untuk tindakan melaksanakan pemasangan infus sesuai program medis, mengganti balutan infus, melaksanakan transfusi darah sesuai program medis, memberikan nutrisi parenteral, memberikan nutrisi melalui central, menentukan status hidrasi, mengobservasi status asam basa, irigasi lambung, mengukur intake dan output cairan dan elektrolit dan minoritas mampu melakukan dengan mahir dengan rata-rata 5,42 (10,1) yaitu untuk tindakan memonitor infus yang terpasang, memberikan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang keseimbangan cairan dan elektrolit.
(53)
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam memenuhi kompetensi klinik kebutuhan cairan dan elektrolit. Mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan belum memiliki pengalaman dan belum pernah menghadapi secara langsung merawat pasien yang mengalami masalah kesehatan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit, seperti belum terbiasanya mereka dalam pemasangan infus, irigasi lambung maupun melakukan transfusi darah sehingga mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih memerlukan bimbingan untuk melakukan kompetensi kebutuhan cairan dan elektrolit.
(54)
2.5 Kompetensi Kebutuhan Eliminasi
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Eliminasi
No Tindakan Mampu
dengan mahir Mampu tapi belum mahir Mampu dengan bimbingan Belum bisa
F % f % f % f %
1 BAB di tempat tidur 16 30.2 30 56.6 47.5 3 5.7
2 Perawatan kolostomi 5 9.4 34 64.2 13 24.5 1 1.9
3 Memberikan enema 11 20.8 7 32.1 29 54.7 6 11.3
4 Berikan suppositoria 13 24.5 12 22.6 28 52.8 0 0
5 Berikan huknah tinggi 47.5 27 50.9 19 35.8 3 5.7
6 Mengeluarkan fecal 7 32.1 23 43.4 18 34.0 5 9.4
7 Pemeriksaan rectal tube 5 9.4 14 26.4 28 52.8 6 11.3
8 Bowel training 6 11.3 28 52.8 18 34.0 1 1.9
9 Penyuluhan kesehatan 15 28.3 33 62.3 2 3.8 3 5.7
10 BAK ditempat tidur 17 32.1 2547.2 917.0 2 3.8
11 Memasang kateter urin 47.5 19 35.8 30 56.6 0 0
12 Melepas kateter urin 5 9.4 19 35.8 2547.2 47.5
13 Merawat kateter urin 5 9.4 3260.4 12 22.6 47.5
14 Bladder training 6 11.3 30 56.6 14 26.4 3 5.7
15 Specimen urin 13 24.5 22 41.5 12 22.6 6 11.3
16 Irigasi kandung kemih 0 0 14 26.4 35 66.0 47.5
17 Tes berat jenis urin 2 3.8 16 30.2 27 50.9 8 15.1
18 Kegel’s exercise 16 30.2 22 41.5 12 22.6 3 5.7
19 Rawat pre sistostomi 0 0 13 24.5 2547.2 15 28.3
20 Rawat post sistostomi 0 0 13 24.5 2547.2 15 28.3
21 Penyuluhan kesehatan 21 39.6 2547.2 47.5 3 5.7
22 Melakukan spulling 2 3.8 27 50.9 21 39.6 3 5.7
23 Perawatan pre operatif 0 0 13 24.5 29 54.7 11 20.8
24 Perawatan intra operatif 0 0 15 28.3 23 43.4 15 28.3
25 Perawatan post operatif 0 0 10 18.9 3260.4 11 20.8
26 Perawatan urostoma 0 0 7 32.1 26 49.1 20 37.7
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan eliminasi pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan tapi belum mahir dengan rata-rata 20,38 (38,4) yaitu untuk tindakan membantu buang air besar di tempat tidur/kamar mandi, perawatan kolostomi, memberikan
(55)
huknah tinggi/rendah, mengeluarkan fecal secara manual, bowel training, penyuluhan kesehatan tentang masalah eliminasi bowel, membantu buang air
kecil di tempat tidur/kamar mandi, merawat kateter urin, bladder training,
menyiapkan specimen urin untuk pemeriksaan lab, kegel’s exercise, melakukan
penyuluhan kesehatan pada kebutuhan eliminasi urin, melakukan spulling pada
klien terpasang kateter dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 6,00 (11,3) yaitu untuk tindakan perawatan pre sistostomi, perawatan post sistostomi, melakukan perawatan intra operatif sistem perkemihan, dan melakukan perawatan urostoma.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mampu melakukan telah yakin walaupun belum mahir untuk melakukan tindakan-tindakan kompetensi kebutuhan eliminasi karena didasarkan tidak terlalu banyak tindakan perawatan kebutuhan eliminasi yang menggunakan keterampilan yang khusus.
(56)
2.6 Kompetensi Kebutuhan Kebersihan Diri
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Kebersihan Diri
No Tindakan Mampu
dengan mahir
Mampu tapi belum
mahir
Mampu dengan bimbingan
Belum bisa
f % f % f % f %
1 Memandikan klien 15 28.3 29 54.7 6 11.3 35.7
2 Menyisir rambut 38 71.7 11 20.8 47.5 0 0
3 Memasang kap kutu 31 58.5 12 22.6 10 18.9 0 0
4 Mencuci rambut 36 67.9 13 24.5 47.5 0 0
5 Membersihkan mulut 33 62.3 16 30.2 47.5 0 0
6 Menggosok gigi 35 66.0 14 26.4 47.5 0 0
7 Vulva hygiene 29 54.7 16 30.2 8 15.1 0 0
8 Penis hygiene 27 50.9 19 35.8 7 32.1 0 0
9 Memotong kuku 39 73.6 8 15.1 6 11.3 0 0
10 Menyiapkan bed 39 73.6 8 15.1 6 11.3 0 0
11 Membersihkan bed 41 77.4 8 15.1 47.5 0 0
12 Penyuluhan kebersihan 33 62.3 16 30.2 2 3.8 2 3.8
13 Melakukan back rub 14 26.4 14 26.4 21 39.6 47.5
14 Mencukur 30 56.6 13 24.5 8 15.1 2 3.8
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan kebersihan diri pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan mahir dengan rata-rata 31,43 (59,3) yaitu untuk tindakan memandikan klien, menyisir rambut, memasang kap kutu, mencuci rambut, membersihkan mulut, menggosok gigi, melaksanakan vulva hygiene, melaksanakan penis hygiene, memotong kuku, menyiapkan tempat tidur, membersihkan tempat tidur, melaksanakan penyuluhan tentang kebersihan diri, mencukur dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 0,79 (1,5) yaitu
(57)
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin secara mahir untuk melakukan kompetensi kebutuhan kebersihan diri karena didasarkan telah terbiasa melakukan tindakan-tindakan kompetensi kebutuhan kebersihan diri dalam kegiatan sehari-hari.
2.7 Kompetensi Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
No Tindakan Mampu
dengan mahir
Mampu tapi belum
mahir
Mampu dengan bimbingan
Belum bisa
f % f % f % F %
1 Penyuluhan istirahat 1 1.9 29 54.7 17 32.1 6 11.3
2 Keamanan klien 23 43.4 28 52.8 2 3.8 0 0
3 Teknik relaksasi 19 35.8 28 52.8 47.5 2 3.8
4 Latihan gerak ambulasi 13 24.5 24 45.3 16 30.2 0 0
5 Membantu aktivitas 10 18.9 35 66.0 8 15.1 0 0
6 Suasana tenang 30 56.6 17 32.1 47.5 2 3.8
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan tapi belum mahir dengan rata-rata 26,83 (50,6) yaitu untuk tindakan melaksanakan penyuluhan tentang kebutuhan istirahat dan tidur, menjaga keamanan klien, melaksanakan teknik relaksasi, memberikan latihan gerak dan ambulasi, membantu terlaksananya aktivitas yang bervariasi, menciptakan suasana tenang dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 1,67 (3,1) yaitu untuk tindakan melaksanakan penyuluhan tentang kebutuhan istirahat dan tidur.
(58)
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin walaupun belum mahir untuk melakukan kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur karena didasarkan telah terbiasa melakukan tindakan-tindakan kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur dalam kegiatan sehari-hari. Akan tetapi tiap individu berbeda kebutuhan istirahat dan tidurnya, oleh karena itu mahasiswa perlu mengetahui lebih banyak lagi tentang bagaimana menyesuaikan kebutuhan istirahat tidur yang berbeda-beda pada setiap individu.
2.8 Kompetensi Kebutuhan Obat-Obatan
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Obat-Obatan
No Tindakan Mampu
dengan mahir
Mampu tapi belum
mahir
Mampu dengan bimbingan
Belum bisa
F % f % f % f %
1 Menghitung obat 6 11.3 18 34.0 27 50.9 2 3.8
2 Mengatur guna obat 11 20.8 16 30.2 26 49.1 0 0
3 Memberi obat klien 2547.2 19 35.8 917.0 0 0
4 Obat melalui oral 38 71.7 11 20.8 47.5 0 0
5 Obat melalui intra cutan 17 32.1 28 52.8 8 15.1 0 0
6 Obat melalui sub cutan 15 28.3 28 52.8 10 18.9 0 0
7 Obat melalui intra vena 11 20.8 27 50.9 15 28.3 0 0
8 Obat intra muscular 17 32.1 27 50.9 8 15.1 1 1.9
9 Obat melalui buccal 20 37.7 24 45.3 8 15.1 1 1.9
10 Obat melalui sublingual 18 34.0 26 49.1 8 15.1 1 1.9
11 Obat melalui kulit 23 43.4 24 45.3 6 11.3 0 0
12 Penyuluhan tntang obat 18 34.0 29 54.7 3 5.7 3 5.7
13 Efek samping obat 8 15.1 21 39.6 22 41.5 2 3.8
14 Efek samping obat 8 15.1 22 41.5 14 26.4 917.0
15 Obat-obat kemoterapi 10 18.9 13 24.5 21 39.6 917.0
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan
(59)
obat-obatan pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan tapi belum mahir dengan rata-rata 22,20 (41,9) yaitu untuk tindakan memberikan obat melalui intra cutan, memberikan obat melalui sub cutan, memberikan obat melalui intra vena, memberikan obat melalui intra muscular, memberikan obat melalui buccal, memberikan obat melalui sublingual, memberikan obat melalui kulit, memberi penyuluhan tentang obatan, kolaborasi efek samping obat-obatan dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 1,87 (3,5) yaitu untuk tindakan kolaborasi efek samping obat-obatan, melakukan persiapan dan memberikan obat-obatan kemoterapi/steroid sesuai program.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin walaupun belum mahir untuk melakukan kompetensi kebutuhan obat-obatan karena telah mendapat keterampilan di laboratorium keperawatan seperti memberikan obat melalui intra cutan, memberikan obat melalui sub cutan, memberikan obat melalui intra vena, memberikan obat melalui intra muscular. Namun, keterampilan yang telah didapat sebaiknya perlu dilatih secara berkala agar lebih mahir.
(1)
195 Mempersiapkan klien dilakukan psikoterapi
196 Melakukan observasi perilaku bunuh diri
197 Melakukan observasi perilaku halusinasi
198 Mengajar dalam berpikir realistis 199 Mengajar klien mengenal
perasaannya
200 Membimbing klien dalam
mengekspresikan pikiran/perasaan waham
201 Membimbing dalam mengurangi perilaku manipulasi
Kebutuhan Kehilangan
202 Melaksanakan teknik komunikasi terapeutik sesuai fase kehilangan 203 Melatih dalam menimbulkan rasa
empati
204 Melaksanakan perawatan menjelang ajal
205 Melaksanakan perawatan pasien meninggal
206 Melatih perasaan saling percaya perawat dan klien
207 Melatih komunikasi asertif Kebutuhan
Seksual
208 Melakukan cara/teknik untuk menciptakan lingkungan privasi 209 Mengajarkan pola seksualitas yang
sehat
210 Mengajarkan perubahan fisiologis kehamilan
211 Mengajarkan pendidikan seks pada setiap usia
212 Mengajarkan cara pemilihan kontrasepsi
213 Menciptakan hubungan terapeutik dalam mendiskusikan masalah seks 214 Memperkenalkan alat-alat bantu
dalam pemenuhan kebetuhan seks 215 Melaksanakan rujukan masalah
seksual
216 Menerima konseling masalah seksual
(2)
Kebutuhan Lingkungan Sehat
217 Menyediakan objek yang menunjang kesehatan lingkungan
218 Memodifikasi stimulus lingkungan yang sehat
219 Menjaga stabilitas lingkungan 220 Melakukan kolaborasi dan fasilitasi
dalam menciptakan lingkungan yang sesuai standar
221 Memberikan pendidikan kesehatan tentang parameter/indikator
kesehatan lingkungan 222 Melakukan control
infeksi/pencegahan infeksi nasokomial
223 Melaksanakan manajemen teknik isolasi penyakit infeksi
224 Melaksanakan manajemen teknik isolasi dalam rangka pemberian kemoterapi
Kebutuhan Ibu Hamil
225 Melakukan pemeriksaan ibu hamil 226 Memberi penyuluhan tentang nutrisi
ibu hamil
227 Memberi penyuluhan tentang perawatan payudara
228 Memberi penyuluhan tentang senam hamil
229 Memberi penyuluhan tentang imunisasi
230 Memberi penyuluhan tentang kebersihan diri
231 Memberi penyuluhan tentang persiapan persalinan
232 Memberi penyuluhan tentang perawatan bayi
233 Mendengar denyut jantung janin 234 Memonitor keadaan janin 235 Menyiapkan pemeriksaan USG
system reproduksi
236 Melakukan tes kehamilan (HCG test)
237 Melaksanakan konsultasi rujukan kehamilan bila terjadi kehamilan patologis
(3)
dengan komplikasi
239 Menerima konsultasi kehamilan Kebutuhan
Ibu
Melahirkan
240 Melakukan pemeriksaan fisik ibu melahirkan
241 Melakukan persalinan kala I keadaan normal
242 Mengobservasi his
243 Mengobservasi jalan lahir 244 Mengisi partograf
245 Melakukan persalinan kala II 246 Melakukan induksi
247 Melakukan episiotomi 248 Menjahit episiotomi
249 Melakukan persalinan kala III 250 Melakukan persalinan kala IV 251 Melaksanakan manjemen nyeri 252 Melaksanakan ikatan tali kasih
(bounding attachment) ibu dan bayi
253 Merawat bayi segera lahir
254 Memotong dan mengikat tali pusat 255 Menolong persalinan dengan
tindakan khusus
256 Melaksanakan rujuk persalinan 257 Menerima konsultasi persalinan Kebutuhan
Bayi Baru Lahir
258 Menilai apgar score
259 Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir
260 Memandikan bayi
261 Memakaikan pakaian bayi
262 Mengatur suhu kamar dan tempat tidur bayi
263 Merawat tali pusat
264 Mengajarkan ibu merawat tali pusat 265 Mengajarkan ibu cara menyusui
(ASI)
266 Mengajarkan ibu melakukan masase payudara
267 Melakukan stimulasi tumbuh kembang bayi
268 Melakukan resusitasi jantung paru pada bayi
269 Melaksanakan rujukan bayi baru lahir
270 Menerima konsultasi bayi baru lahir Kebutuhan 271 Melakukan pemeriksaan fisik ibu
(4)
Post Partum post partum
272 Mengukur tinggi fundus uteri 273 Melakukan observasi lokhea 274 Melakukan observasi perineum 275 Melakukan pendidikan kesehatan
pada ibu post partum
276 Melakukan perawatan payudara 277 Melakukan perawatan vulva 278 Melakukan perawatan perineum 279 Melaksanakan keperawatan “post
partum blues”
280 Memberikan penyuluhan kesehatan tentang KB
281 Memberikan alat kontrasepsi 282 Melaksanakan konsultan ibu post
partum yang bermasalah Kebutuhan
Keperawatan Keluarga
283 Melakukan pengkajian keperawatan keluarga
284 Melaksanakan analisis data dan merumuskan diagnosa keperawatan keluarga
285 Merencanakan tindakan keperawatan keluarga
286 Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga
287 Memberikan konsultasi keperawatan 288 Melaksanakan keperawatan gerontik 299 Melakukan evaluasi keperawatan
keluarga
290 Melakukan dokumentasi keperawatan keluarga Kebutuhan
Keperawatan Komunitas
291 Melakukan pengkajian keperawatan komunitas
292 Melaksanakan analisis data dan merumuskan diagnosa keperawatan komunitas
293 Merencanakan tindakan keperawatan komunitas 294 Memberikan penyuluhan
keperawatan komunitas 295 Melaksanakan keperawatan
kesehatan kerja
296 Melaksanakan usaha kesehatan sekolah
(5)
masyarakat
298 Memberantas penyakit menular 399 Melaksanakan imunisasi
dimasyarakat
300 Melakukan evaluasi keperawatan komunitas
301 Melakukan pendokumentasian komunitas
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Jessi Ayumi
Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Pakam/14 Nopember 1988
Agama : Islam
Alamat : Jln. Jamin Ginting Gg. Haji Arif, Medan Riwayat Pendidikan :
1. SDN 101900Lubuk Pakam (1995-2001) 2. SLTPN 1 Lubuk Pakam (2001-2004) 3. SMAN 1 Lubuk Pakam (2004-2007) 4. D III USU (2007-2010)
5. Mahasiswa S1 Fakuktas Keperawatan USU (2010)