mendasar dalam pengembangan hukum. Sehingga permasalahan pemalsuan data masih isu elit dikalangan praktisi teknologi informasi. Selain itu masih memilki
permasalahan dengan penerapan hukum, Kitab Undang – undang Hukum Acara Pidana Indonesia KUHAP tidak di desain untuk kejahatan berbasis teknologi
informasi. Akhirnya, pemalsuan data akan menjadi sulit untuk dibuktikan dan pelakunya sulit untuk diberikan sanksi.
B. Faktor Penegakan Hukum.
Faktor penegak hukum sering menjadi penyebab maraknya kejahatan pemalsuan data. Hal ini dilatarbelakangi sedikitnya aparat penegak hukum yang
memahami seluk beluk teknologi informasi internet ,sehingga pada saat pelaku tindak pidana ditangkap, aparat penegak hukum mengalami kesulitan untuk
menemukan alat bukti yang dapat dipakai menjarat pelaku , terlebih apabila kejahatan yang dilakukan memiliki sistem pengoperasian yang sangat kompleks.
Jika ketentuan hukum yang kini ada dapat digunakan, maka implementasinya akan berbeda dengan penegakan hukum didunia biasa,
khususnya yang harus dilakukan aparat kepolisian. Dalam dunia interet, polisi sebagai crime hunter senjata utamanya, bukan pentungan atau senjata api,
melainkan keterampilan teknis dibidang informasi teknologi. Oleh karena itu, sudah waktunya sekarang mulai dibentuk polisi, jaksa, hakim memilki keahlian
dibidang teknologi informasi. Namun, tanpa pegangan hukum yang kokoh tidak terlalu banyak yang mampu diperbuat aparat penegak hukum. Seperti teori sosial
kontrol yang memulai pertanyaan mengapa orang mentaati norma atau tidak semua orang melanggar hukum. Jawabannya karena orang mengikuti hukum
sebagai respon atas kekuatan-kekuatan pengontrol tertentu dalam kehidupan
Universitas Sumatera Utara
mereka. Mereka menjadi kriinil ketika kekuatan yang mengontrol tersebut lemah atau hilang.
Untuk terselenggaranya penegakkan hukum law enforcement menghendaki empat syarat yaitu : Pertama, adanya aturan. Kedua, adanya
lembaga yang akan menjalankan peraturan itu. Ketiga, adanya fasilitas untuk mendukung pelaksanaan peraturan itu. Keempat, adanya kesadaran hukum dari
masyarakat yang terkena peraturan itu. Untuk menanggulangi kejahatan teknologi maka keempat faktor perlu dilihat denga paradigma baru yaitu paradigma cyber.
51
Sulitnya menciptakan peraturan –peraturan dibidang kejahatan teknologi informasi, khususnya membuat hukum teknolgi informasi, disebabkan perubahan-
perubahan radikal yang dibawah revolusi teknologi infomasi yang membalikkan paradigma – paradigma. Untuk membuat ketentuan hukum yang memadai didunia
maya, tampaknya terpaksa harus rela menunggu revolusi mulai reda. Jadi, penting untuk belajar bagaima dahulu teknologi – teknologi masal mengawali
kematangannya. Teknologi infomasi dalam waktu mendatang tampaknya akan terus berubah dengan cepat untuk menuju tingkat kemapanannya sendiri. Selama
dalam proses ini, masyarakat dunia maya sepertinya akan mampu menjadi masyarakat yang dapat melakukun peraturan sendiri self regulation . Kendati
demikian,karena dampak kejahatan pemalsuandata menggunakan teknologi informasi sangat besar bagi kehidupan secara keseluruhan, campurtangan negara –
negara tetap sangat diperlukan, khususnya dalam merancang undang – undang teknologi informasi elektronik.
52
51
TB. Ronny R. Nitibaskara, Problema Yuridis “ Cyber Crime “ ,dapat dilihat dalam situs http:
www.cc.1.asphost.comcemoncybercrimeartikel_cyber crime.htm.update
2009.
52
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sama dipaparkan Edmund Makarim dalam legal review berjudul cyber crime di indonesia, kedepan regulasi khusus memang diperlukan. Namun,
kehadirannya seiring dengan pemahamam seluruh lapisan masyarakat terhadap dunia maya. Kalau hal ini tidak dipenuhi, seperti halnya regulasi lain, penegakan
hukumnya akan payah. Menyikapi hal itu Edmund Makarim berpandangan pengoptimalan regulasi yang ada merupakan solusi bijak yang harus dilakukan.
53
Disamping itu, aparat penegak hukum didaerah pun belum siap dalam mengantisipasikan maraknya kejahatan ini karena masih banyak institusi
kepolisian didaerah baik Polres maupun Polsek, belum dilengkapi dengan jaringan internet.
54
Kejahatan yang menggunakan hi-tech, jangkauannya sangat luas serta pelaku rata – rata mempuyai intelektualitas yang tinggi dan mempunyai
komunitas tersendiri, sehingga untuk pembuktiannya membutuhkan penyidik yang mengerti dibidang tersebut sementara dari tim penyidik dari Polri sangat
minim. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut namun dari beberapa faktor tersebut ada yang sangat berpengaruh determinan . Adapun faktor –
faktor yang mempengaruhi sebagai berikut :
C. Faktor Perkembangan IPTEK.