Tabel 5.9. Penilaian Level Tindakan QEC Lanjutan No
Elemen Kerja Persentase
Tindakan
14 Mengisi Babat
48 Diperlukan dalam beberapa waktu
kedepan 15
Memangkas Babat 44
Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan
16 Mengambil sisa
pemangkasan 35
Aman 17
Memasukkan Sisa Pemangkasan ke Goni
31 Aman
18 Melepaskan lusi dari meja
penjalinan Lusi 36
Aman 19
Memasukkan Lusi Sisa Melepaskan lusi dari meja
penjalinan 28
Aman
20 Melepaskan Keset Hasil Penjalinan
28 Aman
21 Meletakkan Keset Hasil
Penjalinan 32
Aman
5.4. Dimensi Tubuh
Hasil penilaian postur kerja dan keluhan musculoskeletal disorders menunjukkan bahwa harus dilakukan perbaikan atau penghilangan elemen
kegiatan yang menyebabkan keluhan. Kegiatan ini disebabkan karena tata letak komponen yang belum teratur dan fasilitas kerja yang tidak ergonomis. Oleh
karena itu perlu adanya perbaikan, penambahan atau perancangan fasilitas kerja yang ergonomis agar dapat memperbaiki postur kerja yang tidak ergonomis.
Fasilitas yang dibutuhkan untuk dirancang adalah sebagai berikut: 1. Fasilitas Dudukan Operator
Perancangan fasilitas dudukan operator yang baru dapat mengurangi keluhan pada bagian paha, betis, lutut, pantat dan bagian pinggul sehingga operator
Universitas Sumatera Utara
dalam mengerjakan aktivitas penjalinan tidak lagi menekuk kaki. Dimensi yang dibutuhkan dalam perancangan dudukan operator ini adalah:
1. Tinggi Popliteal TP untuk menentukan tinggi dudukan operator. 2. Panjang Popliteal PPo untuk menentukan panjang dudukan operator.
3. Lebar Pinggul LP untuk menentukan lebar dudukan operator.
2. Fasilitas Wadah Penampungan Lusi, Anyam dan Babat Perancangan fasilitas wadah penampungan lusi, anyam dan babat ditujukan
untuk mengurangi keluhan pada bagian lengan dan bahu sehingga dapat memperbaiki elemen kegiatan mengambil lusi, anyam dan babat sebagai bahan
yang dibutuhkan untuk penjalinan. Dimensi yang dibutuhkan dalam perancangan fasilitas ini adalah:
1. Jangkauan Tangan JT untuk jarak operator ke wadah penampungan. 2. Tinggi Popliteal TPo dan Tebal Paha TP untuk menentukan tinggi
wadah.
3. Fasilitas Pemotong Perancangan fasilitas pemotong tali babat ditujukan untuk mengurangi keluhan
pada bagian lengan, bahu, paha dan betis sehingga elemen kegiatan memotong tali babat dapat dilakukan dengan postur kerja yang ergonomis tidak dilakukan
dengan punggung yang membungkuk. Dimensi tubuh yang dibutuhkan dalam perancangan ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Lebar Jari LJ mulai dari jari telunjuk sampai dengan jari kelingking untuk menentukan panjang pegangan fasilitas pemotong.
2. Tinggi Popliteal TPo dan Tebal Paha TP untuk menentukan tinggi meja pemotong.
4. Meja Penjalinan Perbaikan meja penjalinan ditujukan untuk mengurangi keluhan pada bahu
operator sehingga untuk setiap elemen kegiatan yang dilakukan dengan posisi duduk tidak melebihi tinggi bahu operator. Dimensi yang dibutuhkan dalam
perancangan ini adalah: 1. Tinggi Popliteal TP dan Tebal Paha TP untuk menentukan posisi balok
bagian bawah pada meja penjalinan. 2. Tinggi Bahu Duduk TBD untuk menetukan jarak antara balok bagian atas
dan balok bagian bawah pada meja penjalinan. Dimensi tubuh yang dibutuhkan dalam perancangan fasilitas kerja dapat
dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.10. Data Dimensi Tubuh Operator No.
TBD LP
Ppo Tpo
JKT LJ
TP
1 52
35 40
37,9 70,2
5,8 15
2 51,3
30 38
37,8 69
5,5 14
3 54,5
35 40
36,4 73,2
5,4 12,4
4 52,8
33,5 37,6
36,9 73
6 14,3
5 53,6
35,3 37
37,4 73,4
5 13,4
6 53,8
32,2 37,2
37,1 71,3
5,6 14,6
7 56,1
34 39
36,2 71,5
5,7 13,5
8 51,5
35 39
37,2 73,6
5,4 12,5
9 56,4
34 40
38,1 73,3
5 15
10 56,4
36,2 40
37,5 71,6
5,6 14
Sumber : Hasil Pengukuarn
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Data Dimensi Tubuh Tambahan dari Laboratorium E dan APK No.
TBD LP
Ppo Tpo
JKT LJ
TP
1 55
34,5 38
37,5 73,2
5,5 14
2 56
37,2 37
38,5 75,5
5,2 14,3
3 56,5
36,2 37
37,2 76,2
5,6 13,5
4 57
30,5 38
37,4 76
5,5 14
5 57
30 38
36 73,7
4,9 15
6 54,6
34,5 37,2
43,6 70,8
5 15
7 52,3
29,5 37
41,4 73,5
5,7 15
8 56,4
29 40,3
42,2 70
5,7 14
9 53
28,6 40
40,9 69
5,8 13
10 56
31 40
42,1 69
6 14,5
11 52
31,2 37
41,5 70,5
5 14
12 57
35,5 39
43,3 71,5
5,4 15
13 54,2
32 40,2
42,3 75
5,8 13,4
14 54,8
30,3 38
42,5 73,2
5,7 13,5
15 56
31,4 37,2
42,7 73
5,7 12,3
16 52,8
31 37,2
41,7 73,4
6 12,5
17 56,1
31,4 39
43,8 71,3
6 13,2
18 55,7
29,3 37,2
43,7 71,5
6 13,3
19 56,7
28,9 40
41,7 73,6
6,2 13,5
20 57,2
32 40
43,1 73,3
5,5 13,3
21 56,9
36,2 40,3
42 71,6
6 14
22 57
32 40,5
41,4 73,2
6 14,8
Sumber : Data Base Laboratorium E dan APK
Keterangan : TBD = Tinggi bahu pada posisi duduk
LP = Lebar pinggul Ppo = Panjang popliteal
Tpo = Tinggi popliteal JKT = Jangkauan tangan
LJ = Lebar jari dari jari telunjuk sampai jari Kelingking TP = Tebal Paha
Universitas Sumatera Utara
Data dimensi tubuh yang telah ada selanjutnya akan diolah dengan melakukan pengujian keseragamaan data, kecukupan dan normalitas data dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data digunakan untuk mengetahui apakah data-data yang diperoleh telah berada dalam keadaan terkendali atau belum. Suatu data yang
berada dalam batas kendali yang telah ditetapkan yaitu BKA Batas Kendali Atas dan BKB Batas Kendali Bawah dapat dikatakan berada dalam keadaan
terkendali, sebaliknya jika data berada di luar BKA dan BKB, maka data tersebut berada dalam keadaan tidak terkendali. Suatu data yang berada dalam
keadaan tidak terkendali harus dibuang untuk kemudian dilakukan uji keseragaman kembali sehingga tidak tidak ada lagi data yang berada di luar
BKA dan BKB. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tingkat kepercayaan 95 dan tingkat ketelitian 5. Persamaan yang digunakan untuk menguji
keseragaman data adalah :
σ
2 +
= X BKA
σ
2 −
= X BKB
Jika X
min
BKB dan X
max
BKA maka data seragam. Jika X
min
BKB dan X
max
BKA maka data tidak seragam. Contoh perhitungan untuk tinggi bahu duduk :
n X
n X
X X
n n
∑
= +
+ +
= Χ
....
2 1
Dimana: n = Banyaknya pengamatan
Universitas Sumatera Utara
n
X Σ
= Jumlah pengamatan ke n dari i = 1 hingga j = 32 X = Nilai rata-rata
cm 956
, 54
32 6
, 1758
32 57
... 5
, 54
3 ,
51 52
= =
+ +
+ +
= Χ
1
1 2
− −
= =
∑
=
n X
X SD
n i
i
σ
Nilai standar deviasi untuk data tinggi bahu duduk adalah : 8899
, 1
1 32
456 ,
55 57
... 456
, 55
3 ,
51 456
, 55
52
2 2
2
= −
− +
− +
− =
= σ
SD BKA
= 54,956 + 2 x 1,8899 = 58,736 cm
BKB = 54,956 – 2 x 1,8899
= 51,177 cm Hasil dari uji keseragaman data untuk dimensi tinggi bahu duduk dapat
dilihat pada Gambar 5.29.
Gambar 5.29. Peta Kontrol Dimensi Tinggi Bahu Duduk
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.29. menunjukkan bahwa data tinggi bahu duduk dikatakan seragam karena berada dalam batas BKA dan BKB. Peta kontrol
dimensi tubuh yang lain dengan pengolahan data yang sama untuk dimensi tubuh yang lain dapat dilihat pada Lampiran 20. Hasil uji keseragaman
data dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Uji Keseragaman Data Antropometri No Dimensi
X
σ BKA
BKB Keterangan
1 TBD
54,956 1,8899 57,2
51,3 58,736 51,177
Seragam 2
LPD 32,575
2,556 37,2
28,6 37,687 27,463
Seragam 3
Ppo 38,62
1,316 40,5
37 41,25
35,99 Seragam
4 Tpo
39,97 2,692
43,8 36
45,35 34,59
Seragam 5
JKT 72,4
1,92 76,2
69 76,3
68,6 Seragam
6 LJ
5,6 0,35
6,2 4,9
6,31 4,89
Seragam 7
TP 13,9
0,83 15
12,3 15,5
12,2 Seragam
Sumber : Hasil pengolahan data
2. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh telah memenuhi jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam
pengukuran sesuai dengan tingkat ketelitian yang diinginkan. Uji kecukupan data diuji dengan tingkat ketelitian 5 dan tingkat
kepercayaan 95 digunakan persamaan :
3.
2
1 2
1 1
2
40
−
=
∑ ∑
∑
= =
= n
i i
n i
i n
i i
X X
X
N N
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: N
= Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan dari hasil perhitungan N = Pengamatan pendahuluan
Jika N
I
N, maka data pengamatan cukup Jika N
I
N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data.
Contoh perhitungan untuk dimensi tinggi bahu duduk :
cm Xi
6 ,
1758 57
... 5
, 54
3 ,
51 52
= +
+ +
+ =
∑
2 2
2 2
2 2
cm 78
, 96756
57 ...
5 ,
54 3
, 51
52 =
+ +
+ +
= ∑ Xi
2 2
2
cm 96
, 3092673
6 ,
1774 =
= ∑ X
83 ,
1 6
, 1758
96 ,
3092673 78
, 96756
32 40
2
=
−
= N
Hasil pengolahan data yang dilakukan didapat N 1,83 32, maka dapat disimpulkan data yang diperoleh sudah cukup. Uji kecukupan data pada
dimensi antropometri lainnya dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Uji Kecukupan Data Antropometri No Dimensi
N Keterangan
1 TBD
32 1758,6
96756,78 3092673,96 1,83
Cukup 2
LPD 32
1042,4 34158,7
1086597,76 9,54 Cukup
3 Ppo
32 1235,9
47786,43 1527448,81 1,80
Cukup 4
Tpo 32
1279 51344,66
1635841 7,03 Cukup
5 JKT
32 2318,10 168038,59
5373587,61 1,09 Cukup
6 LJ
32 179,2
1007,42 32112,64 6,22
Cukup 7
TP 32
443,8 6176,12
196958,44 5,5
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
2
Xi ∑
Xi ∑
2
Xi ∑
N N
Universitas Sumatera Utara
3. Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square
Penelitian ini pengujian kenormalan datanya dilakukan dengan metode Chi-Square menggunakan software SPSS 13.0 for windows. Metode Chi-
Square digunakan karena data antropometri yang digunakan adalah data parametrik yang dapat diketahui nilai parameterstatistik data rata-rata, standar
deviasi, dan sebagainya, merupakan data kontiniu hasil pengukuran, dan ukuran sampel memenuhi 32 sampel sehingga metode Chi-Square dapat
digunakan untuk melakukan uji kenormalan data. Hasil seluruh pengujian dinyatakan normal karena chi kuadrat X
2
hitung chi kuadrat X
2
tabel. Pengujian kenormalan data dapat dilihat pada Lampiran 23 dan hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square
No Dimensi
Chi kuadrat X
2
hitung Chi kuadrat
X
2
tabel Keterangan
1 TBD
10,625 32,671
Normal 2
LP 7,375
31.410 Normal
3 Ppo
13,563 15,507
Normal 4
Tpo 3,438
38.885 Normal
5 JKT
8,375 28.869
Normal 6
LJ 10,5
16,919 Normal
7 TP
22,25 22,362
Normal
Sumber : Hasil pengolahan data
Pengolahan data antropometri menunjukkan bahwa data seragam, cukup dan tersebar secara normal. Hal ini menunjukkan bahwa data atropometri yang
telah ada dapat dijadikan sebagai data rancangan fasilitas usulan.
Universitas Sumatera Utara
4. Prinsip Perancangan Data Antropometri
Data antropometridimensi tubuh yang ada akan digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Tiga prinsip antropometri yang digunakan dalam
perancangan suatu produk adalah : 1. Prinsip penggunaan data antropometri yang ekstrim
2. Prinsip penggunaan data antropometri rata-rata 3. Prinsip penggunaan data antropometri yang dapat disesuaikan.
Pengolahan data untuk menentukan dimensi rancangan fasilitas kerja ini menggunakan prinsip penggunaan data antropometri yang ekstrim dengan tujuan
hasil rancangan dapat digunakan dengan nyaman oleh seluruh populasi yang ada di UD. Pusaka Bakti.
Hasil pengolahan data untuk dimensi fasilitas kerja yang ergonomis adalah sebagai berikut:
1. Lebar Dudukan Kursi LDK a. Dimensi
: Lebar Pinggul duduk b. Ukuran data : Terbesar 37,2 cm
c. Kelonggaran : 10 d. LDK
: 40,92 cm 2. Panjang Dudukan Kursi PDK
a. Dimensi : Panjang popliteal
b. Ukuran data : Terbesar 40,5 cm c. Kelonggaran : 10
d. PDK : 44,55 cm
Universitas Sumatera Utara
3. Tinggi Dudukan Kursi TDK a. Dimensi
: Tinggi popliteal b. Ukuran data : Terkecil 36 cm
c. Kelonggaran : 8,3 d. TDK
: 39 cm 4. Lebar Pegangan Pemotong LPP
a. Dimensi : Lebar Jari
b. Ukuran data : Terbesar 6,2 cm c. Kelonggaran : 61,3
d. LJ : 10 cm
5. Tinggi Fasilitas Pemotong TFP dan Tinggi Mata Paku Bawah Posisi Tegak a. Dimensi
: Tinggi Popliteal + Tebal Paha b. Ukuran data
: Terkecil TPo = 36 cm dan Terbesar TP = 15 cm c. Kelonggaran
: Tpo = 8,3 d. TFP dan TMPBPT
: 39 cm + 15 cm = 54 cm 6. Tinggi Mata Paku Atas
a. Dimensi : Tinggi Popliteal + Tebal Paha + Tinggi Bahu Duduk
b. Ukuran data : Terkecil TPo = 36 cm, Terbesar TP = 15 cm, Terkecil TBD = 51,3
c. Kelonggaran : TPo = 8,3 d. TMP
: 39 cm + 15 cm + 51,3 cm = 105,3 cm 7. Tinggi Wadah Penampung Babat hasil pemotongan
a. Dimensi : Tinggi Popliteal dan Tebal Paha
Universitas Sumatera Utara
b. Ukuran data : Terkecil TPo = 36 cm dan Terbesar TP = 15 cm c. Kelonggaran : TPo = 8,3 - 11 cm
d. Tinggi wadah : 43 cm Hasil perhitungan akan digunakan untuk ukuran dalam usulan rancangan fasilitas
kerja penjalinan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH