87
4. melakukan kerjasama dengan mitra luar negeri untuk kegiatan usaha dalam rangka menyelesaikan hutangnya; atau
5. memerlukan pergi ke luar wilayah Republik Indonesia karena alasan kemanusiaan.
f. Alasan kemanusiaan sebagaimana dimaksud pada di atas antara lain objek pencegahan membesuk atau mendampingi orang tuasuamiistrianak yang
memerlukan pengobatanperawatan.
3. Pengusutan pemeriksaan terhadap harta kekayaan lainnya
Terhadap piutang negara yang tidak mempunyai agunan atau barang jaminan untuk pelunasan hutangnya ataupun terhadap piutang negara yang jaminan hutangnya
telah habis dicairkan baik dijual secara lelang, penebusan barang jaminan maupun melalui penjualan barang jaminan yang telah disetujui oleh DJKN atau PUPN akan
tetapi masih terdapat sisa piutang negara yang wajib dilunasi oleh Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang. DJKN atau PUPN dapat melakukan pengusutan pemeriksaan
atas harta kekayaan lainnya dari Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang tersebut. Bila ditemukan dan terbukti masih ada harta kekayaan lainnya dari Penanggung
Hutang atau Penjamin Hutang DJKN atau PUPN akan melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan tersebut untuk kemudian akan dijual secara lelang dan diperhitungkan
untuk pelunasan hutang dari Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang.
Tindakan DJKN atau PUPN melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan lain milik Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang meskipun harta kekayaan lain
tersebut tidak dicantumkan sebagai agunan hutang atau jaminan hutang. Penyitaan
Universitas Sumatera Utara
88
terhadap harta kekayaaan lain ini dimungkinkan dengan ketentuan pasal 10 ayat 3 Undang-undang Nomor 49 Prp. 1960 beserta peraturan pelaksanaannya, hal ini sejalan
dengan asas dalam hukum perdata yang mengemukakan bahwa segala harta benda orang yang berhutang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang akan ada dikemudian harim menjadi jaminan untuk segala perikatan seseorang sebagaimana diuraikan dalam Pasal 1131 KUHPerdataBW.
Namun untuk dapat melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan selain barang jaminan milik Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang, terlebih dahulu
DJKN atau PUPN harus melakukan proses pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 334KMK.012000 tentang
Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pengurusan Piutang Negara tanggal 18 Agustus 2000 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 504KMK.012000 tanggal 30 Nopember 2000.
Apabila ternyata berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa pada DJKN atau PUPN dapat dibuktikan baik secara yuridis
maupun fisik harta kekayaan lain milik Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang, maka penyitaan dapat segera dilaksanakan.
Barang Jaminan danatau harta kekayaan milik Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang yang dapat disita oleh DJKN atau PUPN adalah meliputi :
Universitas Sumatera Utara
89
a. Barang bergerak termasuk uang danatau harta kekayaan Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang yang tersimpan di Bank, mobil, perhiasan, obligasi, saham, atau
surat berharga lainnya, piutang dan penyertaaan modal pada perusahaan lain;
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, kapal, dengan isis kotor lebih dari 20 M³ dua puluh meter kubik;
Biasanya sita eksekusi yang dilakukan cukup efektif memberikan dampak psikologis kepada Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang untuk segera
menyelesaikan hutangnya tersebut. Budaya masyarakat timur yang masih tertanam dalam masyarakat Indonesia menyebabkan penyitaan yang dilakukan kepada harta
kekayaan merupakan sebuah aib. Dalam beberapa kasus pitang negara yangditangani oleh DJKN atau PUPN, biasanya setelah penyampaian surat paksa SP atau penyitaan
dilakukan, Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang segera menyelesaikan hutang baik secara mengeangsur atau melunasinya langsung, tergantung kemampuan yang
dimilikinya. Bahkan beberapa suku tertentu turut melibatkan pihak keluarga dalam upaya penyelesaian tersebut.
4. Pemberian keringanan hutang