Hubungan DJKN dengan PUPN Tinjauan Terhadap KPKNL Medan

36 f. Meminta Sita Persamaan; g. Mengeluarkan Surat Perintah Pengangkatan Penyitaan; h. Mengeluarkan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan; i. Menetapkan menolak penjualan barang jaminan; j. Menetapkan nilai limit lelang dan nilai pelepasan diluar lelang; k. Mengeluarkan pernyataan Pengurusan Piutang Negara Lunasselesai; l. Mengeluarkan Surat Penetapan Piutang untuk sementara belum dapat ditagih; m. Menyetujuimenolak penarikan kembali piutang negara; n. Mengeluarkan Surat Perintah Badan Paksa; o. Menetapkan kembali piutang untuk sementara belum dapat ditagih menjadi piutang aktif. Pelaksanaan keputusan yang merupakan kewenangan PUPN sebagaimana dimaksud di atas, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN.

D. Hubungan DJKN dengan PUPN

Sampai sekarang masih banyak pihak yang belum mengetahui secara lengkap dan benar mengenai lembaga PUPN dan DJKN. Belum dipahaminya Undang-undang, peraturan, dan muatan hukum yang terkandung dalam lembaga tersebut serta keterkaitannya dengan sistem hukum yang sudah ada menimbulkan dampak adanya persepsi yang tidak tepat dengan maksud, tujuan, dan sasaran yang ditetapkan. Banyak pihak yang belum mengetahui secara benar bagaimana sebenarnya hubungan antara Universitas Sumatera Utara 37 PUPN dan DJKN itu sendiri baik ditinjau dari sudut kelembagaannya, ruang lingkup tugas maupun kewenangannya 18 18 S. Mantayborbir, SH., MH., op.cit., Hal 34 . PUPN Mempunyai wewenang mengurus piutang negara berdasarkan Undang- Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960. Pelaksanaan produk hukum putusan wewenang PUPN dilakukan oleh DJKN yang mempunyai kantor operasional yang dikoordinasi Kantor Wilayah. Selain daripada itu, hubungan antara PUPN dan DJKN dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Wilayah Kerja PUPN adalah meliputi wilayah kerja DJKN; 2. Kantor Tempat PUPN berada sama dengan kator DJKN; 3. Direktur Jenderal DJKN karena jabatannya adalah Ketua PUPN Pusat; 4. Sekretaris DJKN karena jabatannya adalah Sekretaris PUPN Pusat; 5. Anggaran PUPN dalam melaksanakan tugasnya melakukan pengurusan piutang negara berasal dari anggaran yang dibebankan kepada anggaran DJKN; 6. Pelaksanaan keputusan yang merupakan kewenangan PUPN diselenggarakan oleh DJKN; 7. DJKN mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang piutang negara dan lelang baik yang berasal dari penyelenggaraan tugas PUPN maupun berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Universitas Sumatera Utara 38 8. Jurusita Piutang Negara yang melaukan penyampaian Surat Paksa, penyitaan terhadap barang jaminan, danatau harta kekayaan Penanggung Hutang, seluruhnya merupakan pegawai pada DJKN.

E. Tinjauan Terhadap KPKNL Medan

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. KPKNL dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang mana Kepala Kantor KPKNL adalah jabatan struktural eselon III.a. Selengkapnya susunan organisasi pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL adalah sebagai berikut ini: Universitas Sumatera Utara 39 Universitas Sumatera Utara 40 KPKNL mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara, dan lelang. Dalam melaksanakan tugasnya, KPKNL menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. inventarisasi, pengadministrasian, pendayagunaan, pengamanan kekayaan negara; b. registrasi, verifikasi dan analisa pertimbangan permohonan pengalihan serta penghapusan kekayaan negara; c. registrasi penerimaan berkas, penetapan, penagihan, pengelolaan barang jaminan, eksekusi, pemeriksaan harta kekayaan milik penanggung hutangpenjamin hutang; d. penyiapan bahan pertimbangan atas permohonan keringanan jangka waktu, danatau jumlah hutang, usul pencegahan dan penyanderaan penanggung hutang danatau penjamin hutang, serta penyiapan data usul penghapusan piutang negara; e. pelaksanaan pelayanan penilaian; f. pelaksanaan pelayanan lelang; g. penyajian informasi di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang; h. pelaksanaan penetapan dan penagihan piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan; i. pelaksanaan pemeriksaan barang jaminan milik penanggung hutang atau penjamin hutang serta harta kekayaan lain; j. pelaksanaan bimbingan kepada Pejabat Lelang; k. inventarisasi, pengamanan, dan pendayagunaan barang jaminan; Universitas Sumatera Utara 41 l. pelaksanaan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum pengurusan piutang negara dan lelang; m. verifikasi dan pembukuan penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang; n. pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang. Pelaksanaan pengurusan dan penyelesaian piutang negara yang dilakukan oleh KPKNL Medan mengacu pada Undang-undang No. 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara jo. Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia jo. Peraturan Menteri Keuangan No. 102PMK.012008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal kekayaan Negara dan Surat Keputusan Menteri Keuangan lainnya sebagai petunjuk pelaksanaan serta Surat Keputusan dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sebagai petunjuk teknis. Piutang negara yang telah macet, pada tingkat pertama diselesaikan oleh penyerah piutang. Penyerah piutang harus lebih dahulu melakukan peringatan kepada Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang agar segera menyelesaikan hutangnya. Dengan demikian sebelum piutang negara yang telah macet tersebut diserahkan penyelesaiannya kepada PUPN melalui KPKNL, terlebih dahulu Penyerah Piutang harus melakukan upaya penyelesaian intern kepada Penanggung Hutang. Apabila upaya tersebut tidak berhasil maka Penyerah Piutang wajib menyerahkan penyelesaian piutang negara macet tersebut kepada PUPN melalui KPKNL. KPKNL dalam Universitas Sumatera Utara 42 menerima suatu penyerahan piutang negara akan melakukan penelitian tahap pertama pada Sub Bagian Umum. Kemudian sub bagian umum melimpahkan kepada Seksi Piutang Negara untuk diproses lebih lanjut. Setelah diteliti kelengkapan data dan ternyata memenuhi persyaratan penyerahan piutang negara maka akan dibuat Surat Pernyataan Penerimaan Pengurusan Piutang Negara SP3N. Selanjutnya KPKNL melakukan panggilan kepada Penanggung HutangPenjamin Hutang untuk datang dan menghadap ke KPKNL guna diminta pertanggungjawabannya dalam penyelesaian hutangnya tersebut. Bila debitur tidak datang, maka dibuat panggilan terakhir. Bila debitur datang menghadap dan diwawancarai kemudian dibuat Pernyatan Bersama PB danatau kalau Penanggung Hutang datang menghadap dan diwawancarai namun tidak mau menandatangani PB, karena satu dan lain hal Penanggung Hutang Menghilang maka dibuat Penetapan Jumlah Piutang Negara PJPN. Setelah itu dikeluarkan Surat Paksa SP dan disampaikan kepada Penanggung Hutang oleh Jurusita yang ada pada KPKNL, bila Penanggung Hutang tetap tidak menyelesaikan hutangnya maka SP akan ditindak lanjuti dengan Surat Perintah Penyitaan apabila jumlah hutang yang diserahkan oleh Penyerah Piutang mempunyai barang jaminan agunan hutang. Selanjutnya penyitaan barang jaminan akan ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan SPPBS dilanjutkan dengan pelelangan barang jaminan piutang negara tersebut yang sebelumnya harus terlebih dahulu diumumkan melalui selebaran danatau melalui surat kabar harian 19 19 S. Mantayborbir, SH., dkk, MH., Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Penerbit Pustaka Bangsa Press, Medan 2002. . Universitas Sumatera Utara 43 Pada dasarnya KPKNL akan tetap memproses penyelesaian piutang negara yang telah diserahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan syarat piutang negara yang diserahkan tersebut adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum. Universitas Sumatera Utara 44 BAB III PIUTANG NEGARA DALAM HUKUM POSITIF A. Dasar Hukum Penyelesaian Piutang Negara Macet dan Kaitannya dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Dasar atau landasan hukum bagi DJKN dan PUPN dalam melakukan pengurusan piutang negara adalah Undang-undang Nomor 49 Prp. 1960 jo. Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1976 jo. Keputusan presiden Nomor 21 tahun 1991. Dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006, eksistensi dan kewenangannya semakin ditegaskan. Dengan landasan hukum tersebut, DJKN atau PUPN dalam melakukan penyelesaian piutang negara masih dilengkapi oleh berbagai peraturan pelaksanaan lainnya antara lain Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128PMK.062007 tanggal 24 Oktober 2007 tentang Pengurusan Piutang Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 88PMK.062009 tanggal 30 April 2009 20 Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 mengatur bahwa PUPN bertugas mengurus piutang negara yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan tetapi Penanggung Hutang tidak mau melunasi hutangnya sebagaimana mestinya. Selanjutnya Pasal 8 dan pasal 12 ayat 1 Undang- undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 mengatur bahwa instansi-instansi pemerintah dan Badan-badan Negara yang dimaksud dalam Pasal 8 peraturan ini diwajibkan menyerahkan piutang-piutangnya yang adanya dan besarnya telah pasti menurut . 20 S. Mantayborbir, SH., MH., op.cit., Hal 22. Universitas Sumatera Utara 45 hukum akan tetapi Penanggung Hutang tidak mau melunasi hutangnya sebagaimana mestinya kepada negara 21 Untuk memperoleh kepastian penyelesaian piutang negara oleh Penanggung Hutang maka PUPN mengadakan suatu Pernyataan Bersama dengan Penanggung Hutang yang memuat pengakuan hutang kepada negara dan syarat-syarat penyelesaiannya. Pernyataan Bersama ini mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti suatu putusan hakim dalam perkara perdata yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan pasti. Dalam hal Pernyataan Bersama tidak dapat dibuat karena Penanggung Hutang tidak memenuhi panggilan atau menolak menandatangani Pernyataan Bersama tanpa alasan yang sah atau Penanggung Hutang tidak dikenal tempat kediamannya menghilang maka jumlah piutang negara yang wajib diselesaikan oleh Penanggung Hutang akan ditentukan sendiri oleh PUPN melalui Penetapan Jumlah Piutang Negara PJPN . 22 Dalam pelaksanaan operasionalnya, keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh PUPN akan diselenggarakan oleh DJKN. Keberadaan lembaga DJKN sendiri semakin diakui eksistensinya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan organisasinya yang semakin dilengkapi. Pada mulanya lembaga DJKN bernama BUPN yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976. Pada tahun 1991 BUPN direorganisasikan menjadi BUPLN sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 21 . 21 Ibid 22 Ibid. Universitas Sumatera Utara 46 tahun 1991. Perubahan Terakhir adalah melalui peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006. Pembentukan lembaga DJKN sebagai instansi pemerintah dalam melakukan pengamanan keuangan negara, khususnya yang berhubungan dengan pengurusan dan penyelesaian piutang dan lelang negara, merupakan antisipasi yang tepat oleh pemerintah untuk menjawab persoalan piutang negara yang semakin kompleks baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Piutang negara macet yang saat ini ditangani oleh PUPN dan DJKN sekitar 15 Triliyun Rupiah. Belum lagi piutang negara macet lainnya yang ditangani oleh lembaga BPPN yang konon berjumlah 700 Trilyun Rupiah. Jumlah piutang negara yang macet ini sudah sangat mengganggu kondisi perekonomian dan pembangunan nasional. Disamping peraturan-peraturan tersebut di atas, DJKN dan PUPN dalam pengurusan piutang negara masih dilengkapi dan ditunjang oleh peraturan-peraturan lainnya, baik itu berupa Keputusan Menteri Keuangan maupun melalui Keputusan Direktur Jenderal DJKN atau Ketua PUPN Pusat. Didalam KUHPerdataBW, dasar hukum dari pelaksanaan piutang negara ini adalah Pasal 1338 yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”, Pasal 1131 yang berbunyi “segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”. Pasal ini mengartikan bahwa seluruh harta kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun tidak, baik yang sudah ada maupun Universitas Sumatera Utara 47 akan ada, semuanya menjadi jaminan untuk seluruh perutangannya. Selain itu Pasal 1132 juga menjadi dasar hukum piutang negara. Dalam pasal ini dapat diartikan bahwa harta kekayaan itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur-kreditur, pendapatan penjualan dari benda-benda itu dibagi-bagi besar kecilnya piutang masing- masing. Kaitan antara piutang negara dengan KUHPerdataBW adalah sangat banyak. Dalam hal kesepakatan misalnya, dalam piutang negara terdapat banyak kesepakatan yang secara terang dan pasti didasari oleh pasal- pasal perikatan mulai dari Pasal 1233, syarat sahnya suatu perjanjian tersebut yang diatur oleh pasal 1320. Selain itu, objek yang menjadi jaminan misalnya, yaitu benda, baik benda bergerak maupun tidak bergerak, ketentuan mengenai benda ini diatur didalam KUHPerdataBW dimulai dari Pasal 499. Dalam upaya mempercepat proses piutang negara macet, DJKN atau PUPN dapat melakukan Pengusutan pemeriksaan terhadap harta kekayaan lainnya selain dari harta yang menjadi jaminan atau agunan. Tindakan DJKN atau PUPN melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan lain milik Penanggung Hutang atau Penjamin Hutang meskipun harta kekayaan lain tersebut tidak dicantumkan sebagai agunan hutang atau jaminan hutang. Penyitaan terhadap harta kekayaaan lain ini dimungkinkan dengan ketentuan pasal 10 ayat 3 Undang-undang Nomor 49 Prp. 1960 beserta peraturan pelaksanaannya, hal ini sejalan dengan asas dalam hukum perdata yang mengemukakan bahwa segala harta benda orang yang berhutang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian harim menjadi jaminan untuk segala perikatan seseorang sebagaimana diuraikan dalam Pasal 1131 KUHPerdataBW. Universitas Sumatera Utara 48 Selain itu penyelesaian piutang negara juga melaksanakan Pasal 1178 ayat 2 KUHPerdataBW 23 B.1. Pengertian Piutang Negara . Tujuan penggunaan Pasal 1178 ayat 2 KUHPerdata adalah memberikan kuasa kepada kreditur sebagai Pemegang Hipotek atau Hak Tanggungan untuk menjual barang jaminan di muka umum tanpa persetujuan atau bantuan Pengadilan Negeri, apabila hutang pokok atau bunga tidak dibayar oleh Penanggung Hutang sebagaimana mestinya. Dengan demikian, untuk pelaksanaannya tidak lagi memerlukan penyitaan dan juga tidak perlu adanya grosse akta. Namun pelaksanaan pasal dimaksud harus dilakukan dengan memperhatikan Pasal 1211 KUHPerdata yaitu harus melalui bantuan kantor lelang. Piutang negara yang macet atau kredit macet pada hakikatnya adalah suatu keadaan dimana seorang debitur tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Dalam hukum perdata, keadaan yang sedemikian disebut wan prestasi atau ingkar janji. Sebagaimana telah diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian pinjam uang, maka debitur yang tidak dapat membayar lunas hutangnya setelah jangka waktunya habis, adalah wanprestasi. Hal ini bertentangan dengan Pasal 1234 mengenai Prestasi. Jadi debitur tersebut, tidak dapat melaksanakan Pasal 1234 KUHPerdataBW ini.

B. Pengertian Piutang Negara Macet