Syariah Muamalah Pesan Dakwah Tentang Syariah dalam Novel Penakluk Badai
subuh pun benar-benar menjelang. Saat itu Asy’ari meninggalkan istri
yang masih lelap dalam impian yang tak berapa lama. Ia lalu bergegas
menuju mushala bergabung di shaf paling depan untuk menunaikan
shalat shubuh berjamaah, berdekatan dengan Kiai Usman, Mertuanya.
Halimah
terbangun dalam
kesendirian saat adzan shubuh mulai berkumandang.
ia bergegas
ke pancuran belakang rumah untuk
memperbarui wudhunya
dan menunaikan shalat shubuh di kamar.
4. III3559
Kata orang, bayi itu mendapatkan pendidikan yang lebih lama dalam
kandungan hingga
manakala mengarungi kehaidupan natinya ia
akan semakin
matang, apalagi
Halimah sering melakukan berbagai komunikasi dengan gusti Allah lewat
zikir maupun tarekat puasa dan shalat-shalat
sunnah baik
siang maupun malam.
Ibadah
5. III4663
Ketika mulai bisa duduk, Hasyim kecil juga sering duduk di pangkuan
kakeknya, yang sedang membacakan kitab Ihya Ulumuddin selepas subuh.
Begitu juga ketika sudah bisa berjalan sendiri, ia sering dibawa
bapaknya untuk menjadi imam shalat
berjama’ah. Meskipun saat itu ia belum paham apa makna dari shalat
dan gerakannya. Tapi ia tetap mengikuti gerakan bapak dan para
santrinya itu. Ibadah
6. IV273
Masa remaja membuat Hasyim terdorong untuk pergi meninggalkan
dunia kecilnya. Ia berpikir bagaimana cara memohon agar abah maupun
kakeknya mengizinkan ia untuk pergi meninggalkan keluarga guna mencari
ilmu dan pengalaman hidup yang lebih luas.
Ibadah
7. IV2979
Esok harinya hasyim mendapat restu untuk
melanjutkan belajar
di Muamalah
pesantren Trenggilis.
Tapi di
pesantren ini ia juga tak bisa berlama-lama. Dengan alasan serupa,
ia kemudian minta pindah, dan sang kakek mengarahkannya.
8. V299
Malam ketujuh sudah mencapai puncaknya. Ia shalat tahajud empat
rakaat dan membaca Al- Qur’an.
Entah sudah
berapa kali
ia memejamkan matanya. Tapi selalu
saja ia gagal tidur. Ibadah
9. V37109
Lalu Kiai Ya’kub menengok ke Nafisah
dan menanyakan
kesanggupannya menerima lamaran Hasyim. Nafisah hanya diam. Ia
hanya bersyukur
karena Allah
memang mendengarkan harapannya. Tanpa kata-kata, hanya diam yang
mewakili jawaban. Muamalah
10. VIII9153
Di sarang segala maksiat itulah Kiai Hasyim akan membangun pondok
pesantren. Setelah
berzikir dan
berdoa, ia memilih sepetak tanah yang di atasnya masih berdiri warung
remang-remang. Ia beli tanah dan warung itu dari seorang dalang yang
sangat terkenal di Diwek. Muamalah
11. VIII27157
Selain menguatkan iman mereka, Hasyim juga memberikan pendidikan
kemandirian kepada para santrinya. Maka di sela-sela belajar mengaji Al-
Qur’an, sejumlah hadits, dan berbagai kitab syarah lain kitab
kuning para santri juga diajak bertani dan berkebun, menanam ubi-
ubian, sayur-sayuran, dan buah- buahan.
Muamalah
12. IX11171.
Setelah berpikir
dan berdiskusi
dengan para
santrinya, pilihan
dakwah akhirnya jatuh pada para pemabuk. Menurut Kiai Hasyim,
para pemabuklah
yang paling
mungkin untuk diakrabi dengan diberi dakwah Islam. Risikonya lebih
kecil. Para pemabuk jika tidak sedang mabuk, mereka adalah orang
Muamalah
waras dan punya pikiran yang sehat. Jadi
merekalah yang
paling berpeluang untuk diajak ke jalan
yang benar. 13
IX29175 Demikianlah awal mula Kiai Hasyim
berteman dan mencoba mengakrabi Marto Lemu. Hari berganti. Di
kesempatan
lain, ketika
kolam ikannya di panen, tak lupa Kiai
Hasyim untuk memberikan beberapa ekor gurame yang besar, bahkan
paling besar itu untuk dihadiahkan pada Marto Lemu.
Muamalah
14. IX30175
Karena Kiai sering memberi hadiah demi
hadiah, dan
sering menggunakan jasa Marto Lemu
untuk mengangkut
barang- barangnya, lama-lama mereka jadi
akrab. Marto Lemu mulai mau berkunjung ke Kiai Hasyim.
Muamalah
15. IX48179
“Saya yakin, ketika nyadran itu mereka
tidak sedang
minta pertolongan kepada mayat. Tapi ia
datang dan
nyekar untuk
menghormati leluhurnya.
Meski begitu, doa-doa yang dipanjatkan itu
mesti diganti
dengan doa
sebagaimana yang diajarkan rasul. Muamalah
16. X3185
Kiai Hasyim hanya beristighfar mendengar kata-kata kotor itu. Dan
diam-diam ia berdoa kepada Allah, agar dosa mereka diampuni, karena
mereka tidak tahu ajaran Islam. Muamalah
17. X14189
Pada tahun 1919, ketika koperasi mulai diperkenalkan, ia berpikir
keras untuk
menemukan solusi
alternatif bagi
pengembangan ekonomi umat, berdasarkan kitab-
kitab klasik. Dengan beberapa santri, ia
membentuk badan
semacam koperasi bernama Syirkatul Inan li
Murabathati Ahli al-Tujjar. Muamalah
18. X24191
Sebelum mendirikan
Muhammadiyah, Kiai Dahlan gemar berkunjung ke ndalem para Kiai atau
sekedar singgah, untuk mempererat Muamalah
ukhuwah demi kepentingan dakwah Islam dan mengentaskan umat dari
kemiskinan dan penderitaan akibat kolonialisme.
19. XII45223
“Jika kita menyerahkan salah seorang santri, itu tak mungkin, sebab tak ada
sedikitpun kesalahan mereka. Para santri di pihak yang benar, karena
mereka
membela haknya.
Mengamankan pesantren. Lagipula, kita tak diberi bukti, apakah benar
maling itu meninggal atau tidak. Muamalah
20. XIII22237
“Kenapa tidak, Kiai? Membeli dan menjual kan halal, bahkan kalau
tidak salah, Kiai pernah bilang padaku
bahwa pedagang
itu pekerjaan warisan Kanjeng Nabi?”
Muamalah
21. XIII24237
Setiap pekan, tepatnya hari Pon, ia selalu ke pasar Cukir untuk membeli
dan menjual kuda. Marto Lemu adalah sahabat dan rekan bisnis Kiai
Hasyim yang paling setia. Itu semua dilakukan Kiai Hasyim bukan untuk
mencari
kekayaan diri,
tetapi pertama-tama
untuk memutar
modalnya yang ada di koperasi pesantren Tebuireng. Kedua, itu ia
lakukan, karena ia membutuhkan banyak dana untuk membeli buku.
Muamalah
22. XIV20251
“Dan malam ini juga saya harap engkau menghafal surat Thaha ayat
tujuh belas sampai duapuluh tiga. Nanti tolong bacakan ayat-ayat itu
dihadapan Kiai Hasyim.” Ibadah
23. XV45273
“Alhamdulillah…” ungkap masing- masing mereka yang telah membaca
dengan seksama.
Kiai Hasyim
langsung sujud syukur di serambi Masjid, di susul oleh Kiai-kiai lain.
ibadah
Tabel 4 Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Syariah
Antar Juri Item
Kesepakatan Ketidaksepakatan
Nilai 1 dan 2
224 106
118 0,47
1 dan 3 224
102 122
0,46 2 dan 3
224 111
113 0,49
Total 1,42
Komposit Reliabilitas= N x antar juri .
1 + N-1 x antar juri Nilai rata-rata= 1,42 : 3 = 0,47
Komposit Reliabilitas= 3 x 0,47 = 1,41= 0,73 1+20,47 1,94
Dengan demikian, pesan syariah yang terkandung dalam novel Penakluk Badai berjumlah 0,73 berdasarkan kesepakatan juri. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi kesepakatan yang tinggi dari ketiga dewan juri tentang pesan syariah.