Iman Kepada Qadha dan Qadar

Berikut ini adalah tabel rincian pesan yang mengandung kategori Aqidah menurut kesepakatan 3 juri. Tabel 1 Rincian Kategorisasi Aqidah No. BabParagraf Halaman Kutipan keterangan 1. III1153 “Kira-kira anak kita laki-laki atau perempuan, Nyi?” kata-kata itulah yang sering dibisikkan Asy’ari pada Halimah, begitu juga pada kehamilan ketiga ini. Mendengar pertanyaan itu, Halimah hanya tersenyum simpul seakan menaut malu manja. “Perempuan atau laki-laki sama saja,” begitu jawaban Halimah setelah beberapa kali didesak suaminya. Iman Kepada Qadha dan Qadar 2. III4463 Begitulah waktu terus menuntun Hasyim kecil, tumbuh dan berkembang dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hingga hri menjadi minggu, minggu menjadi bulan, dan bulan menjelma tahun. Sampai ia berumur enam tahun. Sampailah dunia kanak-kanak yang ceria itu tiba. Hasyim kecil terpisahkan dengan anak-anak tetangga yang seusia dengan dirinya, terpisahkan dari santri-santri Gedang yang sangat menyayanginya, dari lingkungan Gedang yang sudah membesarkannya hingga usia enam tahun. Ini terjadi lantaran Hasyim kecil harus ikut bapak nya Asy’ari pindah ke Keras, sebab di sanalah bapaknya mendirikan pesantren. Iman Kepada Qadha dan Qadar 3. IV5787 Kiai Sholeh Darat dikenal sebagai pemikir di bidang ilmu kalam. Ia pendukung teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah. Pembelaannya terhadap paham ini jelas kelihatan dalam bukunya, Iman Kepada Rasulullah Tarjamah Sabil al- „Abid „ala Jaubar at- Tauhid. Dalam buku ini, ia mengemukakan penafsirannya terhadap sabda Rasulullah SAWmengenai terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan sepeninggalnya, dan hanya satu golongan yang selamat. 4. IV5887 Menurut Kiai Sholeh Darat, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan pokok-pokok kepercayaan Ahlusunnah Waljamaah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah. Iman Kepada Rasulullah 5. IV7695 Sekitar 15 tahun sejak kepergian kedua santri yang disayangi itu, Kiai Sholeh Darat wafat di Semarang pada Jum’at Wage 28 Ramadhan 1321 H18 Desember 1903 dan dimakamkan di pemakaman umum Bergota Semarang dalam usia 83 tahun. Iman kepada Hari Akhir 6. VI9119 “Sebenarnya aku juga ingin berlama- lama dulu di sini. Dan ada baiknya kita tunda keberangkatan haji tahun ini pada tahun depan, tapi siapa yang tahu batas umur kita? Adakah yang bisa menjamin tahun depan kita diberi kesempatan berangkat haji? Hadiah dari orangtua untuk berangkat haji tahun ini marilah kita syukuri.” Iman kepada Qadha dan Qadar 7. VII1135 Nasib adalah jalan yang sunyi, gelap dan misteri. Di sana ada keceriaan, tapi tiba- tiba keceriaan itu menyesakkan dada. Ada canda tawa tapi tak lama berselang bisa menjadi tarian duka. Itulah barangkali yang sedang dirasakan oleh Hasyim. Rasanya belum kering tanah kuburan Nafisah dan Abdullah, istri dan anaknya, yang selalu ia ziarahi saban jum’at sore. Kini duka dan musibah besar datang kembali. Anis, saudara yang dicintainya, juga dipanggil Allah, dengan cara yang begitu tiba-tiba. Iman kepada Qadha dan Qadar 8. VII2135 Benar kata orang, orang hebat harus ditempa dengan perjuangan dan duka Iman kepada yang berat. Inilah yang dialami Hasyim. Ketika ia kembali diberi cobaan, ia semakin dekat dengan sang Pengendali, sekaligus Pemegang Suratan Nasib itu. Ia tak mau larut dalam kesedihan. Sebab, kematian adalah keniscayaan. Setiap manusia sedang menunggu giliran. Hari Kahir 9. VII17139 Suasana yang mengharu biru itu terpatri dalam benak setiap orang yang berkumpul di situ. Saat itu mereka berdiri di depan sebuah tempat suci bernama Multazam, pintunya Ka’bah. Tempat yang paling mustajab terkabulnya doa sebagaimana dijelaskan oleh hadits nabi. Iman Kepada Rasulullah 10. IX45179 “Kiai, apa itu tidak musyrik?”begitu salah seorang santri berkomentar. “Musyrik itu bila ia telah menyekutukan Allah.” “Lah apa nyandaran itu tidak menyekutukan Allah?” tanya santri yang lain. “Di dalam Islam juga ada sunnah berziarah. Jadi asal niatnya baik dan tujuannya benar, insyaallah juga mendapat pahala.” Jelas Kiai Hasyim. Iman Kepada Allah 11. XII44223 “Ya Allah, kuatkan hambamu yang lemah ini, berilah kami kekuatan untuk menghadapi kezaliman mereka.” Iman Kepada Allah 12. XII56225 “Kita pasrahkan urusan yang sulit ini pada Allah.” Iman Kepada Allah 13. XIII1231 Setelah membumi-hanguskan pesantren Tebuireng, komplotan preman dan opsir Belanda boleh saja puas. Tapi jika mereka beranggapan, kalau sudah hangus seperti itu, Kiai Hasyim dan para santrinya akan berdiam diri, adalah salah besar. Justru dari musibah inilah, beberapa Hikmah bisa didapatkan. Iman Kepada Qadha dan Qadar 14. XIII36241 Tidak sekedar dalam buku itu mereka beradu argumentasi, tapi dalam banyak kesempatan saat bertemu muka, ia juga sering mempertahankan pendapatnya, dengan dalil-dalilnya yang sangat memukau. Iman kepada Kitab Allah 15. XIII39243 Melalui sajak itu, Kiai Hasyim menegaskan, pendapat yang lahir dari Iman kepada pemikiran seseorang harus direlatifkan kebenarannya, dan karena itu bisa berbeda atau diragukan. Kebenaran mutlak hanyalah kebenaran wahyu yang acapkali berada di luar jangkauan nalar manusia. Kitab Allah 16. XIV40257 “Tentu rencana itu tidak sejalan dengan nilai Islam yang rahmatan lil alamin. Terutama bertentangan dengan konsep Qur’ani, misalnya apa yang tersirat dalam Q.S. ar-Rum, ayat 22. Sebab Tuhanlah yang menciptakan keragaman tersebut. Jadi bermazhab harus kita pertahankan Kiai,” Kiai Wahab merespon lebih dulu. Iman kepada Kitab Allah 17. XV41273 Dan pada hakikatnya apa yang kami laksanakan hanyalah ajakn untuk kembali kepada Al- Qur’an, as-Sunnah dan ini pula agama yang diturunkan Allah. Dan kami, berkat kemurahan Allah, tetap berjalan di atas jalan orang kuno yang shaleh, yang permulaan mereka adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW. sedangkan penutupnya adalah para imam yang empat. Iman kepada Allah Tabel 2 Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Aqidah Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai 1 dan 2 224 20 204 0,09 1 dan 3 224 21 203 0,09 2 dan 3 224 19 205 0,08 Total 0,26 Komposit Reliabilitas= N x antar juri . 1 + N-1 x antar juri Nilai rata-rata= 0,26 : 3 = 0,09 Komposit Reliabilitas= 3 x 0,09 = 0,27 = 0,23 1+20,09 1,18 Dengan demikian, pesan aqidah yang terkandung dalam novel Penakluk Badai berjumlah 0,23 berdasarkan kesepakatan juri. Hal ini berarti, terjadi kesepakatan antara ketiga orang juri atau koder tentang pesan aqidah

B. Pesan Dakwah Tentang Syariah dalam Novel Penakluk Badai

1. Syariah Ibadah

Syariah Ibadah adalah sebutan yang mencakup segala apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan, atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Adapun dialog dalam novel yang mengandung syariah ibadah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut: “Halimah tertidur saat mukenanya masih membalut badan. Hingga serabut cahaya mengukir langit dan subuh pun benar-benar menjelang. Saat itu Asy‟ari meninggalkan istri yang masih lelap dalam impian yang tak berapa lama. Ia lalu bergegas menuju mushala bergabung di shaf paling depan untuk menunaikan shalat shubuh berjamaah, berdekatan dengan Kiai Usman, Mertuanya. Halimah terbangun dalam kesendirian saat adzan shubuh mulai berkumandang. ia bergegas ke pancuran belakang rumah untuk memperbarui wudhunya dan menunaikan shalat shubuh di kamar.” Kutipan di atas diambil dari paragraph ketika Nyai Halimah terbangun dari tidurnya setelah melaksanakan shalat tahajud. Pengarang ingin menggambarkan bahwa sosok Kiai Asy’ari dan juga Nyai Halimah merupakan orang yang taat beribadah. Mereka selalu berusaha menunaikan ibadah shalat di awal waktu dan tanpa ditunda-tunda lagi. Kemudian adapula pesan Aqidah mengenai iman kepada Kitab Allah sebagai berikut: “Akhirnya setelah genap enam bulan, sampailah keluarga Kiai Ya‟kub di tanah suci. Merekapun khusyuk menunaikan rukun Islam kelima itu hingga berakhir dengan thawaf ifadah dan tahalul.” Kutipan di atas d iambil dari paragraph ketika keluarga Kiai Ya’kub pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Dalam paragraph ini, pengarang berusaha menjelaskan bahwa bagaimanapun juga, pergi ke tanah suci adalah impian bagi setiap orang muslim. Entah itu Kiai, santri, atau bahkan pedagang awam. Karena itu, setiap orang yang melakukan ibadah haji ke tanah suci pasti akan berusaha beribadah dengan khusyuk di sana.

2. Syariah Muamalah

Muamalah adalah istilah yang dipergunakan untuk permasalahan selain ibadah. Muamalah merupakan ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya alam sekitarnya. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung syariah muamalah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut: “Nuwun sewu Kiai, saya mohon izin, pada hari ini pula saya melamarkan anak saya, Hasyim, untuk putri Kiai,” Kutipa n tersebut diambil dari percakapan antara Kiai Asy’ari dengan Kiai Ya’kub. Dalam dialog ini, pengarang ingin menyampaikan bahwa dalam Islam, melamar adalah suatu bentuk kesungguhan cinta dari seseorang. Karena itu, sebenarnya tidak ada istilah berpacaran dalam agama Islam. Berikut ini adalah tabel beberapa rincian pesan yang mengandung kategori Syariah menurut kesepakatan 3 juri. Tabel 3 Rincian Kategorisasi Syariah No. BabParagraph Halaman Kutipan Keterangan 1. III151 Cahaya purnama bagai pilar-pilar langit saat malam sudah mengepung permukaan jagad raya. Asy’ari dan Halimah berjalan selayaknya pasangan pengantin yang diliputi perasaan romantis. Dua anak manusia yang kini bersatu itu seakan-akan mengumpulkan kembali tulang- belulang nenek moyang merekayang sempat terpisah entah berapa puluh tahun. Jika pengeran Sambo bisa menyaksikan dua insan yang sedang memadu kasih itu ternyata berada dalam satu garis keturunannya, niscaya ia akan sangat bahagia. Muamalah 2. III251 Dua insan dari satu trah itu kini menjadi sepasang kekasih yang begitu serasi, bagai sepasang bangau yang sudah lelah terbang, lalu melepas lelah di sebuah danau. Danau itu adalah pesantren Gedang dengan segenap kemasyhurannya. Muamalah 3. III1655 Halimah tertidur saat mukenanya masih membalut badan. Hingga serabut cahaya mengukir langit dan Ibadah