4. Iman Kepada Rasul Allah
Yang dimaksud iman kepada rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih
oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada Rasul Allah
dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut: “Menurut Kiai Sholeh Darat, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW
dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan
pokok-
pokok kepercayaan Ahlusunnah Waljamaah, Asy‟ariyah, dan Maturidiyah.
” Kutipan paragraph di atas diambil dari penjelasan Kiai Sholeh
Darat yang mengemukakan penafsirannya terhadap sabda Rasulullah SAW mengenai terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan
sepeninggal beliau, dan hanya satu golongan yang selamat. Dalam paragraph ini, pengarang berusaha menyampaikan bahwa apa yang
terdapat dalam hadits nabi, baik berupa ucapan ataupun perbuatan merupakan bentuk iman kepada Rasul Allah.
5. Iman Kepada Hari Akhir
Yang dimaksud iman kepada hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir sebagai tanda
akhir dari kehidupan di dunia dan awal dari kehidupan di akhirat.Allah menjelaskan mengenai hari akhir di dalam Al-
Qur’an
bertujuan agar manusia dapat beriman kepada Allah dan hari akhir, karena pada dasarnya semua yang hidup pasti akan merasakan
kematian. Karena itu, manusia janganlah lengah, lupa diri, ataupun terpesona dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya sementara.
Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada Hari Akhir dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:
“Sekitar 15 tahun sejak kepergian kedua santri yang disayangi itu, Kiai Sholeh Darat wafat di Semarang pada Jum‟at Wage 28
Ramadhan 1321 H18 Desember 1903 dan dimakamkan di pemakaman umum Bergota Semarang dalam usia 83 tahun.”
Kutipan di atas diambil dari paragraph ketika Muhammad Hasyim dan Muhammad Darwis pergi dari Pesantren yang diasuh oleh
Kiai Sholeh Darat. Pada dasarnya, kematian seseorang dapat dikatakan sebagai hari akhir „shugra’ atau kecil. Maka meyakini
adanya hari akhir yang telah ditentukan oleh Allah merupakan kemutlakan setiap muslim sebagai langkah penyempurnaan keimanan
kepada Allah dan hari akhir-Nya.
6. Iman Kepada Qadha dan Qadar
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menentukan tentang segala
sesuatu bagi makhluk-Nya. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada Hari Akhir dapat dibaca dari
cuplikan novel sebagai berikut:
“Setelah membumi-hanguskan pesantren Tebuireng, komplotan preman dan opsir Belanda boleh saja puas. Tapi jika mereka
beranggapan, kalau sudah hangus seperti itu, Kiai Hasyim dan para santrinya akan berdiam diri, adalah salah besar. Justru dari musibah
inilah, beberapa Hikmah bisa didapatkan.”
Kutipan di atas diambil dari paragraph setelah Belanda menghancurkan dan membakar pesantren Tebuireng. Pengarang ingin
menyampaikan pesan bahwa beriman kepada qadha dan qadar merupakan kunci dalam menghadapi setiap cobaan hidup. Itu
dibuktikan setelah terjadinya peristiwa pembakaran tersebut, kalangan muslim khususnya kalangan pesantren mulai bahu-membahu dan terus
memperjuangkan tegaknya Islam di bumi pertiwi. Itu berarti, ada hikmah yang akan terjadi setelah mendapatkan sebuah cobaan, atau
dengan kata lain, setelah kesulitan pasti akan terdapat kemudahan. Allah SWT. berfirman:
Artinya: “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
QS. Al-Insyirah: 5