Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Kognisi Sosial

b. Metafora: Kalimat yang mendukung kiasan, ungkapan sehari-hari, pepatah, dan nasehat agama, semuanya digunakan untuk memperjelas pesan utama, agar orang yang membaca akan mudah mengingt dan memahami isi pesan tersebut. Pada novel De Winst pengarang menuliskan kalimat yang mengandung muatan informasi untuk menguatkan pesan utama. Berikut kutipannya: Kata sang belang memiliki arti harimau, hal ini berarti tokoh dalam novel diumpamakan bagai harimau yang dikenal buas. Karena dalam cerita novel, para tokoh yang berjuang untuk kesejahteraan masyarakatnya bagaikan harimau bagi para penjajah yang siap menerkam mereka. Maka ketika salah satu tokoh penjajah berniat jahat terhadap mereka, mereka pun tak gentar meski harus menghadapi berbagai rintangan. Strategi retoris dalam novel ini menggunakan pemakaian kata yang tidak bertele-tele dan lugas sehingga pembaca dapat dengan mudah mengerti. Jalinan cerita dalam novel pun membuat pembaca terus tertarik untuk mengetahui jalannya cerita hingga berakhir.

2. Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Kognisi Sosial

Pada analisis kognisi sosial difokuskan bagaimana sebuah teks diproduksi, dipahami dan ditafsirkan. Pada penulisan novel De Winst pengarang bertindak sebagai pengamat sekaligus narator yang menjelaskan Sang belang yang semula melangkah gemulai Mendadak tergerus kejut Ia pun melontar langkah seribu Tak peduli semak penuh onak …………………. h. 202 peristiwa yang berlangsung serta suasana perasaan dan pikiran para pelaku cerita. Dari judul novel De Winst orang awam tidak mengerti maksud dan makna dari kata De Winst. Namun, justru dari judul itulah pembaca dihadapkan pada suatu istilah yang menarik minat untuk membacanya. Pada bab per bab diceritakan bahwa De Winst merupakan nama sebuah pabrik gula, tempat Rangga sang tokoh utama bekerja di De Winst dan menjabat sebagai asisten administratur bagian pemasaran. Sebagai pribumi pemegang jabatan yang cukup tinggi di pabrik itu, ia menanggung beban yang cukup berat yakni memperjuangkan nasib ratusan buruh yang terancam diturunkan gajinya dan membuat mereka semakin tertindas. Ia juga berhadapan dengan warga desa yang meminta kenaikan sewa tanah hingga sepuluh kali lipat. Rangga merasa berdosa jika tak bisa memperjuangkan hak saudara sebangsanya. Sementara itu dunia tengah dihantam krisis ekonomi, ia pun harus berhadapan dengan para administratur yang serakah dan congkak. Namun di akhir cerita juga dijelaskan bahwa ternyata kata De Winst selain nama dai pabrik gula dalam novel yang mendukungnya sebagai pusat permasalahan, kata ini juga ternyata merupakan istilah Eropa yang berarti laba. Kata ini memang sesuai, mengingat kisah dalam novel yang menceritakan kapitalisme yang terwakilkan oleh pemerintah kolonialisme Belanda, yang memiliki prinsip dengan modal sekecil mungkin, mereka mencoba mencari keuntungan sebesar-besarnya. Kognisi sosial yang ditampilkan dalam cerita adalah mengenai hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial. Pengarang menggambarkan bagaimana seorang tokoh bernama Rangga Puruhita yang masih cucu Pakubuwono X, pulang belajar Ekonomi dari Negeri Belanda, dan pulang ke Indonesia harus mengalami ‘benturan peradaban’ antara status kepangeranannya, mimpi-mimpi modernisasinya, Islamnya dan Cintanya. Diceritakan pula kisah Rangga, bangsawan Jawa yang tertarik dengan kecantikan, keramahan, dan kecerdasan seorang gadis Belanda yang baru dia kenal, namun harus kandas karena Orang tua Everdine –nama gadis itu- harus merelakan pernikahan anaknya karena hutang, bagaimana perasaan cinta seorang Sekar Prembayun kepada Jatmiko dan Pratiwi kepada Kresna karena pertimbangan lelaki pemimpin revolusi yang cerdas dan memiliki visi misi bahwa hidup itu tidak untuk diri sendiri melainkan untuk segenap umat yang membutuhkan uluran tangannya. Pengarang juga mengungkapkan definisi kehormatan dan pengabdian perempuan Jawa dimasa itu, bagaimana cinta harus terpisah karena tirani dan politik. Dan yang terakhir bagaimana sebuah pernikahan yang sah secara Syariat antara Rangga dan Everdine yang menjadi Islam, namun dalam benak sang laki-laki masih teringat perempuan lain, yang belakangan memikat hatinya. Pesan moral yang mengandung tiga kategori dapat pengarang gambarkan dalam novel De Winst yaitu penyampaian pesan yang bersumber dari nilai- nilai religi, moral serta adat-istiadat yang berlaku. Dengan harapan agar pembaca dapat menghayati dan mengambil pelajaran dari apa yang telah dibaca. Novel ini juga memberikan deskripsi lengkap tentang persoalan moral, sosial dan budaya keraton jawa saat itu. Pengarang menyampaikan pesan moral melalui novelnya antara lain semangat nasionalisme yang dimiliki tokoh-tokoh dalam cerita yang diharapkan dapat membuka pikiran pembaca untuk selalu berjuang untuk selalu berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan hidupnya dan bangsanya. Selain itu kita harus bisa menjadi orang yang kaya, kaya hati ,kaya materi, kaya ilmu, misalnya dengan cara menuntut ilmu sebaik-baiknya agar menjadi orang yang pandai dan berpikiran maju. Kaya hati dan materi maksudnya dengan kekayaan yang kita miliki, tidak membuat kita lupa akan saudara-saudara kita yang masih kekurangan dan membutuhkan uluran tangan kita.

3. Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Konteks Sosial