A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini telah jauh dan semakin beragam. Namun teknologi penulisan merupakan tahapan yang tidak pernah
lekang bahkan terus berkembang. Apalagi saat ini ketika “kran” kebebasan membuka penerbitan dibuka lebar setelah reformasi. Kini semakin banyak media
surat kabar dan majalah. Masyarakat pun bisa leluasa memilah dan memilih media yang disukainya.
1
Di samping itu mereka juga dapat dengan mudah menerima informasi itu sambil meminum teh manis atau secangkir kopi. Tanpa harus jauh mencari,
seperti datang ke pusat-pusat pengajian misalnya. Situasi demikian adalah peluang sekaligus tantangan bagi para dai untuk dapat memanfaatkan berbagai media
untuk berdakwah mengajak kebenaran. Merebaknya media massa dewasa ini, khususnya media cetak seperti surat
kabar, majalah, tabloid, buletin, dan buku-buku dari era informasi dan keterbukaan. Berbagai informasi berseliweran tiap hari dan tiap saat. Berbagai
pandangan pun berkembang seakan tiada mengenal henti, semua pesan dari media massa dikonsumsi oleh masyarakat serta menjadi bahan informasi dan referensi
pengetahuan mereka. Kekuatan informasi yang disampaikan media massa demikian hebat
sehingga aktivitas dakwah penting untuk bisa masuk ke dalam wilayah itu, artinya para pelaku dakwah perlu menyiapkan dirinya utnuk memiliki keahlian
berdakwah melalui tulisan di media massa. Setidaknya harus ada sebagian di
1
Aep Kusnawan, Berdakwah Melalui Tulisan, Bandung: Mujahid Press, 2004, h. 23-24
antara mereka yang membidangi aktivitas dakwahnya melalui tulisan, di samping sejumlah aktivitas di bidang lain, karena jika ini tidak diantisipasi maka
dikhawatirkan masyarakat pembaca akan terbentuk oleh pesan media yang kering tanpa nilai-nilai agama.
2
Oleh karena itu, tidak keliru jika kini kegiatan dakwah bisa dikembangkan melalui media tulisan. Media tulisan yang dikemas secara popular dan dimuat di
media massa seperti di koran, majalah, tabloid, buletin, maupun dakwah yang melalui media karya sastra berupa novel. Dengan media tulisan pesan dakwah
dapat tersebar dan diterima banyak kalangan, dalam waktu pengaksesannya tergantung kepada keluangan mad’u objek dakwah.
Berdakwah dengan menggunakan sarana media cetak memang memerlukan bakat mengarang karena media cetak merupakan sarana komunikasi tulisan.
Selain bersifat ketrampilan praktis, pendekatan ini pula sebagai sebuah seni. Sejak awal sejarahnya, dakwah Islamiyah yang didukung oleh angkatan seniman dan
pasukan sastrawan dengan senjata seni budaya dan seni sastranya telah berjihad melawan musuh-musuh Islam.di dalam QS Asy Syuara 26:227, dikemukakan
betapa Allah memuji para seniman dan sastrawan Mukmin yang berjihad tanpa kompromi untuk melawan kejahatan.
3
Perkembangan media komunikasi saat ini yang semakin pesat, yang juga berfungsi sebagai media dakwah tidak membuat media komunikasi yang
sebelumnya tidak berfungsi dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Namun justru kemajuan teknologi membuat atau pun mendorong para dai yang menggunakan
2
Aep Kusnawan, et. Al, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Press,2004, Cet. Ke-1. h. 24
3
Suf kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al Qalam Dalam Al Qur’an, Jakarta: Teraju, 2004. Cet.ke-1. h. 78
media sebelumnya untuk lebih meningkatkan strategi dan kinerja dakwahnya. Para pelaku dakwah harus mampu memanfaatkan media massa untuk berdakwah,
salah satunya dengan menggunakan metode dakwah bi al qolam dakwah dengan tulisan melalui media massa cetak. Dengan cara persuasi dan argumentasi yang
baik melalui tulisan dai dapat berdakwah baik secara tersiratimplisit maupun terang-terangan.
Dakwah melalui tulisan dilihat dari segi isinya mengalami perluasan yang sangat penting, ia tidak hanya memuat ajaran-ajaran Islam yang berdimensi
teologis, aqidah dan ibadah tetapi juga memuat aspek-aspek yang lebih kompleks seperti sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan umat Islam mengenai ajaran-ajaran Islam itu sendiri dan persoalan kehidupan yang dihadapi. Sebut saja Imam Al
Ghazali, Hasan Al Banna dan Yusuf Qardhawi. Demikian pula para ulama, sarjana, filsuf, dan cendekiawan muslim lain dari berbagai disiplin ilmu yang juga
mencanangkan dakwah Islam melalui tulisan. Dalam hal ini, karya sastra merupakan salah satu bentuk tulisan yang dapat
dijadikan sebagai media dakwah. Dalam karya sastra yang menceritakan suatu kisah baik yang fiksi maupun nonfiksi terdapat pesan-pesan yang bermuatan
dakwah dan moral. Selain itu, memberikan pengetahuan yang memuat aspek- aspek yang lebih kompleks seperti sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan dan pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui novelnya tersebut diharapkan dapat meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan setiap orang yang membacanya. Sebuah karya fiksi ditulis oleh pengarang untuk, antara lain, menawarkan
model kehidupan yang diidealkannya. Fiksi atau pun novel mengandung
penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh
itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dan pesan-pesan moral yang disampaikan atau yang diamanatkan. Moral dalam karya sastra dapat dipandang
sebagai amanat, pesan, message. Bahkan, unsur amanat itu, sebenarnya, merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya itu, gagasan yang mendasari
diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan. Hal itu didasarkan pada pertimbangan bahwa pesan moral yang disampaikan lewat cerita fiksi tentulah
berbeda efeknya dibanding yang lewat tulisan nonfiksi. Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan
dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan harkat dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat
universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad. Ia tidak hanya bersifat kesebangsaan, apalagi keseorangan, walau
memang terdapat ajaran moral kesusilaan yang berlaku dan diyakini oleh kelompok tertentu. Sebuah karya fiksi yang menawarkan pesan moral yang
bersifat universal. Biasanya akan diterima kebenarannya secara universal pula dan memungkinkan untuk menjadi sebuah karya yang bersifat sublim-walau untuk
yang disebut terakhir juga terlebih ditentukan oleh berbagai unsur intrinsik yang lain.
4
Afifah Afra merupakan salah satu dari tokoh yang memanfaatkan tulisan sebagai media dakwah. Di usianya yang belum genap tiga puluh tahun sudah lebih
tiga puluh buku ia hasilkan dan fiksi novel menjadi tulisan yang mendominasi karyanya. Salah satu novelnya pernah menjadi salah satu karya terbaik FLP
4
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1998. h. 321-322
Forum Lingkar Pena pada tahun 2002. Selain aktif menulis buku Afifah Afra juga telah mendirikan penerbitan sendiri yang mendukung kegiatan menulisnya.
Novel De Winst merupakan novel terbarunya sekaligus novel yang menurut peneliti lebih bersifat universal, dibanding novel-novel sebelumnya atau novel
karya penulis FLP Islami lain pada umumnya. Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis novel
De Winst karya Afifah Afra dilihat dari perspektif Ilmu Komunikasi. Kajian ini
akan diangkat ke dalam sebuah judul penelitian “Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel
De Winst Karya Afifah Afra.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah