Pengumpulan Bahan Hukum Konstruksi Bangunan Gedung

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam penelitian ini yang paling utama adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Perda tentang IMB di Kota Medan yang diatur melalui Perda No. 9 Tahun 2002 dan Peraturan Perundangan yang terkait dengan judul penelitian ini. b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal- jurnal, pendapat para ahli serta simposium dan kasus-kasus yang terkait dengan penelitian. Pendapat para ahli yang dijadikan informasi interview guide dalam penelitian tesis ini, antara lain : 1 Ahli yang berkaitan dengan konstruksi bangunan yang telah bersertifikasi khususnya HAKI Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia 2 Perangkat LPJKD Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah, khususnya Daerah Propinsi Sumatera Utara 3 Dinas Tata Kota Dinas Tata Bangunan, khususnya Sub Dinas Pengawasan Bangunan Kotamadya Medan c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus, kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.

4. Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum primer, sekunder maupun bahan hukum tersier dikumpulkan berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan sistem bola Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008 salju dan diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya untuk dikaji secara komprehensif. 5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum Adapun bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian studi kepustakaan, aturan perundang-undangan, dan artikel itu diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Bahasa cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya bahan hukum yang ada dianalisis untuk mendapatkan sistem pengawasan konstruksi bangunan yang lebih efektif, sehingga dapat disusun secara terpadu utuh menyeluruh atau komprehensip integral dalam rangka pengawasan di masa-masa yang akan datang demi terhindarnya pelaksanaan konstruksi bangunan yang berubah dan tidak sesuai dengan bestek maupun terjadinya kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan. SISTEM PENGAWASAN TERHADAP KONSTRUKSI BANGUNAN MENURUT HUKUM PERIZINAN

1. Konstruksi Bangunan Gedung

1 Pengertian dan Syarat-syarat Umum Mendirikan Bangunan Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas danatau di Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008 dalam tanah danatau air yang berfungsi sebagai tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus. 10 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan mendirikan bangunan gedung, yaitu : a. Persyaratan Administratif b. Persyaratan Teknis c. Syarat-syarat Lingkungan Bangunan 11 2 Unsur Pelaksana dalam Pekerjaan Bangunan Gedung Dalam proyek bangunan pada umumnya hanya ada 2 dua unsur pihak yang terlibat di dalam pelaksanaannya, yaitu : a. Pengguna Jasa Pengguna jasa adalah perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaanproyek yang memerlukan layanan b. Penyedia Jasa Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. Penyedia jasa ini terdiri dari : 1 Perencana konstruksi 2 Pelaksana konstruksi 3 Pengawas konstruksi 12 3 Struktur dan Kegagalan Bangunan a Struktur Bangunan 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008, Loc.Cit 11 Ibid 12 Ibid Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008 Struktur bangunan terdiri dari : 1 Bangunan Gedung di bawah Tanah sub structure 2 Banguann Gedung di atas Tanah upper structure 3 Bangunan Gedung Struktur Bentang 4 Bangunan Gedung Berdasarkan Kelas 13 b Kegagalan Bangunan Kegagalan bangunan adalah merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, danatau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Penyebab terjadinya kegagalan bangunan, bisa pada perencanaan, pelaksanaan maupun pengawas bangunan. 14

2. Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum