perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang diamanatkan oleh hukum perizinan dan peraturan perundang-undangan
5. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan pada Perpustakaan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, untuk menghindari persamaan maka penelitian
tentang “Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan” ini, belum pernah dilakukan baik mengenai judul maupun dalam
permasalahan yang sama. Sehingga dengan demikian, penelitian ini dikategorikan baru dan keasliannya dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka, kejujuran,
objektif, rasional serta dari sudut keilmuan – akademis. Sebaliknya bila dikemudian hari terbukti bahwa penelitian ini adalah
merupakan hasil “plagiat”, maka peneliti bersedia menerima sanksi seperti yang diterakan pada Pasal 70 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
6. Kerangka Teori dan Konsepsi
1 Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis serta untuk memback up permasalahan seperti yang telah diuraikan dalam penelitian ini adalah teori stufen
theory Hans Kelsen, digabung dengan teori asas hukum rechtsbeginselen ; law principles theory. Kedua teori ini berperan sebagai teori utama grand theory,
sekaligus sebagai teori aplikasinya applied theory.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Dalam konteks Indonesia teori Stufen bau ini tampak mempengaruhi substansi Ketetapan MPR yaitu Ketetapan MPRS No. XXMPRS1996 jo. Ketetapan Ketetapan
MPR No. IIMPR2000 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004, tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan bahwa jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai berikut : a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden e. Peraturan Daerah
8
Teori Hans Kelsen di atas digunakan dalam menganalisis permasalahan penelitian ini, dengan cara menggabungkannya dengan apa yang disebut dengan
“Asas Hukum” atau “Rechtsbeginselen”. Untuk mencari tahu jawaban “bagaimana sistem pengawasan konstruksi bangunan
dilakukan secara komprehensif integral”, antara yang diatur di dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi di satu sisi dan di sisi lain
yaitu masih ada pengaturan pengawasannya yaitu oleh hukum perizinan yang di dalam hal ini diatur oleh Perda melalui IMB Izin Mendirikan Bangunan dan juga
8
Baca Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
diatur oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung, digunakan, antara lain :
a. Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior derogat legi anterior, yaitu undang-undang yang baru mengenyampingkan undang-undang yang
lama b. Lex specialis derogat legi generali, undang-undang yang khusus didahulukan
berlakunya dari pada undang-undang yang umum c. Lex superior legi inferiori, undang-undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatannya.
2 Kerangka Konsepsi
M. Solly Lubis, mengemukakan, “Kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal pada pembaca yang mendapat stimulasi dan
dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan pustaka”
9
Maka dalam proses penelitian tesis yang berjudul : Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan ini, digunakan defenisi
operasional sebagai berikut : a. Sistem Pengawasan
b. Konstruksi Bangunan c. Hukum Perizinan
Jadi, secara konsep bila sistem pengawasan konstruksi bangunan gedung di Kotamadya Medan dilaksanakan dengan baik atau sesuai dengan hukum perizinan,
9
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994, hlm. 8
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
maka kasus-kasus kegagalan konstruksi maupun kegagalan bangunan terutama seperti rumah tinggal di Jalan Berastagi No. 8 dan Hotel J.W. Marriot Jalan Putri
Hijau Medan tidak akan terjadi atau akan dapat diminimalisir. Kemudian, dengan mengetahui sistem pengawasan konstruksi bangunan gedung
tersebut dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka praktis akan dapat mengetahui siapa atau badan yang mana yang bersalah dan sanksi apa
yang dapat diberikan terhadap adanya pelaksanaan konstruksi bangunan tersebut yang menyimpang dari hukum perizinan.
7. Metode Penelitian