Unsur Psikologi Dinamika Kelompok
5.3. Unsur Psikologi Dinamika Kelompok
1. Tujuan Kelompok (Group Goal) Kejelasan tujuan kelompok akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau
tindakan – tindakan anggota kelompok, sehingga perlu dikaji seberapa jauh anggota benar – benar telah dipahami dan dihayati oleh setiap anggota kelompok yang bersangkutan. Winardi (2005) menambahkan bahwa peranan unsur psikologi dalam kelompok sangat krusial dalam kaitannya dengan mengimplementasikan perubahan dalam kelompok yang berasal dari sumber – sumber lain. Andai kata perubahan kelompok yang bersangkutan memerlukan adanya modifikasi perilaku para anggota, maka faktor – faktor tersebut perlu dipertimbangkan.
Leilani dan Hasan (2006) mengemukakan bahwa tujuan kelompok yang telah dirumuskan harus sesuai dengan dimensi waktu, karena tujuan terkait dengan rincian jenis dan kegiatan anggota dalam melaksanakan tujuan tersebut dan jenis dan kegiatan terkait dengan dimensi waktu. Hughes dkk (2012) menyarankan agar tujuan kelompok dapat tercapai maka diperlukan suatu umpan balik yang membantu. Umpan balik yang membantu ini melibatkan berbagai informasi atau persepsi dengan orang lain mengenai sifat, kualitas atau dampak perilaku orang tersebut, karena hal tersebut penting bagi kinerja dan kemajuan anggota. Tanpa umpan balik, seorang anggota tidak akan mampu mengetahui apakah ia melakukan pekerjaannya dengan baik atau sikapnya melukai orang lain. Umpan balik yang efektif dari atasan (pimpinan kelompok) juga memainkan peran penting dalam membangun semangat. Pada berbagai cara, pengembangan kecakapan umpan balik yang baik adalah hasil dari pengembangan kemampuan berkomunikasi, mendengarkan, dan keasertifan yang baik. Memberikan umpan balik yang baik juga tergantung pada kejelasan mengenai tujuan dari umpan balik dan pada pemilihan konteks medium yang tepat untuk memberikannya serta pemberian sinyal non – verbal dan sinyal emosional, sehingga dalam melakukan umpan balik yang membantu diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) bersikap spesifik; (2) bersikap deskriptif; (3) bersikap tepat waktu; dan (4) bersikap fleksibel.
2. Struktur Kelompok (Group Structure) Merupakan pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu
– individu dalam kelompok yang sekaligus menggambarkan kedudukan dan peran masing – masing dalam upaya pencapaian tujuan kelompok. Ketidakjelasan mengenai struktur kelompok akan berpengaruh terhadap ketidakjelasan kedudukan, peran, hak, kewajiban, dan kekuasaan masing – masing angotanya, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak mungkin dapat berlangsung efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kelompok. Menurut Leilani dan Hasan (2006) struktur kelompok di pengaruhi oleh tujuh faktor yaitu (1) kewenangan; (2) sistem komunikasi; (3) aktivitas; (4) hak dan kewajiban, (5) besarnya kelompok, (6) aspek kualitatif anggota dan (7) solidaritas dalam kelompok.
Tika (2010) menambahkan bahwa struktur kelompok dipengaruhi oleh kinerja komunikasi. Komunikasi tersebut dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Terkadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara pimpinan kelompok dan anggota atau antar anggota itu sendiri. Ia juga menyatakan bahwa secara spesifik kinerja komunikasi dapat tercermin dalam lima pola kinerja komunikasi, antara lain: (1) kinerja komunikasi yang terapil dalam bentuk ritual; (2) kinerja komunikasi yang disebut passion; (4) kinerja komunikasi yang dilakukan secara sosial; (4) kinerja komunikasi yang disebut organizational politics; (5) kinerja komunikasi yang disebut enkulturisasi.
Hughes dkk (2012), bahwa ukuran setiap kelompok memiliki dampak terhadap pemimpin sekaligus para anggotanya yang pada akhirnya akan memengaruhi struktur kelompok terutama pada efektifitas kelompok dalam berbagai cara, hal tersebut karena disebabkan oleh 3 hal. Pertama, kemunculan pemimpin sebagian merupakan fungsi dari ukuran kelompok. Kedua, ketika kelompok semakin besar, maka orang yang tergabung dalam sub kelompok dengan tugas, nilai dan ekspetasi yang sama muncul sehingga memiliki pengaruh yang lebih besar. Ketiga, ukuran kelompok juga dapat memengaruhi gaya kepemimpinan seorang pemimpin.
3. Fungsi Tugas (task function) Merupakan seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok sesuai dengan fungsinya masing – masing sesuai dengan kedudukan dalam struktur kelompok. Leilani dan Hasan (2006), menyatakan bahwa fungsi tugas dipengaruhi oleh
kepuasaan karena bisa mencapai tujuan kelompok;
pencarian informasi dan perolehan gagasan yang diperlukan kelompok;
adanya koordinasi untuk mencapai kesepakatan bersama;
diseminasi informasi (penyebaran informasi);
penjelasan yang baik terhadap sebuah permasalahan yang membingungkan anggota. Tika (2010), menambahkan bahwa fungsi tugas dipengaruhi oleh lima
faktor, dimana lima faktor tersebut merupakan alasan dasar pembentukan kelompok antara lain (1) kebutuhan akan interaksi sosial; (2) kebutuhan akan keamanan; (3) kebutuhan akan status; (4) kedekatan tempat kerja dan (5) tujuan bersama.
4. Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok (Group Building and Maintenance) Merupakan upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan
kehidupan kelompok atau upaya kelompok untuk berusaha memelihara tata kerja dalam kelompok, mengatur, memperkuat, dan mengekalkan kelompok. Hughes dkk (2012) menyarankan salah satu cara terbaik untuk memelihara tata kerja adalah membangun hubungan kerja yang efektif dengan rekan kerja. Membangun hubungan yang efektif tersebut dapat dilakukan dengan cara menyadari kepentingan bersama, nilai – nilai, tujuan dan harapan, namun untuk mengetahui aspirasi dan kepentingan bersama, seseorang harus mengetahui tujuan, nilai dan kepentingan dari rekan kerjanya. Membangun hubungan komunikasi informal adalah salah satu cara terbaik untuk mengetahui kepentingan dan nilai – nilai bersama tesebut dengan cara kita perlu terbuka dan jujur dalam mengomunikasikan kebutuhan, nilai – nilai, dan tujuan kita sendiri.
5. Kekompakan Kelompok (Group Cohesiveness) Merupakan rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya. Rasa
keterikatan tersebut dapat dilihat/ditunjukan pada kesamaan tindakan (integrasi), kerjasama, kesadaran, menjadi anggota, persamaan nasib, homogenitas perilaku, kesepakatan terhadap tujuan kelompok, dan pengakuan terhadap kedisiplinan kelompok. Leilani dan Hasan (2006) menjelaskan bahwa kekompakan kelompok merupakan kesatuan dan persatuan kelompok. Semua ini menjadi suatu kekuatan dalam kelompok, sehingga dibutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh anggota. Tika (2010) menambahkan untuk menjaga kekompakan kelompok perlu diperhatikan masalah enam unsur masalah integrasi internal yaitu (1) bahasa yang sama dan kategori konseptual; (2) batas – batas kelompok dan kriteria inklusif dan eksklusif; (3) kekuatan dan status; (4) hubungan kekeluargaan dan cinta; (5) imbalan dan hukuman; (6) agama dan ideologi.
Hughes dkk (2012), menyatakan kekompakan kelompok merupakan perekat yang menjaga keutuhan kelompok. Kekompakan merupakan total kekuatan yang menarik para anggota untuk masuk ke dalam sebuah kelompok, mencegah mereka keluar dari kelompok, dan memotivasi mereka untuk aktif di dalam kelompok tersebut. Kelompok yang amat kompak saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain lebih dari kelompok yang kurang kompak. Kelompok yang amat kompak memiliki tingkat ketidakhadiran dan pergantian (keluar – masuk) anggota yang lebih rendah daripada kelompok yang kurang kompak; rendahnya ketidakhadiran dan pergantian (keluar – masuk) anggota tersebut dapat menghasilkan kinerja kelompok yang lebih tinggi pula; kinerja yang tinggi pada gilirannya, dapat menghasilkan kekompakan yang lebih tinggi, dengan begitu terciptalah lingkaran proses kelompok yang positif. Meskipun demikian, kekompakan kelompok yang lebih tinggi dapat menimbulkan beberapa masalah diantaranya adalah bertentangan dengan tujuan organisasi yang lebih besar, adanya pembatasan yang berlebihan sehingga dapat menghalangi penggunaan sumber daya eksternal yang dapat membuat mereka semakin efektif yang akhirnya berakibat pada penurunan kinerja kelompok yang bersangkutan.
6. Suasana Kelompok (Group Atmosphere) Merupakan lingkungan dan non – fisik (emosional) yang akan memengaruhi
perasaan setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya, dengan kata lain suasana kelompok merupakan sikap mental dan perasaan – perasaan yang secara umum ada dalam kelompok (Leilani dan Hasan, 2006). Tika (2010) menambahkan bahwa perasaan setiap anggota kelompok merupakan bentuk dari pewarisan (learning) budaya kelompok. Pewarisan tersebut merupakan proses pembelajaran untuk melestarikan budaya organisasi dari pimpinan atau anggota kelompok kepada anggota – anggota baru dengan maksud agar budaya organisasi dapat dipakai sebagai pedoman berperilaku oleh seluruh anggota kelompok dalam organisasi. Pewarisan ini biasanya diajarkan dalam bentuk sistem komunikasi non – verbal melalui signal yang sama kepada setiap anggota kelompok yang kemudian menghasilkan perasaan atau pengalaman berbagi nilai, antara lain kecemasan bersama, respon emosional bersama, aksi nyata bersama, melepaskan emosi bersama dan penurunan emosi bersama.
Hughes dkk (2012), menambahkan bahwa suasana kelompok yang penuh ketegangan dapat meningkatkan dorongan emosional kelompok sehingga menimbulkan stress bagi anggota kelompok. Stress tersebut dapat menghambat kinerja kelompok diantaranya mencakup penurunan kesehatan dan kesejahteraan emosional, kinerja berkurang dan penurunan efektivitas kelompok. Salah satu langkah penting dalam mengelola stress dalam lingkup kelompok dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
Memantau stress pemimpin / penyuluh dan anggota kelompok yang bersangkutan;
Identifikasi penyebab stress;
Praktikan gaya hidup sehat;
Belajar untuk rileks;
Bangun hubungan suportif dengan orang lain;
Pertahankan persepektif.
7. Tegangan Kelompok (Group Pressure) Yaitu tekanan – tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok. Menurut Leilani dan Hasan (2006) ketegangan kelompok terbagi menjadi dua macam yaitu ketegangan internal dan ketegangan eksternal. Andarwati dkk (2012) menambahkan bahwa adanya kedua macam tegangan dalam kelompok menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok, yaitu persaingan untuk maju, imbalan (penghargaan) dan hukuman.
Hughes dkk (2012) menyatakan hukuman merupakan adminsitrasi dari sebuah peristiwa tidak menyenangkan atau penarikan acara positif atau stimulus yang pada gilirannya mengurangi kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan terulang. Pemberian hukuman harus di kelola secara benar (kontingen) agar tidak menimbulkan efek emosional yang tidak diinginkan, tidak etis, dan efektif menekan perilaku yang tidak diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, penyelenggaraan hukuman perlu dilaksanakan secara benar dengan cara komunikasi efektif dua arah antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin perlu memberikan alasan yang jelas untuk memberi hukuman dan konsekuensi atas perilaku tidak dapat diterima di masa depan.
Ruvendi (2005) mendefinisikan imbalan merupakan sesuatu yang diterima oleh kelompok ataupun dalam kelompok sebagai balas jasa atas prestasinya kepada perusahaan dalam melaksanakan pekerjaannya. Imbalan tersebut biasanya diberikan dalam bentuk insentif, bonus, gaji, upah, tunjangan, pangkat dan lain – lain. Pada umumnya imbalan terbagi menjadi dua macam yaitu imbalan intirnsik dan ekstrinsik. Imbalan intrinsik merupakan imbalan yang bersumber dari kelompok itu sendiri seperti penyelesaian tugas, prestasi, otonomi, perkembangan kelompok, sedangkan imbalan ekstrinsik merupakan imbalan yang berasal dari luar kelompok, seperti penghargaan pemerintah, tunjangan nasional, dana hibah prestasi dan lain – lain. Imbalan biasanya akan meningkatkan kepuasan anggota sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi ketegangan kelompok.
8. Keefektifan Kelompok (Group Effectiveness) Yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat
pada tercapainya keadaan atau perubahan – perubahan (fisik maupun non – fisik) yang memuaskan anggotanya. Leilani dan Hasan (2006), menyatakan bahwa keefektifan kelompok cenderung dapat meningkatkan dinamika kelompok jika dilihat dari berbagai sudut pandang antara lain :
Hasil atau produktivitasnya.
Moral kelompok, semangat dan kesungguhan
Tingkat kepuasan anggota – anggotanya Ruvendi (2005) menjelaskan bahwa kepuasan anggota adalah suasana
psikologis tentang perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap kelompok mereka, dengan kata lain kepuasan anggota dapat diartikan sebagai apa yang membuat orang – orang menginginkannya dan menyenangi kelompoknya. Apa yang membuat mereka bahagia dalam kelompoknya atau keluar dari kelompoknya. Tika (2010) menambahkan bahwa kelangsungan hidup kelompok merupakan kriteria efektifitas yang mengacu kepada tanggung jawan kelompok dalam memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang sehingga dalam praktiknya, para pimpinan/manajer kelompok menggunakan indikator jangka pendek untuk kelangsungan hidup jangka panjang. Indikator – indikator tersebut terdiri atas ukuran produktivitas, efisiensi, kecelakaan, moral, kepuasan anggota, pergantian anggota, kualitas dan keuntungan.
Hughes dkk (2012) menambahkan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan anggota dengan motivasi. Hubungan implisit antara kepuasan dan motivasi adalah bahwa kepuasan meningkat saat anggota menyelesaikan sebuah tugas atau tantangan, khususnya saat tugas tersebut membutuhkan usaha besar. Berdasarkan hal tersebut pemimpin / penyuluh perlu mengetahui berbagai teori motivasi, hal tersebut karena pemimpin / penyuluh yang mengetahui berbagai teori motivasi lebih cenderung memilih teori yang tepat untuk pengikut dan situasi tertentu, dan seringkali mereka memeroleh pekerja dengan kinerja lebih baik dan lebih puas sebagai hasilnya.
9. Agenda Terselubun selubung (Hidden Agenda) Yaitu tujuan – t – tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yan ang diketahui oleh
semua anggotanya, te , tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Meski Meskipun demikian seringkali agenda ter terselubung justru sangat penting untuk me mendinamisasikan kelompok. Menurut ut Leilani dan Hasan (2006) agenda terse rselubung adalah program, tugas atau au tujuan yang tidak diketahui, disadari oleh oleh para anggota kelompok, karena be berada di bawah permukaan agenda terse erselubung saling mempengaruhi dan sa n sama pentingnya dengan maksud dan tujuan uan yang terbuka. Winardi (2005) menge engemukakan bahwa adanya agenda terselubun bung dalam sautu kelompok disebabkan bkan dari faktor dimensi manusia. Faktor di dimensi manusia tersebut terdiri dari l i lima fase inti yang merupakan landasan bag bagi model Adkar antara lain kesadaran an tentang adanya kebutuhan untuk dinamis; k s; kesadaran untuk berpartisipasi dan m n membantu pendinamisan tersebut; penge getahuan tentang bagaimana
kemam mpuan untuk mengimplementasikan kan dinamisasi tersebut sehari – hari; p perkuatan agar dinamisasi tersebut tet tetap berlangsung
melaksa laksanakan