Konsep Dasar Dinamika Kelompok
5.1. Konsep Dasar Dinamika Kelompok
5.1.1. Definisi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kekuatan – kekuatan yang terdapat di dalam (internal) maupun di lingkungan (eksternal) kelompok yang akan menentukan perilaku kelompok yang bersangkutan untuk bertindak atau memaksimalkan kegiatan demi tercapainya tujuan bersama. Kekuatan – kekuatan tersebut muncul karena sebuah kelompok dapat terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dengan cara saling memengaruhi atau di pengaruhi (Hughes, 2012). Santosa (2004) mengemukakan bahwa dinamika kelompok merupakan interaksi dan interdependensi antar anggota kelompok yang satu dengan yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan, namun menurut Muchlas (2005), Dinamika kelompok merupakan seperangkat teknik seperti permainan peran, brainstorming kelompok tanpa pemimpin, terapi kelompok, latihan sensitifitas, pembentukan tim dan analisis transaksional.
Hughes dkk (2012) mengemukakan bahwa masing – masing kelompok memiliki sifat yang spesial, hal tersebut karena terdapat dua ciri khas dari kelompok yaitu interaksi satu sama lain dan pengaruh timbal balik. Apabila di bandingkan dengan tim maka secara umum terdapat empat hal yang membedakannya. Pertama, anggota tim biasanya memiliki perasaan identifikasi yang lebih kuat antara satu sama lain jika dibandingkan dengan kelompok sehingga identifikasi dalam kelompok menjadi lebih sulit. Kedua, tim memiliki tujuan atau tugas yang sama sedangkan kelompok mungkin milik sekumpulan individu dengan tujuan pribadi. Ketiga, ketergantungan tugas biasanya lebih besar dalam tim dibandingkan dalam kelompok. Keempat anggota tim sering memiliki peran yang berbeda dan spesial dibandingkan anggota kelompok karena anggota kelompok sering memainkan peran yang bervariasi dalam kelompok. Berdasarkan pernyataan diatas penting bagi penyuluh untuk memahami konsep tersebut.
Dinamika kelompok pada dasarnya seperti organisasi karena mempunyai kekuatan eksternal dan kekuatan internal yang memengaruhi perilaku kelompok yang bersangkutan dimana jika digunakan dengan cara yang benar dapat bersifat konstruktif (membangun) sedangkan jika digunakan dengan cara yang tidak benar dapat bersifat destruktif (menghancurkan) atau jika di analogikan, kekuatan eksternal dan internal seperti pedang bermata dua. Tika (2010), mengemukakan bahwa masalah yang sering dihadapi oleh kelompok adalah masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal sehingga penyuluh harus menjelaskan dan menerapkan salah satu unsur budaya kelompok yaitu memahami masalah adaptasi eksternal dan masalah intgrasi internal yang ditekankan pada bagaimana cara untuk memahami dan merasakan masalah – masalah yang dihadapi oleh kelompok atau anggota kelompok menyangkut penyesuaian dengan lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal dalam kelompok tersebut.
Permasalahan internal dan eksternal dapat terjadi di akibatkan adanya perubahan. Winardi (2005), mengemukakan bahwa perubahan merupakan proses perpindahan kondisi yang sekarang berlaku menuju ke kondisi dimasa mendatang yang di lakukan oleh individu dan kelompok – kelompok dengan bereaksi dan melibatkan aneka macam kekuatan dinamik eksternal dan internal yang seringkali berinteraksi hingga mereka saling memperkuat satu sama lainnya dan turut menyebabkan adanya keharusan untuk menciptakan perubahan yang jelas. Berdasarkan pernyataan tersebut, penyuluh perlu bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap berbagai macam kekuatan tersebut agar mampu bertahan dan berkembang dengan cara melaksanakan kegiatan inovasi dan perbaikan permasalahan secara berkesinambungan. Hughes dkk (2012), menyarankan penyuluh hendaknya melakukan pembelajaran melalui tindakan, maksudnya adalah belajar sambil melakukannya yang lebih diarahkan pada program dan kegiatan pelatihan menggunakan isu dan tantangan dunia atau permasalahan yang sesungguhnya di hadapi oleh kelompok dengan menempatkannya sebagai peran pemecah masalah sehingga kelompok tersebut mampu menghasilkan keputusan solutif.
5.1.2. Analisis Dinamika Kelompok
Penyuluh yang bergelut dalam suatu kelompok harus mempunyai cara untuk memecahkan permasalahan dinamika kelompok yaitu permasalahan internal dan eksternal. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan salah satunya dengan menganalisis berdasarkan dua macam pendekatan yaitu pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologi. Kedua macam pendekatan tersebut di pilih karena dinamika suatu kelompok berkaitan erat dengan sosial dan psikis dari anggota – anggota kelompok.
Pendekatan sosiologis merupakan analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap bagian – bagian atau komponen kelompok dan analisis terhadap sistem sosial tersebut. Menurut Leilani dan Hasan (2006), sistem sosial pada suatu kelompok dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, ketegangan kelompok, keefektifan kelompok dan agenda / agenda terselubung. Tika (2010) menambahkan bahwa sistem sosial dipengaruhi oleh konsepsi keyakinan dan nilai, hierarki nilai dan nilai dasar budaya kelompok.
Pendekatan psikologis yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor – faktor yang memengaruhi dinamika kelompok tersebut. Winardi (2005) mengemukakan bahwa dorongan adanya dinamika (perubahan) kelompok seringkali muncul dari sistem psikologi. Ia menjelaskan bahwa keberhasilan dalam hal mencapai tujuan – tujuan keorganiasian hingga tingkat tertentu tergantung pada faktor – faktor manusia. Tingkat hingga di mana kemampuan manusia “disadap” seringkali menimbulkan perbedaan tentang apakah upaya – upaya kelompok mencapai keberhasilan atau tidak sehingga perlu di ingatkan bahwa perubahan – perubahan dalam moral dan motivasi para kelompok – kelompok dapat menimbulkan dampak besar.
Hughes dkk (2012) mengemukakan bahwa sistem sosial dan psikologi suatu kelompok dipengaruhi oleh kebudayaan kelompok dimana kebudayaan kelompok ini di definisikan sebagai sistem latar belakang, norma, nilai atau kepercayaan yang dibagi bersama di antara anggota – anggota dari kelompok yang akhirnya kebudayaan kelompok tersebut akan menciptakan iklim kelompok dimana merupakan reaksi perasaan atau reaksi emosional kita terhadap kelompok yang kemungkinan dipengaruhi oleh tingkatan kita berbagi nilai, kepercayaan, dan latar belakang yang telah ada pada anggota – anggota kelompok. Dengan demikian, iklim organisasi berhubungan dengan tingkatan hubungan anggota – anggota kelompok terhadap satu sama lain. Salah satu aspek kebudayaan kelompok yang menakjubkan adalah sering kali budaya tersebut hanya bisa di kenali oleh orang luar; kebudayaan kelompok menjadi suatu hal yang sangat biasa untuk anggota kelompoknya sehingga mereka tidak sadar bagaimana hal tersebut memengaruhi perilaku dan persepsi mereka. Tika (2010) menambahkan bahwa untuk membentuk suatu budaya kelompok mengetahui proses pembentukkannya. Proses pembentukkan tersebut antara lain (1) adanya interaksi antarpimpinan / pendiri kelompok dengan kelompok / anggota dalam kelompok; (2) adanya interaksi yang menimbulkan ide yang di transformasikan menjadi artifak, nilai, dan asumsi; (3) artifak, nilai dan asumsi kemudian di implemetasikan sehingga menjadi budaya organisasi; (4) untuk mempertahankan budaya kelompok dilakukan pembelajaran (learning) kepada anggota baru dalam kelompok.
Winardi (2005) menguatkan dalam membentuk budaya kelompok, diagnosis kelompok mutlak diperlukan sebagai titik tolak bagi pembentukan dan perubahan kelompok yang terencana. Diagnosis kelompok dapat diterapkan melalui sejumlah langkah dasar antara lain (1) mengenal dan menafsirkan masalah yang dihadapi, dan merasakan kebutuhan akan perubahan; (2) mendeterminasi kesiapan dan kemampuan organisasi yang bersangkutan untuk berubah; (3) mengidentifikasi sumber – sumber daya manajerial dan angkatan kerja kelompok untuk perubahan; (4) mendeterminasi sebuah strategi perubahan dan sasaran – sasarannya; (5) mengumpulkan berbagai informasi yang di perlukan untuk diagnosa masalah.