MODEL PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR PASSING BAWAH DALAM BOLA VOLI MINI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN TANAH PEKARANGAN KOSONG PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KALIKANGKUNG 01 KECAMATAN PANGKAH KAB

(1)

i

BOLA VOLI MINI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN TANAH PEKARANGAN KOSONG PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

KALIKANGKUNG 01 KECAMATAN PANGKAH KAB. TEGAL TAHUN PELAJARAN 2010 - 2011

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Rangka Penyelesaian Program Strata I untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh KUSMORO

6102909060

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) 2011


(2)

ii SARI

Kusmoro. Model Pembelajaran Teknik Dasar Passing Bawah dalam Bola Voli Mini melalui Pendekatan Lingkungan Tanah Pekarangan Kosong pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal

Tahun Pelajaran 2010 – 2011. Skripsi. Jurusan PJKR Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Rumini, S.Pd, M.Pd, Pembimbing Pendamping : Drs. Kriswantoro, M.Pd

Kata kunci : Model Pembelajaran, Teknik Dasar Passing Bawah dalam Bola Voli Mini, Pendekatan Lingkungan Tanah Pekarangan Kosong

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong pada siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kec. Pangkah Kab. Tegal Tahun Pelajaran 2010 -2011. Adapun tujuan penelitian untuk menghasilkan pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong.

Penelitian ini merupakan penelitian berbasis pengembangan (research - based development) yang berorientasi pada produk. Dalam hal ini, pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dengan modifikasi pada tinggi net yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak usia SD melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong ke dalam dua tahap, yaitu uji coba skala kecil dan uji lapangan (skala besar). Instrumen penelitian ini berbentuk kuesioner untuk siswa dan lembar evaluasi ahli masing-masing sebanyak 15 butir pertanyaan. Subyek penelitian meliputi satu orang ahli pendidikan jasmani dan olahraga (Pembimbing Penjasorkes), dua orang ahli pembelajaran penjasokes (Guru Penjasorkes), siswa yang terlibat uji coba skala kecil berjumlah 12 orang, dan siswa yang terlibat dalam uji coba skala besar berjumlah 28 orang masing-masing siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.

Berdasarkan hasil pengembangan produk awal diperoleh 80% model pembelajaran yang dilaksanakan sudah baik dan layak digunakan dengan sedikit revisi berupa penambahan kegiatan yaitu teknik passing bawah berpasangan melalui net/pembatas yang berupa jaring-jaring terbuat dari tali rafia dengan ketinggian pembatas adalah 160 cm dan 180 cm dalam waktu 15 menit tanpa ada bola yang jatuh. Setelah direvisi, dihasilkan produk akhir dengan hasil perolehan 99 % model pembelajaran sangat baik dan layak digunakan di lingkungan tanah pekarangan kosong.

Sesuai hasil pengembangan, disimpulkan bahwa model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong layak digunakan. Saran peneliti adalah (1) hendaknya dalam pemilihan lingkungan sebagai sumber belajar disesuaikan dengan lingkungan sekitar sekolah (2) penggunaan model pembelajaran sebaiknya memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan siswa baik alat maupun media pembelajaran lainnya.


(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa isi dari skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan tiruan atau jiplakan dari karya orang lain. Berbagai pendapat serta temuan dari orang ataupun pihak lain yang ada didalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2011

K u s m o r o NIM. 6102909060


(4)

iv

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Negeri Semarang.

Pada Hari : Selasa

Tanggal : 23 Agustus 2011

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Drs. H. Harry Pramono , M.Si Drs. Tri Rustiadi,M.Kes NIP. 19591019 198503 1 001 NIP. 19641023 199002 1 001

Dewan Penguji

1. Dra. Endang Sri Hanani, M.Kes ( Penguji Utama ) ... NIP.19530411 198303 1 001

2. Rumini, S.Pd, M.Pd ( Penguji I ) ... ... NIP.19700223 199512 2 001

3. Drs. Kriswantoro, M.Pd ( Penguji II ) ... NIP.19610603 198703 1 003


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Amal yang afdhol di atas bumi ialah menuntut ilmu, berjihad dan pencaharian halal. Penuntut ilmu adalah kekasih Allah, yang berjihad kesayangan Allah dan pencari rizki halal mulia dihadapan Allah (Al-Hadist).

 Carilah ilmu walaupun ke negeri Cina, sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi orang-orang islam (RA. Baehaqi).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Istriku, Laela Farcha tercinta dengan ikhlas dan tulus memberikan motivasi dalam hidupku.

2. Anakku, Eka Futkhiah dan Fahmi Auladi yang menjadi penyemangat hidupku. 3. Almamater FIK UNNES


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini adalah berkat bimbingan, petunjuk dan nasehat-nasehat dari Bapak dan Ibu dosen serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis.

Untuk itu dengan kerendahan hati, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memperlancar dalam perizinan penelitian ini.

3. Kaprodi PJKR FIK UNNES yang telah memberikan arahan, dan saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Rumini, S.Pd.M.Pd, selaku Pembimbing I dan Drs Kriswantoro, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan. 5. Kepala Sekolah SD Negeri Kalikangkung 01 Kabupaten Tegal yang telah

memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian ini.

6. Kuntoro, S.Pd dan Subechi, S.Pd, selaku Tim Expert yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7. Siswa-Siswi SD Negeri Kalikangkung 01 Kabupaten Tegal yang telah membantu dalam pelaksanakan penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulis adalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 2011 Penulis


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

SARI ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 6

1.3. Tujuan Pengembangan ... 6

1.4. Spesifikasi Produk ... 7

1.5. Pentingnya Pengembangan ... 7

1.6. Sumber Pemecahan Masalah ... 8

1.6.1. Model Pembelajaran Teknik Dasar Passing Bawah dalam Bola Voli Mini ... 8

1.6.2. Lingkungan Fisik Sekolah sebagai Sumber Belajar 9 1.6.3. Pemecahan Masalah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 10

2.1. Hakekat Model Pembelajaran ... 10

2.2. Hakikat Permainan Bola Voli Mini ... 12

2.2.1. Sejarah Permainan Bola Voli Mini ... 12

2.2.2. Teknik Dasar Bermain Bola Voli Mini ... 14


(8)

viii

2.2.2.2. Passing Atas dan Passing Bawah ... 15

2.2.2.3. Spike (Smash) ... 16

2.2.2.4. Block atau Bendungan ... 17

2.2.3. Prasarana dan Saran Permainan Bola Voli Mini 18

2.2.4. Peraturan dalam Prasarana dan Saran Permainan Bola Voli Mini ... 21

2.2.4.1. Peraturan antara Pemain dengan Bola ... 21

2.2.4.2. Peraturan Permainan di Sekitar Net dan Garis Tengah ... 22

2.2.4.3. Peraturan Pergantian Pemain ... 23

2.2.5. Hakikat Bola Voli Mini untuk Siswa Sekolah Dasar 24 2.3. Karakteristik Anak Usia 10 – 12 Tahun ... 25

2.4. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Lingkungan ... 26

2.5. Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 30

3.1. Model Pengembangan ... 30

3.2. Prosedur Pengembangan ... 30

3.3. Uji Coba Produk ... 31

3.3.1. Desain Uji Coba ... 32

3.3.1.1. Evaluasi Ahli ... 32

3.3.1.2. Uji Coba Kelompok Kecil ... 32

3.3.1.3. Uji Lapangan ... 33

3.3.2. Subyek Penelitian ... 33

3.4. Jenis Data ... 33

3.5. Instrumen Pengumpulan Data ... 33

3.5.1. Instrumen Pendahuluan (Analisis Kebutuhan) ... 34

3.5.2. Instrumen Evaluasi oleh Para Ahli ... 34

3.5.3. Instrumen Kuesioner untuk Peserta Didik ... 35

3.5.4. Penilaian Materi pada Uji Coba ... 35


(9)

ix

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN ... 37

4.1. Penyajian Data Hasil Uji Coba Skala Kecil ... 37

4.1.1. Diskripsi Draf Produk Awal ... 37

4.1.2. Validasi Ahli ... 40

4.2. Hasil Analisis Data Uji Coba Skala Kecil ... 41

4.3. Revisi Produk Awal (Uji Coba Skala Kecil) ... 45

4.4. Penyajian Data Hasil Uji Coba Skala Besar ... 46

4.4.1. Diskripsi Produk Kedua ... 46

4.4.2. Hasil Analisis Data Uji Coba Lapangan (Skala Besar) 46 4.5. Prototipe Produk ... 50

BAB V KAJIAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kajian Prototipe Produk ... 53

5.2. Saran Pemanfaatan, Desiminasi dan Pengembangan lebih Lanjut ... 53

5.2.1. Saran Pemanfaatan ... 53

5.2.2. Desiminasi dan Pengembangan Lebih Lanjut . 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Ahli ... 41

2. Rekapitulasi Aspek Kognitif Siswa ... 43

3. Rekapitulasi Aspek Psikomotorik Siswa ... 44

4. Rekapitulasi Aspek Afektif Siswa ... 44

5. Rekapitulasi Hasil Analisis Kuesioner Siswa ... 45

6. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Ahli ... 47

7. Rekapitulasi Aspek Kognitif Siswa ... 48

8. Rekapitulasi Aspek Psikomotorik Siswa ... 49

9. Rekapitulasi Aspek Afektif Siswa ... 49

10.Rekapitulasi Hasil Analisis Kuesioner Siswa ... 50


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Servis Bawah ... 15

2. Passing Bawah ... 16

3. Passing Atas ... 16

4. Ukuran Bola ... 18

5. Peluit ... 19

6. Net/Jaring ... 19

7. Bendera Hakim Garis ... 20

8. Lapangan Bola Voli ... 20

9. Siswa Melakukan Teknik Passing Bawah ditempat dengan berhadapan 38 10.Siswa Melakukan Passing Bawah sambil berjalan secara berurutan dan bersamaan ... 39


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. SK Pembimbing ... 57

2. Usulan pembimbing ... 59

3. Ijin Penelitian dari Fakultas ... 60

4. Surat Ijin Penelitian dari UPTD Dikpora Kec. Pangkah Kab. Tegal ... 61

5. Surat Ijin Penelitian dari SD Negeri Kalikangkung 01 Kec. Pangkah Kab. Tegal ... 62

6. Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian ... 63

7. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Uji Skala Kecil ... 64

8. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Uji Skala Besar ... 67

9. Model Pembelajaran Teknik Dasar Passing Bawah dalam Bola Voli Mini ... 70

10.Daftar Siswa Uji Skala Kecil ... 81

11.Instrumen Penelitian Siswa Uji Coba Skala Kecil... 82

12.Hasil Kuesioner Uji Coba Skala Kecil ... 84

13.Lembar Evaluasi Ahli Uji Coba Skala Kecil ... 85

14.Hasil Evaluasi Ahli Uji Coba Skala Kecil ... 87

15.Saran dan Komentar Pengembangan dari Ahli Uji Skala Kecil ... 88

16.Daftar Siswa Uji Skala Besar ... 90

17.Instrumen Penelitian Siswa Uji Coba Skala Besar ... 91

18.Hasil Kuesioner Uji Coba Skala Besar ... 93

19.Lembar Evaluasi Ahli Uji Coba Skala Besar ... 94

20.Hasil Evaluasi Ahli Uji Coba Skala Besar ... 96

21.Saran dan Komentar Pengembangan dari Ahli Uji Skala Besar ... 97

22.Jadwal Kegiatan Penelitian I ... 99

23.Dokumentasi alat – alat ... 101

24.Dokumentasi Uji Coba Skala Kecil ... 102

25.Jadwal Kegiatan Penelitian II ... 106


(13)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani adalah proses interaksi sistematik antara anak didik dan lingkungan yang dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif dan efisien menuju pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang menunjang perkembangan siswa melalui kegiatan fisik atau gerakan insani. Hal ini kemudian disusun secara sistematik dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial siswa. Pembinaan dan pengembangan kesegaran jasmani merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya serta upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang ditujukan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat. Oleh karena itu, pembinaan kesegaran jasmani harus dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan, didalamnya ada proses pembelajaran. Apabila dibandingkan dengan proses pembelajaran mata pelajaran lainnya, proses pembelajaran pendidikan jasmani sangatlah berbeda. Pendidikan jasmani mengajak siswa untuk berkembang sesuai keinginannya, tetapi kenyataan lain dilapangan mengakibatkan pendidikan jasmani menjadi suatu mata pelajaran yang membosankan dan melelahkan serta tidak sesuai dengan konsep dasar pendidikan jasmani itu sendiri.


(14)

Kesegaran jasmani dari segi medis menunjukkan potensi fungsional dan potensi metabolik. Dengan demikian kesegaran jasmani merupakan wujud dari kapasitas fungsional seseorang untuk secara total melakukan kerja tertentu dengan hasil baik atau memuaskan dan tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan dan bergerak. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan oleh setiap manusia tentu akan berbeda. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan oleh seorang anak berbeda dengan yang dibutuhkan oleh orang dewasa, bahkan tingkat kebutuhannya sangat individual.

Pembelajaran Pendidikan Jasmani pada hakekatnya adalah belajar keterampilan gerak, dimana gerak manusia dimanipulasi dalam bentuk kegiatan fisik dan permainan/olahraga yang didalamnya terkandung nilai-nilai sikap/perilaku. Pendidikan jasmani menekankan aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh (kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral), yang merupakan tujuan pendidikan pada umumnya. Semua aktivitas jasmani ini bermuara pada aspek kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani. Tentu saja tanpa meninggalkan aspek-aspek lain yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani. Diantara aspek yang sangat berpengaruh pada tingkat kesegaran jasmani adalah penerapan pola hidup sehat. Penerapan pola hidup sehat ini dimulai proses pendidikan dan pembudayaan. Sehingga peningkatan kualitas fisik yang meliputi perbaikan status gizi, peningkatan status kesehatan, dan kesegaran jasmani juga harus dilakukan melalui proses pendidikan dan kebudayaan. Ini semua ditempuh melalui


(15)

pembinaan kesegaran jasmani, serta model pengembangan yang ditujukan kepada seluruh masyarakat.

Mata pelajaran pendidikan jasmani yang mempunyai alokasi waktu terbatas dalam satu minggunya jelas akan mempengaruhi tujuan dari pendidikan jasmani, sehingga proses pembelajaran tidak dapat mencapai tujuan pendidikan jasmani yang sebenarnya dan tidak dapat memberikan kontribusi maksimal bagi perkembangan anak. Sehingga perlu ada inovasi baru dalam proses pembelajaran penjasorkes di sekolah, yaitu menggunakan model, strategi, dan pendekatan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Model pembelajaran pada proses pembelajaran penjasorkes tidak harus mahal dan berbelit-belit. Oleh karena itu model pembelajaran tentunya didukung oleh sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. Salah satu kurang berkembangnya proses pembelajaran penjasorkes di sekolah dikarenakan kurang kreatifitas, inovatif, dan aktif para guru penjasorkes dalam menggunakan model pembelajaran. Proses pembelajaran penjasorkes harus didukung oleh sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, seperti alat-alat olahraga dan lapangan sebagai sumber belajar pembelajaran penjasorkes. Jika salah satu diantaranya kurang memadai baik terbatas secara kuantitas maupun kualitasnya maka sangat berpengaruh pada proses pembelajaran. Guru penjasorkes selalu menggunakan


(16)

sarana dan prasarana apa adanya secara terus menerus tanpa berpikir untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih menyenangkan dan inovatif.

Hal ini yang menyebabkan banyak siswa merasa jemu dan bosan. Banyak guru-guru penjasorkes yang masih menggunakan proses pembelajaran konvensional sehingga menjadikan proses pembelajaran menjadi monoton dan tidak menarik. Karena kebanyakan dari mereka menggunakan metode pembelajaran yang itu-itu saja dan menggunakan lapangan di lingkungan sekolah tanpa mencoba hal yang baru dengan pengembangan model pembelajaran yang telah dimodifikasi.

Menurut Ateng (1992:152) secara umum anak-anak sekolah dasar masih mengalami kesulitan dalam permainan bola voli mini yang disebabkan oleh dua faktor, pertama penggunaan peraturan yang baku tanpa adanya inisiatif dari guru penjas untuk memodifikasi permainan dan kedua, penggunaan metode pembelajaran yang tidak berorientasi kepada anak sehingga membuat anak bosan dan sulit mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu menimbulkan dampak dari kurangnya pengembangan model pembelajaran penjasorkes diantaranya mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani peserta didik sesuai dengan perkembangan gerak seusianya, khususnya pada teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini. Jika proses pembelajaran teknik dasar passing bawah dilakukan tanpa ada modifikasi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik maka pembelajaran terkesan monoton dan membosankan, apalagi hal ini dilakukan dengan aturan-aturan permainan bola voli yang baku.


(17)

Untuk itu perlu adanya pengembangan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk memberikan materi teknik dasar passing bawah pada permainan bola voli mini. Diantaranya modifikasi dalam penggunaan ukuran, berat, dan peralatan yang digunakan, yaitu berat bola voli dan tinggi net dengan pemanfaatan lapangan di luar sekolah. Karena selama ini sarana prasarana yang dimiliki di desain untuk orang dewasa, sehingga peneliti tertarik untuk memodifikasi yang didesain sedemikian rupa sesuai karakteristik anak-anak SD. Hal ini dimaksudkan untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran penjasorkes sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik siswa SD sehingga diharapkan siswa dapat mengikutinya dengan semangat yang tinggi tanpa menghilangkan hakekat teknik passing bawah pada bola voli mini. Pemanfaatan lingkungan fisik di luar disesuaikan dengan lingkungan sekitar sekolah. Dalam hal ini lapangan di luar sekolah yang dapat menunjang pembelajaran penjasorkes tanpa mengganggu aktivitas pembelajaran bidang studi yang lain.

Lapangan di luar sekolah yang dimaksud adalah memanfaatkan tanah pekarangan kosong yang berjarak 65 meter dari sebelah barat SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Dengan pemanfaatan tanah pekarangan kosong diharapkan siswa dapat memperoleh suasana baru yang berbeda dari biasanya, sehingga timbul kreativitas dan inovasi pembelajaran penjasorkes dalam pembelajaran teknik dasar pada permainan bola voli mini dengan penyederhanaan prasarana yang digunakan. Teknik passing bawah dalam


(18)

permainan bola voli mini dalam penelitian ini dibantu dengan papan yang berukuran tebal 1 cm, panjang 30 cm, dan lebar 20 cm.

Dari uraian dan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan model pembelajaran penjasorkes yang lebih menyenangkan, kreatif dan inovatif kedalam sebuah penelitian yang berjudul “Model Pembelajaran Teknik Dasar Passing Bawah dalam Bola Voli Mini melalui Pendekatan Lingkungan Tanah Pekarangan Kosong pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010 -2011 ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya “ Bagaimana model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli

mini melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong pada siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010-2011 ? ”.

1.3 Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan penelitian ini untuk menghasilkan pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong pada siswa kelas V SD Negeri

Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010-2011.


(19)

Produk yang diharapkan melalui penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran yang berupa modifikasi pada prasarana yang digunakan untuk memberikan materi teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong pada siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Modifikasi pengembangan tersebut meliputi ukuran, berat, lapangan, dan peralatan yang digunakan yaitu berat bola voli mini dan tinggi net tanpa mengenyamping hakikat teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli mini.

Produk yang dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan pihak sekolah, diantaranya : (1) sebagai wacana bagi guru penjasorkes untuk memperoleh informasi ilmiah tentang inovasi model pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar, (2) guru dapat menyediakan dan membuat prasarana dan media penjaskes secara sederhana sesuai dengan karakteristik anak SD, (3) memfasilitasi siswa untuk lebih banyak bergerak dalam suasana penjas yang riang gembira, (4) dapat menambah pengalaman siswa dalam mengikuti proses pembelajaran penjasorkes yang menyenangkan dan tidak membosankan, dan (5) dapat dijadikan referensi sekolah bahwa model pembelajaran penjasorkes dapat mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.

1.5 Pentingnya Pengembangan

Pembelajaran teknik dasar passing bawah bola voli mini selama ini menggunakan bola voli mini yang standar sehingga masih banyak anak-anak yang kesulitan memainkannya, hal ini karena bola tersebut hampir sama dengan bola voli dewasa sehingga akan menyulitkan bagi sebagian besar pemula dan guru


(20)

penjasorkes selama ini masih menggunakan pendekatan konvensional, monoton, dan kurang inovatif sesuai dengan karakteristik anak SD. Oleh karena itu menimbulkan pembelajaran yang membosankan, tidak menarik, dan tidak menyenangkan.

Pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong bagi siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal sangat penting untuk dilaksanakan sebagai bentuk variasi pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Pengembangan model pembelajaran yang akan dilaksanakan berupa modifikasi prasarana yang digunakan, yaitu berat bola voli mini, lapangan, media papan, dan tinggi net dalam mempelajari teknik dasar passing bawah melalui pendekatan lingkungan fisik luar sekolah, yaitu lingkungan tanah pekarangan kosong. Lingkungan tanah pekarangan kosong yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanah yang berada di sekitar rumah yang sudah tidak produktif.

1.6 Sumber Pemecahan Masalah

Ada beberapa sumber pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu : 1.6.1 Model Pembelajaran Teknik Dasar Passing Bawah dalam Bola Voli

Mini

Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini yang akan dimodifikasi dalam penggunaan prasarana yang digunakan, yaitu berat bola voli mini dan tinggi net agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, tidak membosankan, dan


(21)

menyenangkan bagi siswa. Passing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ayunan lengan bawah.

1.6.2 Lingkungan Fisik Luar Sekolah sebagai Sumber Belajar

Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan untuk anak tingkat Sekolah Dasar (SD). Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak, namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan fisik luar sekolah yang merupakan lingkungan pembelajar (sumber belajar) yang akan dimanfaatkan dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini, yaitu memanfaatkan tanah pekarangan kosong yang berjarak 65 meter dari sebelah barat SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.

1.6.3 Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah pembelajaran permainan bola voly mini dengan menggunakan teknik dasar passing bawah pada siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal dengan dipadukan lingkungan fisik luar sekolah yaitu tanah pekarangan yang cukup luas dan representatif sebagai media pembelajaran diharapkan dapat membantu guru Penjasorkes dalam memberikan pembelajaran permainan bola voly mini, sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(22)

10 2.1 Hakikat Model Pembelajaran

Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, dan terbimbing diharapkan dapat tercapai seperangkat tujuan yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial, dan moral spiritual yang optimal. Mengacu pada pentingnya pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, maka perlu adanya suatu model pembelajaran pendidikan jasmani yang dipadukan dengan mata pelajaran yang lain. Model pembelajaran tersebut merupakan salah satu inovasi yang dapat memberikan wahana bagi anak dalam beraktifitas yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Model pembelajaran ini juga diharapkan dapat memberikan suatu pola pemikiran kreatif dan inovatif bagi guru dalam meramu proses pembelajaran agar anak merasa senang dan tidak merasa terbebani dengan meteri pelajaran yang ada dalam kurikulum.

Menurut Forgarty yang dikutip dari artikel Depdiknas 2004 (diakses 25 Juni 2011) menyatakan ada sepuluh model yang berhubungan dengan keterpaduan, model-model itu adalah sebagai berikut:

1) Model Fragmented, yaitu model pembelajaran yang dilaksanakan secara terpisah yaitu hanya terfokus pada satu disiplin mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah.


(23)

2) Model Terhubung (connected), yaitu model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu topik dengan topik yang lain dalam satu bidang studi.

3) Model Nested, yaitu suatu model pembelajaran terpadu yang kaya dengan rancangan oleh kemampuan guru.

4) Model Sequenced, yaitu model pembelajaran terpadu di mana pada saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran maka ia dapat menyusun kembali urutan topik suatu mata pelajaran dan dimasukkannya topik mata pelajaran lain ke dalam urutan pengajarannya itu, tentu saja dalam topik yang sama atau relevan. Pada intinya satu mata pelajaran membawa serta pelajaran lain dan sebaliknya.

5) Model Shared, yaitu suatu model pembelajaran terpadu di mana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang,

6) Model Webed, yaitu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.

7) Model Threaded, yaitu suatu model pendekatan seperti melihat melalui teropong di mana titik pandang (focus) dapat mulai dari jarak terdekat dengan mata sampai titik terjauh dari mata.

8) Model Integrated, yaitu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, prinsip, dan sikap saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi.


(24)

9) Model Immersed, yaitu model dengan menyaring dari seluruh isi kurikulum dengan menggunakan suatu cara pandang tertentu. Misalnya, seseorang memadukan semua data dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran) kemudian menampilkannya melalui sesuatu yang diminatinya dalam suatu ide.

10)Model Networked, yaitu model pembelajaran terpadu yang berhubungan dari sumber luar sebagai masukan dan semuanya meningkatkan yang baru dan meluaskan ide-ide atau mengembangkan ide-ide. Misalnya, seorang arsitek mengadaptasi teknologi untuk mendesain network dengan teknik program dan meluaskan pengetahuan dasar seperti dia telah mengerjakan secara tradisional dengan pendisain bagian dalam ruangan.

Berdasarkan pendapat di atas, diambil suatu simpulan bahwa pembelajaran terpadu mempunyai model-model tertentu yang berhubungan dengan proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran terpadu merupakan perpaduan dua atau lebih materi-materi yang relevan pada suatu mata pelajaran yang ada di sekolah, yang diramu dalam satu skenario pembelajaran. Dalam penelitian ini adalah pembelajaran terpadu pada pengembangan modifikasi prasarana yang digunakan.

2.2 Hakikat Permainan Bola Voli Mini 2.2.1 Sejarah Permainan Bola Voli Mini

Olahraga bola voli menurut Artikel Asep Suharta yang diakses melalui Jurnal IPTEK Olahraga pada tanggal 8 Juli 2010 diciptakan oleh William C. Morgan di negara bagian Massauchusttes di Amerika Serikat selanjutnya berkembang dengan pesat dan menyebar ke berbagai penjuru dunia. Di tengah-tengah populernya permainan bola voli ternyata banyak sekali anak-anak di


(25)

berbagai negara yang tertarik dengan permainan ini. Oleh sebab itu diciptakanlah permainan bola voli mini dengan merubah berbagai peraturan dan perlengkapan sesuai kemampuan anak-anak usia 9-12 tahun.

Permainan bola voli mini memiliki karakteristik sama dengan permainan bola voli dewasa, yaitu olahraga beregu dimainkan oleh dua regu di setiap lapangan dengan dipisahkan oleh net. Tujuan dari permainan itu adalah agar setiap regu melewatkan bola secara teratur melalui atas net sampai bola tersebut jatuh menyentuh lantai di lapangan lawan dan mencegah agar bola yang dilewatkan tidak menyentuh lantai dalam permainan sendiri, karena agar tidak kehilangan point (http://www.Volleyball.ORG). Perbedaan bola voli mini dengan bola voli dewasa terletak peraturan yang dimodifikasi sehingga menjadi sederhana. Desain bola voli mini dikhususkan untuk anak-anak usia 9 sampai 13 tahun. Permainan bola voli mini didesain untuk 4 pemain untuk setiap timnya, artinya four versus four. Permainan bola voli mini adalah permainan bola voli yang dimainkan di atas lapangan kecil dengan empat orang pemain tiap timnya dan menggunakan permainan sederhana di lapangan dengan panjang 12 meter dan lebar lapangan 5,5 meter.

Permainan bola voli mini berperan dalam meningkatkan jumlah pemain aktif. Atlet muda akan lebih mudah mempelajari keterampilan bola voli. Permainan bola voli mini memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan berbagai kemampuan, fisik, mental dan sosial sebagai dasar dalam pengembangan prestasi bola voli sebenanrnya.


(26)

Permainan bola voli mini merupakan salah satu bentuk pencapaian tujuan pendidikan jasmani di sekolah dasar sebagaimana dikemukakan Ateng (1992 : 111) yaitu peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Terkait dengan itu analisis berikut ini menggambarkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bola voli mini, yaitu: (1) nilai-nilai sosial seperti kerjasama dan toleransi; (2) nilai-nilai kompetitif seperti sikap pantang menyerah, berusaha merebut peluang; (3) nilai-nilai sportivitas seperti mau mengakui keunggulan lawan dan mengakui keterbatasan diri; (4) keterampilan berpikir dan kreativitas seperti penerapan taktik dalam situasi permainan yang komplek untuk memenangkan suatu permainan; (5) taat pada aturan karena dalam permainan dibatasi oleh aturan-aturan yang disepakati bersama.

2.2.2 Teknik Dasar Bermaian Bola Voli Mini

Bermain bola voli mini secara esensial menggunakan teknik standar permainan bola voli yang lazim diberlakukan pada jenis Indoor Volleyball. Adapun teknik-teknik dasar bermain bola voli mini (Tim Abdi Guru, 2007 : 60) meliputi: (1) service, (2) passing atas dan passing bawah, (3) spike atau smash, (4) block atau bendungan.

2.2.2.1 Service

Permainan bola voli diawali dengan servis. Ada servis bawah dan servis atas. Service pun baru sebatas service yang paling sederhana, yaitu service tangan bawah. Service tersebut diperlukan untuk memulai sebuah permainan bola voli. Berikut langkah-langkah servis bawah :


(27)

1) Kaki kiri di depan

2) Badan condong ke depan

3) Tangan kiri di depan menyangga bola 4) Bola dilambungkan ketika hendak dipukul

5) Tangan kanan diayunkan ke belakang kemudian ke depan untuk memukul bola sekuat tenaga.

Gambar 1. Servis Bawah 2.2.2.2 Passing atas dan passing bawah

Passing bawah merupakan dasar dari permainan bola voli. Passing atas dan bawah perlu dikuasai karena rally permainan akan tercipta kalau anak-anak menguasai passing atas dan bawah dengan baik. Passing bawah sangat banyak manfaatnya antara lain : menerima servis, menahan smes dan memantulkan bola. Berikut langkah-langkah passing bawah :

1) Kedua lutut ditekuk 2) Badan condong ke depan

3) Tangan lurus ke depan (antara lutut dan bahu) 4) Persentuhan bola pada pergelangan tangan 5) Pandangan mata ke depan


(28)

Gambar 2. Passing Bawah

Sedangkan passing atas dilakukan di atas kepala dengan jari-jari tangan. Passing atas berguna untuk menerima servis, menerima operan teman, mengoper bola, mengumpan smes dan mengembalikan bola. Passing atas harus banyak dilatih supaya arah bola terkendali dan tidak sampai menimbulkan cedera jari tangan.

Gambar 3. Passing Atas

2.2.2.3 Spike (Smash)

Keterampilan dasar smash atau spike pada anak diawali dengan kemampuan memanipulasi bola atas dengan cara melompat ke atas (jumping) untuk kemudian menyeberangkan bola di atas net ke daerah pertahanan lawan.


(29)

Manipulasi bola yang dilakukan belum berbentuk pukulan smash atau spike secara keras, tetapi cenderung hanya merupakan sentuhan lunak dan dorongan. Gerakan smash atau spike yang keras membutuhkan pengalaman bermain dan dukungan kemampuan fisik, terutama power dan koordinasi. Gerakan smash atau spike yang paling awal diberikan kepada anak adalah jenis smash normal. Smash normal adalah smash yang lintasan bola umpan tinggi melambung parabola dengan lintasan yang mudah diprediksi.

Dengan demikian, mereka dapat merespon gerakan smash secara lebih mudah, dibandingakan dengan lintasan umpan yang straight (lurus), semi, atau pull smash.

2.2.2.4 Block atau Bendungan

Teknik membendung (blocking) pada umumnya belum banyak dilakukan oleh anak-anak. Mereka cenderung suka menunggu hasil serangan smash pihak lawan dengan menerima bola dengan menggunakan pass bawah. Kekuatan otot tungkai yang berkembang dan tinggi badan yang semakin berkembang akan memotivasi mereka mencoba melakukan bendungan atas serangan-serangan spike yang dilakukan pihak lawan. Ketrampilan melakukan bendungan (blocking) pada umumnya merupakan keterampilan yang belakangan dikuasai oleh anak-anak. Blocking merupakan keterampilan yang membutuhkan pengerahan power, akurasi, koordinasi. Namun demikian keberhasilan blocking memang lebih kecil, karena pihak spiker lebih diuntungkan dalam hal penguasaan bola. Keterampilan blocking memang sebaiknya terus menerus dilatihkan kepada anak sejak dini.


(30)

Kesimpulannya bahwa garis besar teknik dasar dan permainan bola voli mini dalam tataran keterampilan masih relatif sederhana, sebelum memulai permainan terlebih dahulu belajar dan berlatih teknik-teknik dasar tersebut. Penyederhanaan permainan bukan dengan cara menghilangkan teknik dasar, tetapi dengan cara melakukan modifikasi ukuran sarana dan prasarana yang digunakan, seperti ukuran lapangan, ukuran bola, ketinggian net, maupun lebar dan panjang lapangan. Namun demikian, tidak semua jenis teknik dasar harus terkuasai oleh anak-anak yang akan bermain.

2.2.3. Prasarana dan Sarana Permainan Bola Voli Mini

Setiap permainan dalam olahraga tentunya memiliki prasarana dan sarana seperti alat-alat olahraga, perlengkapan olahraga termasuk juga lapangan, dan sebagainya. Tanpa adanya perlengkapan prasarana dan sarana yang baik dan memadai, permainan tidak akan berjalan dengan baik atau kurang sempurna. Berikut prasarana dan sarana dalam permainan bola voli mini :

a) Bola

Bola merupakan peralatan utama dalam permainan bola voli. Bola voli memiliki berbagai jenis, tergantung kualitas bola. Dalam pertandingan rersmi ada aturan tentang bola voly yang digunakan. Bentuknya bulat dengan keliling bola 165-167 cm dan beratnya 260-280 gram dengan kombinasi warna yang menarik. Dalam permainan bola voli ini menggunakan bola dengan ukuran bola nomor 4, yang beratnya 230 – 250 gram.


(31)

Gambar 4. Ukuran Bola Nomor 4 b) Peluit

Peluit digunakan oleh wasit untuk mengabarkan permainan dimulai, permainan berakhir, serta terjadinya pelanggaran atau kesalahan, seperti bola mati, menyentuh net/jaring, dan lain-lain. Peluit harus terjaga dan dalam kondisi baik sehingga tidak mengganggu jalannya pertandingan sehingga peluit tidak macet dan tidak bunyi.

Gambar 5. Peluit c) Net atau Jaring

Net merupakan alat yang membagi dua lapangan sama besar dengan ukuran dan ketinggian yang sudah ditentukan. Ukuran net lebar 90 cm, panjang 7 m dan tinggi net putra 2,43 meter dan net putri 2,24 meter. Pada bagian atas ada pita yang menjempit net, kemudian pada bagian pinggir juga ada pita dan ada antena di sisi kiri dan kanan net pas di atas garis pinggir lapangan.


(32)

Gambar 6. Net/Jaring d) Bendera Hakim Baris

Alat ini berupa bendera kecil yang dipegang oleh hakim garis sebagai tanda untuk mengetahui sebuah bola jatuh di dalam atau di luar lapangan. Untuk menentukan apakah bola masuk atau keluar adalah penjaga garis atau hakim garis. Kalau bola jatuh di luar lapangan, maka hakim garis akan mengangkat bendera iyu. Bila masuk lapangan atau jatuh di dalam lapangan, maka hakim garis akan menunjuk ke dalam lapangan dengan bendera kecil tersebut.

Gambar 7. Bendera hakim garis e) Lapangan Permainan

Lapangan permainan bola voli mini berbentuk persegi panjang dengan ukuran sebagai berikut : berukuran panjang 12 meter, lebar lapangan 5,5 meter.


(33)

Gambar 8. Lapangan bola voli

Selain perlengkapan di atas, pemain juga perlu menggunakan perlengkapan yang lain meliputi perlengkapan standar pakaian olahraga, seperti: kaos bernomor, sepatu olahraga, dan celana pendek.

2.2.4 Peraturaan dalam Permainan Bola Voli

Dalam permainan bola agar permainan berjalan dengan baik dan lancar diperlukan sebuah peraturan. Peraturan dalam pertandingan bola voli adalah sebagai berikut :

2.2.4.1Peraturan antara Pemain dengan Bola

Peraturan-peraturan yang mengatur kontak antara pemain dengan bola adalah :

a) Setiap tim boleh menyentuh bola secara bergiliran untuk mengirim kembali bola ke daerah laan paling banyak tiga kali. Perlu diketahui, sentuhan ketika melakukan bloking tidak dihitung.

b) Bola boleh disentuh dengan semua bagian tubuh mulai lutut ke atas. c) Bola boleh menyentuh sejumlah bagian tubuh tetapi tidak serentak.


(34)

d) Jika bola berhenti sejenak di tangan atau lenganmu, tim dianggap sebagai memegang bola.

e) Seseorang pemain yang menyentuh/memukul bola lebih dari sekali tanpa diselingi dari pemain lain disebut double contact (dua kali sentuh). Namun pemain yang melakukan bloking bola boleh memukul bola sebanyak dua kali tanpa diselingi sentuhan dari pemain lain.

f) Jika terjadi sentuhan bersama-sama oleh kedua pemain yang berlawanan, dinyatakan tertahan. Ini merupakan suatu kesalahan ganda dan reli tidak diulangi permainan diteruskan.

g) Dua pemain dari tim yang sama menyentuh bola secara bersamaan, dianggap sebagai dua kali sentuhan bagi tim tersebut.

h) Jika menempatkan salah satu anggota tubuh melebihi tinggi net, dianggap akan melakukan bloking. Bloking hanya dapat dilakukan oleh pemain depan. i) Bila dua pemain menyentuh bola saat bloking, maka hanya dianggap sebagai

satu pukulan.

j) Pemain yang melakukan bloking diperbolehkan menggapai sampai melewati net untuk menahan bola. Asalkan, bola telah dipukul oleh pemain lawan dan bila dapat melewati net bila tidak dihalangi oleh pemain bertahan.

2.2.4.2Peraturan Permainan di Sekitar Net dan Garis Tengah

Peraturan permainan di sekitar net dan garis tengah adalah sebagai berikut :

a) Bola dapat tetap dimainkan jika menyentuh bagian net yang sah. b) Seorang pemain tidak boleh menyentuh net.


(35)

c) Ada kalanya bola dipukul dengan keras ke arah net sehingga menyentuh pemain lawan. Hal itu bukan merupakan kesalahan bagi pemain yang tersentuh net.

d) Saat melakukan smash, tangan boleh melewati net, tetapi hanya gerakan terakhirnya.

e) Kaki boleh berada di daerah lawan. Namun sebagian dari kaki tersebut harus tetap berada di atas garis tengah.

f) Boleh melewati garis datar vertikal, asal tidak boleh bersentuhan dengan pemain lawan. Garis datar vertikal adalah bidang khayal perpanjangan net ke atas dan ke bawah.

g) Menyentuh net atau melewati garis tengah bukan merupakan kesalahan pada saat bola mati. Bola mati terjadi karena beberapa alasan. Pertama, bola menyentuh lantai. Kedua bola keluar dari lapangan pertandingan. Ketiga ketika reli berakhir karena wasit meniupkan peluitnya.

h) Tidak boleh melakukan smash sebelum bola melewati net di daerah sendiri. Smash atau adalah mengembalikan bola dengan pisi tangan lebih tinggi dari pada net spike. Smash hanya boleh dilakukan oleh pemain depan. Namun pemain belakang boleh melakukan smash jika melakukan lompatan dari belakang garis serang.

i) Pemain belakang tidak boleh melakukan bloking.

j) Bola harus menyeberangi net dengan melewati bagian net yang sah. Bola yang jatuh tepat di atas garis-garis batas dianggap masuk.


(36)

k) Pemain boleh berada di luar lapangan pertandingan untuk memukul bola. Bola pihak lawan yang keluar lapangan tidak boleh ditangkap sebelum menyentuh lantai daerah luar lapangan.

2.2.4.3Peraturan Pergantian Pemain

a) Satu posisi dalam susunan tim dapat diisi oleh beberapa pun jumlah pemain. b) Jika seorang pemain sudah menempati satu posisi, ia tidak boleh memasuki

posisi lain. Kecuali, jika ada pemain yang cedera sehingga harus ada pergantian istimewa.

c) Dalam peraturan internasional, suatu tim hanya boleh melakukan enam kali pergantian setiap set. Jadi seorang pemain hanya boleh satu kali masuk ke lapangan. Itu tidak termasuk pada saat pertandingan dimulai.

d) Pergantian boleh dilakukan sebanyak dua kali dalam satu set permainan pemain. Kecuali terjadi cesdera yang mengharuskan adanya pergantian istimewa.

2.2.5 Hakikat Bola Voli Mini untuk Siswa Sekolah Dasar

Permainan bola voli mini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan anak sekolah dasar. Teknik memainkan bola voli mini memiliki karakteristik yang sama dengan bola voli dewasa. Yaitu memainkan bola dengan syarat pantulan bola saat perkenaan bola bersih dan sempurna sesuai peraturan. Permainan bolavoli formal standar indoor pada hakikatnya merupakan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa. Melalui modifikasi tentunya, permainan bola voli akan menjadi sebuah permainan yang menarik bagi anak-anak. Modifikasi yang dimaksudkan adalah berkenaan dengan penyederhanaan karakteristik


(37)

permainan bola voli. Penyederhanaan dilakukan dengan melakukan penyesuaian ukuran lapangan dan peralatan dengan ukuran fisik anak-anak. Penyederhanaan juga dapat dilakukan dengan memodifikasi peraturan. Dengan demikian, esensi pembinaan olahraga dini dapat dilakukan dengan cara melakukan modifikasi karakteristik permainan bola voli dengan adaptasi perkembangan anak.

Kesimpulannya bahwa hakekat permainan bola voli adalah memantul-mantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai, Bola dinyatakan dalam pertandingan apabila bola sudah diservis melewati atas net ke daerah lawan. Dalam permainan bola voli tim yang memenangkan sebuah reli memperoleh satu angka.

2.3 Karakteristik Anak Usia 10 – 12 Tahun

Pada masa anak usia 10-12 tahun pertumbuhan cenderung relatif lambat. Walaupun pertumbuhan itu lambat, tetapi mempunyai waktu belajar cepat dan keadaan ini dapat dipertimbangkan pula sebagai konsolidasi pertumbuhan yang ditandai dengan kesempurnaan dan kestabilan terhadap keterampilan dan kemampuan yang telah ada dibandingkan yang baru dipelajari.

Pada masa tersebut juga terjadi perubahan dimana anak yang pada mulanya bergerak dari kondisi lingkungan rumah ke lingkungan sekolah. Pengaturan besar-besaran diperlukan untuk pengembangan tugas-tugas pada umur itu. Pada anak usia sekolah dasar pertumbuhan yang nampak jelas adalah pertambahan panjang lengan dan kaki, koordinasi antara tangan dan mata serta kaki dan mata bertambah baik pula. Keberanian juga lebih berkembang hal ini


(38)

baik terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan. Anak perempuan karena itu harus dibimbing untuk mengembangkan kekuatan badan bagian atas yang sangat berguna untuk memelihara berat badannya.

Pada masa ini aktivitas olahraga sangat dianjurkan bagi anak-anak usia sekolah dasar, pertumbuhan dan koordinasi yang terus berlanjut akan mengalami penyempurnaan pada usia – usia tersebut, tetapi yang benar-benar menonjol adalah perkembangan keseimbangan dan keterampilan terutama dalam melakukan olahraga atletik (Sadoso, 1992:133).

Keterampilan dasar motorik dan perkembangannya selama masa ini yang paling menonjol adalah :

a. Keseimbangan (balance), pada anak laki-laki memiliki keseimbangan dan keterampilan yang lebih baik jika dibandingkan anak perempuan.

b. Ketepatan (accuracy), anak perempuan biasanya memiliki ketepatan yang lebih baik daripada anak laki-laki

c. Ketangkasan (agility), pada anak perempuan memiliki ketangkasan lebih baik sampai umur tigabelas tahun.

d. Penguasaan batas (control), anak perempuan memiliki kemampuan kontrol lebih baik daripada anak laki-laki pada usia ini, tetapi setelah usia empatbelas tahun anak laki-laki menampakkan kemajuan yang lebih baik.

e. Kekuatan (strength), anak laki-laki memang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari anak perempuan.

Kesimpulannya keterampilan dasar motorik sangat penting artinya dalam pemberian program latihan olahraga dan pada anak perempuan perlu sekali


(39)

penekanan pada latihan-latihan keseimbangan, ketangkasan, kontrol dan kekuatan yang nantinya berguna bagi perkembangan tubuhnya di masa mendatang.

2.4 Model Pembelajaran dengan Pendekatan Lingkungan

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Menurut Akhmat Sudrajat (http://smacepiring.wordpress.com/) dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.


(40)

4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Kesimpulannya bahwa pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan sumber belajar di lingkungan tanah pekarangan kosong. Karena sebelumnya pembelajaran penjasorkes hanya dilingkungan lapangan sekolah maupun kelas. Hal ini dimaksudkan untuk menambah pengalaman baru bagi siswa agar lebih menantang dan menyenangkan.

Sedangkan model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan adalah suatu stategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar dan sarana belajar. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan. Menurut Piaget dalam Suprayitno (1992: 125) perkembangan interaksi dengan obyek-obyek di lingkungan anak mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap berpikir anak daripada yang ditimbulkan oleh pengetahuan yang di sampaikan melalui cerita yang bersifat verbal. Jadi membawa anak ke lingkungan asli dari obyek yang diamati dapat menunjang perkembangan berpikir.

Kesimpulannya bahwa model pembelajaran melalui pendekatan lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan tanah pekarangan kosong yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam mempelajari teknik dasar passing bawah bola voli mini terletak di sebelah barat sekolah SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.


(41)

2.5 Kerangka Berpikir

Penelitian pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah yang akan dilaksanakan di pekarangan kosong sekitar sekolah akan dimodifikasi dalam bentuk lapangan, media pembelajaran, jenis bola, dan ukuran net. Sesuai dengan landasan teori yang ada bahwa standar ukuran lapangan bola volli mini panjangnya 12 m dan lebar 5,5 m, bola beratnya 260-280 gram, sedangkan ukuran net lebar 90 cm, panjang 7 m, dan tinggi net untuk putra 2,43m, untuk putri 2,24 m. Dalam penelitian pengembangan ini akan dimodifikasi dalam bentuk lapangan panjangnya 10 m dan lebar 5 m, berat bola 73 gram, dan ukuran net lebar 80 cm, panjang 6 m, serta tinggi net untuk putra 180 m dan putri 160 m.

Sehingga dengan pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah yang telah dimodifikasi dapat memberikan suasana yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Adanya modifikasi tersebut disesuaikan berdasarkan karakteristik siswa-siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Berikut alur penelitian model pembelajaran :


(42)

Bagan 1. Alur Penelitian Model Pembelajaran Teknik Dasar Passing Bawah Evaluasi model pembelajaran awal Penelitian Awal

Evaluasi produk awal dan observasi lapangan (tanah pekarangan kosong)

Uji coba I (skala kecil)

Pengamatan (Observasi)

Evaluasi hasil penelitian I Revisi hasil uji

coba I Uji coba II

(skala besar) Evaluasi hasil

penelitian II Kesimpulan model


(43)

31 3.1 Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian berbasis pengembangan (research - based development) yang tujuan penggunaannya untuk pemecahan masalah praktis yang berorientasi pada produk. Penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dengan modifikasi pada prasarana permainan, yaitu lapangan, berat bola voli, media pembelajaran, dan tinggi net yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak usia SD melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong.

3.2 Prosedur Pengembangan

Menurut Borg dan Gall yang dikutip dari Petunjuk Pelaksanaan Program Penelitian Pemayungan (PKG PGSD UNNES,2010 : 4) penelitian pengembangan adalah suatu proses yang banyak digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Pada dasarnya prosedur penelitian pengembangan terdiri dari dua tujuan utama, yaitu : (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk untuk mencapai tujuan.

Dalam pengembangan produk salah satunya adalah menghasilkan produk model pembelajaran penjasorkes di sekolah, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi, termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka.


(44)

2. Mengembangkan bentuk produk awal sesuai materi yang dikembangkan berdasarkan pada kajian teorinya

3. Evaluasi produk awal yang sudah dibuat oleh para ahli, dengan menggunakan seorang ahli pendidikan jasmani dan olahraga dan dua orang guru penjasorkes (teman sejawat)

4. Melakukan uji coba skala kecil dengan menggunakan lembar evaluasi dan kuesioner tentang pelaksanaan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dalam sebuah modifikasi berat bola voli mini dan tinggi net.

5. Lakukan revisi produk pertama dari hasil evaluasi ahli dan teman sejawat dari uji coba skala kecil

6. Lakukan uji skala besar di lapangan tanah pekarangan kosong dengan menggunakan model pembelajaran yang sudah direvisi

7. Evaluasi dan analisis uji coba akhir di lapangan tanah pekarangan kosong berdasarkan instrumen pengamatan dan angket / kuesioner

8. Tentukan hasil penelitian dan kesimpulan pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal

3.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk penelitian ini bertujuan untuk memperoleh efektifitas, efesiensi, dan kebermanfaatan dari produk yang dihasilkan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan uji coba produk adalah sebagai berikut :


(45)

3.3.1 Desain Uji Coba

Desain uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan dan segi pemanfaatan produk yang dikembangkan. Desain uji coba yang dilaksanakan terdiri dari :

3.3.1.1Evaluasi Ahli

Sebelum pengembangan pembelajaran dikembangkan terlebih dahulu dievaluasi (validasi) oleh satu orang ahli pendidikan jasmani dan olahraga (Pembimbing Penjasorkes) dan dua orang ahli pembelajaran penjasokes (Guru Penjasorkes).

Variabel yang dievaluasi oleh ahli adalah teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dengan modifikasi perlengkapan prasarana meliputi berat bola voli mini dan tinggi net pada pemanfaatan lingkungan tanah pekarangan kosong sebagai sumber belajar.

Adapun hasil dari evaluasi para ahli dipergunakan sebagai acuan dasar pengembangan produk setelah ada revisi produk.

3.3.1.2Uji Coba Kelompok Kecil

Pada tahapan ini produk yang telah dianalisis dan direvisi oleh para ahli diujicobakan kepada siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal sebanyak 12 siswa. Setelah diujicobakan siswa mengisi lembar kuesioner (angket) tentang modifikasi permainan yang merupakan model PAIKEM.


(46)

3.3.1.3Uji Lapangan

Dari hasil uji coba kelompok kecil setelah dianalisis dan direvisi, diujicobakan kepada siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal sebanyak 28 siswa. Setelah pelaksanaan uji coba selesai siswa mengisi lembar kuesioner (angket) sebagai hasil akhir dari penelitian pengembangan. Dari hasil tersebut akan diambil sebuah kesimpulan.

3.3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang terlibat dalam uji coba model pengembangan sebagai berikut :

a. Satu orang ahli pendidikan jasmani dan olahraga (Pembimbing Penjasorkes) b. Dua orang ahli pembelajaran penjasokes (Guru Penjasorkes)

c. Siswa yang terlibat uji coba skala kecil berjumlah 12 orang.

d. Siswa yang terlibat dalam uji coba skala besar berjumlah 28 orang.

3.4 Jenis Data

Jenis data yang diperoleh adalah data numeric (angka) yang diperoleh dari hasil observasi dan kuesioner yang kemudian diinterpretasikan kedalam data kualitatif.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner (angket) tertutup dengan 4 pilihan jawaban dan lembar observasi berbentuk skala 1 sampai 5 dengan cara memberi tanda “√” pada kolom yang tersedia. Lembar evaluasi digunakan untuk menghimpun data dari para ahli (dosen penjasorkes dan


(47)

ahli pembelajaran) dengan model yang dikembangkan apakah sudah efektif dan efisien untuk pembelajaran penjasorkes. Sedangkan kuesioner untuk siswa yang digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil evaluasi ahli dalam pelaksanaan setelah uji coba. Kuesioner yang akan diberikan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut instrumen penelitiannya :

3.5.1 Instrumen Pendahuluan (Analisis Kebutuhan)

a. Karakteristik dan kelayakan lokal lingkungan fisik luar sekolah sebagai tempat pengembangan model

b. Sejauhmana motivasi peserta didik dalam aktivitas gerak dalam penjasorkes selama ini di SD Negeri Kalikangkung 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal

c. Sudah pernahkah guru mengembangkan model pembelajaran pada prasarana yang digunakan (alat) dengan pendekatan lingkungan fisik luar sekolah yaitu lingkungan tanah pekarangan kosong

d. Sejauhmana efektifitas dan efesiensi pengembangan modifikasi teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dilaksanakan

3.5.2 Instrumen Evaluasi oleh Para Ahli

a. Kesesuaian teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini yang baku b. Kejelasan petunjuk model yang dikembangkan

c. Kesesuaian prasarana dan sarana yang digunakan

d. Mendorong perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik, dan fisik e. Ketepatan pemilihan model ditinjau dari berbagai aspek


(48)

g. Kemudahan model pembelajaran yang dikembangkan 3.5.3 Instrumen Kuesioner untuk Peserta Didik

a. Tingkat kesulitan peserta didik dalam melaksanakan model pembelajaran baik secara teknik maupun peraturan yang diberlakukan

b. Sejauhmana peningkatan peserta didik setelah melakukan model yang dikembangkan, baik secara kognitif, afektif, psikomotorik, dan fisik

c. Sejauhmana pengaruh sosial peserta didik setelah melakukan model yang dikembangkan

d. Sejauhmana kemampuan peserta didik dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dengan pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong

3.5.4 Penilaian Materi pada Uji Coba

a. Ketetapan teknik dasar passing bawah pada bola voli mini b. Peraturan baku tentang prasarana dan sarana yang digunakan c. Keefektifitasan pengembangan model pembelajaran

3.5.5 Penilaian Prasarana dan Sarana pada Uji Coba a. Pemanfaatan lingkungan fisik luar sekolah

b. Pemanfaatan berat bola dan tinggi net yang dimodifikasi c. Peraturan baku tentang bola voli dan tinggi net

3.6 Analisa Data

Untuk menganalisa data diperlukan suatu teknik analisis yang sesuai dengan bentuk data yang terkumpul. Data yang terkumpul dalam penelitian ini


(49)

berupa data numeric (angka) maka menggunakan teknik statistik deskriptif dengan analisis deskriptif prosentase.

Kemudian instrumen yang sudah valid dan reliabel digunakan untuk mengumpulkan data. Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan nomor pertanyaan dan alternatif jawaban. Persentase alternatif jawaban dihitung menggunakan :

x100% sampel

seluruh jumlah

jawaban alternatif

jumlah jawaban

Presentase

Kriteria persentase berdasarkan Moh. Ali dalam skripsi Wiro Sudono (2007 : 34) adalah sebagai berikut :

76 % sampai dengan 100 % : baik 56 % sampai dengan 75 % : cukup baik 46 % sampai dengan 55 % : kurang baik Kurang dari 45 % : tidak baik


(50)

38

4.1. Penyajian Data Hasil Uji Coba Skala Kecil 4.1.1 Diskripsi Draf Produk Awal

Produk yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran Penjasorkes adalah model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini yang dimodifikasi melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong untuk siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kec. Pangkah Kabupaten Tegal. Sebelumnya penelitian dimulai, terlebih dahulu melakukan analisis kebutuhan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Analisis tujuan dan karakteristik teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini untuk anak Sekolah Dasar (SD).

2. Analisis karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD).

3. Mengkaji literatur tentang prinsip-prinsip atau cara mengembangkan model pembelajaran yang dimodifikasi melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong

4. Menetapkan prinsip-prinsip untuk pengembangan model modifikasi melalui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong

5. Menetapkan tujuan isi, dan strategi pengelolaan pembelajaran. 6. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.

7. Menyusun produk awal model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini


(51)

Setelah melalui proses desain maka dihasilkan produk awal model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini yang disesuaikan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Berikut ini adalah draf produk awal teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini yang belum divalidasi oleh ahli dan guru Penjasorkes SD :

Draf Awal Pelaksanaan Uji Coba Skala Kecil (Jumlah siswa 12 anak)

a. Pertama, siswa terbagi menjadi 2 shaf saling berhadapan yang terdiri dari 6 anak. Secara bergantian anak melakukan teknik passing bawah ditempat dengan pasangan dihadapannya. Pasangannya menghitung banyaknya melakukan passing bawah sampai batas waktu yang ditentukan. Setelah waktu yang ditentukan habis, langsung berganti dengan pasangannya yang melakukan passing bawah ditempat. Begitu seterusnya sampai batas waktu 10 menit.

Gambar 9. Siswa melakukan teknik passing bawah ditempat dengan berhadap-hadapan


(52)

b. Selanjutnya siswa melakukan teknik passing bawah sambil berjalan berurutan secara serentak dan bolak-balik sampai batas waktu yang ditentukan. Pada saat melakukan passing bawah, bola diusahakan jangan sampai jatuh.

Gambar 10. Siswa melakukan passing bawah sambil berjalan secara berurutan dan bersamaan

c. Kemudian dilanjutkan melakukan teknik passing bawah berpasangan. Setiap pasangan melakukan passing bawah dengan teman pasangannya secara bergantian. Pada saat melakukan passing bawah berpasangan, bola diusahakan jangan sampai jatuh. Sehingga tiap anak berusaha mengejar arah bola agar bola tidak jatuh ke tanah. Waktu yang digunakan untuk melakukan passing bawah berpasangan yaitu 15 menit.


(53)

Gambar 11. Siswa melakukan passing bawah berpasangan

4.1.2 Validasi Ahli

Draf produk awal model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini divalidasi terlebih dahulu oleh para ahli yaitu satu orang ahli yang berasal dari dosen, yaitu Ibu Rumini, S.Pd, M.Pd dan dua ahli pembelajar Penjasorkes (Tim Expert) yaitu Bapak Subechi,S.Pd dan Bapak Kuntoro,S.Pd. Validasi dilakukan dengan cara memberikan draf produk awal model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini, dengan disertai lembar evaluasi untuk ahli dan pembelajar Penjasorkes Sekolah Dasar (SD). Lembar evaluasi berupa koesioner yang berisi aspek kualitas model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini, saran serta komentar dari ahli Penjasorkes dan pembelajar Penjasorkes Sekolah Dasar (SD) terhadap model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini. Hasil evaluasi berupa nilai dari aspek kualitas model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dengan menggunakan Skala Likert mulai 1 sampai 5.


(54)

Lembar evaluasi untuk kualitas model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dapat dilihat pada lampiran 5.

4.2. Hasil Analisis Data Uji Coba Skala Kecil

Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para ahli dan siswa merupakan data awal untuk menyatakan apakah produk model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini layak digunakan dengan pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong. Adapun jumlah siswa yang mengikuti uji coba skala kecil sebanyak 12 anak. Berikut ini adalah hasil pengisian kuesioner dari para ahli dan pembelajar Penjasorkes Sekolah Dasar (SD).

Tabel 1.

Rekapitulasi Hasil Kuesioner Ahli No. Alternatif

Jawaban Ahli Penjasorkes Ahli Pembelajar Penjasorkes 1 Ahli Pembelajar Penjasorkes 2

1. Tidak baik 0 0 0

2. Kurang baik 0 0 0

3. Cukup baik 5 2 2

4. Baik 4 5 7

5. Baik sekali 6 8 6

Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh ahli Penjasorkes dan pembelajar Penjasorkes dapat disimpulkan bahwa menurut pendapat ahli penjasorkes ada 5 aspek yang dinyatakan cukup baik, ahli pembelajar penjasorkes 1 mengatakan ada 2 aspek yang dinyatakan cukup baik, dan ahli pembelajar penjasorkes 2 menyatakan 2 aspek dinyatakan cukup baik. Hal ini yang menjadikan model pembelajaran perlu diperbaiki karena ada beberapa alternatif jawaban masih menyatakan cukup baik. Oleh karena itu perlu


(55)

ada revisi lebih lanjut agar pengembangan model pembelajaran teknik dasar passingzz bawah dalam bola voli mini menjadi efektif. Hasil evaluasi ahli untuk kualitas model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dapat dilihat pada lampiran 6.

Sedangkan hasil analisis tiap ahli secara keseluruhan, diperoleh bahwa model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini sudah termasuk baik. Hal ini dapat dilihat prosentase jawaban para ahli dalam diagram batang berikut ini :

Diagram 1

Diagram Rekapitulasi Prosentase Jawaban Ahli

0% 20% 40% 60% 80% 100% Ahli Penjasorkes Ahli Pembelajar Penjasorkes 1 Ahli Pembelajar Penjasorkes 2 67% 87% 87% pro sent ase jaw ab an

Sesuai dengan diagram di atas, menurut ahli Penjasorkes mengatakan bahwa 67% model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini cukup baik dan ahli pembelajar Penjasorkes 1 dan 2 sama-sama berpendapat bahwa 87% pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini sudah baik. Masukan berupa saran dan komentar pada produk pengembangan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini, sangat diperlukan untuk perbaikan terhadap model tersebut. Saran perbaikan model dan


(56)

komentar umum untuk kualitas model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dapat di lihat pada lampiran 7.

Setelah produk pengembangan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini divalidasi oleh ahli dan pembelajar Penjasorkes, maka dilakukan revisi sesuai kebutuhan perbaikan. Perbaikan revisi tersebut diuji cobakan kepada kelompok kecil yaitu siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kec. Pangkah Kabupaten Tegal, yang berjumlah 12 orang.

Data yang diperoleh dari uji coba skala kecil digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi produk sebelum digunakan pada uji coba lapangan. Data tersebut dikategorikan ke dalam tiga aspek penilaian, yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Berikut rekapitulasi hasil kuesioner skala kecil :

Tabel 2.

Rekapitulasi Aspek Kognitif Siswa

No. Indikator pertanyaan Prosentase

Jawaban Siswa 1. 2. 3. 4. 5.

Dapat mengetahui teknik dasar passing bawah Teknik dasar passing bawah sudah pernah diajarkan Latihan teknik dasar passing bawah dapat menambah pengetahuan siswa

Melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum latihan dimulai

Dapat mengikuti petunjuk guru dalam latihan teknik dasar passing bawah

100 % 83 % 83 % 100 % 100 % Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Dari hasil rekapitulasi aspek kognitif siswa, diperoleh prosentase jawaban siswa rata-rata lebih dari 50 %. Untuk itu pada aspek ini, siswa telah dapat melaksanakan dengan baik semua permainan di lingkungan tanah pekarangan kosong. Sehingga teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini pada permainan ini sangat efektif untuk siswa sekolah dasar.


(57)

Tabel 3.

Rekapitulasi Aspek Psikomotorik Siswa

No. Indikator pertanyaan Prosentase

Jawaban Siswa 1. 2. 3. 4. 5.

Dapat melakukan teknik dasar passing bawah di tempat dengan baik

Dapat melakukan teknik dasar passing bawah berjalan berurutan tanpa bola jatuh dengan baik

Dapat melakukan teknik dasar passing bawah berpasangan dengan baik

Dapat melakukan semua latihan teknik dasar passing bawah dengan baik

Dapat melakukan semua latihan tadi tanpa ada bola yang jatuh ke tanah

92 % 67 % 75 % 83 % 75 % Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Dari hasil rekapitulasi aspek psikomotorik siswa, disimpulkan bahwa pada latihan teknik dasar passing bawah, masih terdapat beberapa siswa yang belum maksimal melakukan teknik dasar passing bawah dengan baik. Untuk itu pada aspek ini perlu ada revisi atau perbaikan model pembelajaran.

Tabel 4.

Rekapitulasi Aspek Afektif Siswa

No. Indikator pertanyaan Prosentase

Jawaban Siswa 1. 2. 3. 4. 5.

Siswa merasa senang melakukan serangkaian teknik dasar passing bawah di tanah pekarangan kosong Siswa merasa tertarik melakukan permainan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini yang diadakan di lingkungan tanah pekarangan kosong Siswa bersungguh-sungguh dalam melakukan pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini

Siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini

Selama latihan siswa dapat bekerja sama dengan pasangannya 92 % 100 % 83 % 100 % 100 % Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Dari hasil rekapitulasi aspek afektif siswa, disimpulkan bahwa 12 siswa yang mengikuti permainan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini 90 %


(58)

siswa sudah merasa senang dan tertarik melakukan model permainan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini di lingkungan tanah pekarangan kosong.

Tabel 5.

Rekapitulasi Hasil Analisis Kuesioner Siswa No. Aspek penilaian Jumlah total

Siswa

Jumlah siswa

menjawab “ya” Prosentase siswa

1. Kognitif 12 10 83 %

2. Psikomotorik 12 9 75 %

3. Afektif 12 10 83 %

Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa seluruh aspek terlihat sudah baik, akan tetapi ada beberapa teknik yang kurang maksimal. Untuk itu perlu adanya revisi guna kesempurnaan model pembelajaran. Oleh karena itu perlu ada revisi model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini tersebut agar pengembangan model pembelajaran dapat berhasil menjadi pembelajaran yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

4.3. Revisi Produk Awal (Uji Coba Skala Kecil)

Berdasarkan saran dari ahli dan pembelajar Penjasorkes Sekolah Dasar pada produk atau model seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat segera dilaksanakan revisi produk. Proses revisi produk berdasarkan saran dari ahli dan pembelajar Penjasorkes sebagai berikut : untuk menjadikan pembelajaran yang lebih menarik dan menantang serta tidak monoton, sebaiknya ditambah satu kegiatan yaitu teknik passing bawah berpasangan melalui net/pembatas yang berupa jaring-jaring terbuat dari tali rafia dengan ketinggian pembatas adalah 160


(59)

cm dan 180 cm. Oleh karena itu teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini perlu direvisi.

4.4. Penyajian Data Hasil Uji Coba Skala Besar 4.4.1 Diskripsi Produk Kedua

Setelah melalui revisi dari para ahli dan hasil kuesioner siswa, maka produk awal dirubah menjadi model pembelajaran yang efektif dan lebih aktif Revisi produk yang semula hanya tiga kegiatan, setelah ada revisi bertambah menjadi empat kegiatan yaitu teknik passing bawah berpasangan melalui net/pembatas yang berupa jaring-jaring terbuat dari tali rafia dengan ketinggian pembatas adalah 160 cm dan 180 cm dalam waktu 15 menit tanpa ada bola yang jatuh.

4.4.2 Hasil Analisis Data Uji Coba Lapangan (Skala Besar)

Data hasil uji coba skala kecil yang sudah direvisi akan diterapkan pada kelompok skala besar yang berjumlah 28 siswa. Hasil analisis data skala besar merupakan pedoman untuk menyatakan apakah produk model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini efektif digunakan di lingkungan tanah pekarangan kosong. Berikut ini adalah hasil pengisian kuesioner dari para ahli dan pembelajar penjasorkes Sekolah Dasar (SD).


(60)

Tabel 6.

Rekapitulasi Hasil Kuesioner Ahli No. Alternatif

Jawaban Ahli Penjasorkes Ahli Pembelajar Penjasorkes 1 Ahli Pembelajar Penjasorkes 2

1. Tidak baik 0 0 0

2. Kurang baik 0 0 0

3. Cukup baik 0 0 0

4. Baik 0 1 2

5. Baik sekali 15 14 13

Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh ahli Penjasorkes dan pembelajar Penjasorkes yang dilakukan siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kec. Pangkah Kabupaten Tegal dapat disimpulkan bahwa dari tiga ahli menyatakan bahwa pengembangan model pembelajaran sudah masuk dalam kategori penilaian sangat baik. Ini terlihat ada peningkatan yang signifikan dalam prosentase jawaban siswa. Hasil evaluasi ahli untuk kualitas model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dapat dilihat pada lampiran 12.

Hasil analisis tiap ahli secara keseluruhan, dapat dilihat dari hasil prosentase jawaban dalam diagram batang berikut ini :

Diagram 2

Diagram Rekapitulasi Prosentase Jawaban Ahli

80% 85% 90% 95% 100% Ahli Penjasorkes Ahli Pembelajar Penjasorkes 1 Ahli Pembelajar Penjasorkes 2 100% 93% 87% pros ent as e j aw aba n


(61)

Sesuai dengan diagram di atas, ahli penjasorkes menyatakan bahwa secara keseluruhan pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini sangat baik dan efektif untuk melatih keseimbangan statis anak sekolah dasar.

Pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini menurut hasil kuesioner siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kec. Pangkah Kabupaten Tegal yang berjumlah 28 orang, sebagai berikut :

Tabel 7.

Rekapitulasi Aspek Kognitif Siswa

No. Indikator pertanyaan Prosentase

Jawaban Siswa 1. 2. 3. 4. 5.

Dapat mengetahui teknik dasar passing bawah Teknik dasar passing bawah sudah pernah diajarkan Latihan teknik dasar passing bawah dapat menambah pengetahuan siswa

Melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum latihan dimulai

Dapat mengikuti petunjuk guru dalam latihan teknik dasar passing bawah

100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Dari hasil rekapitulasi aspek kognitif siswa, terlihat semua siswa dapat melaksanakan semua kegiatan dalam permainan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini tercapai dengan memuaskan.


(62)

Tabel 8.

Rekapitulasi Aspek Psikomotorik Siswa

No. Indikator pertanyaan Prosentase Jawaban Siswa 1. 2. 3. 4. 5.

Dapat melakukan teknik dasar passing bawah di tempat dengan baik

Dapat melakukan teknik dasar passing bawah berjalan berurutan tanpa bola jatuh dengan baik

Dapat melakukan teknik dasar passing bawah berpasangan melalui ketinggian net 160 cm dengan baik Dapat melakukan teknik dasar passing bawah berpasangan melalui ketinggian net 180 cm dengan baik Dapat melakukan semua latihan tadi tanpa ada bola yang jatuh ke tanah

100 % 93 % 96 % 93 % 96 % Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Dari hasil rekapitulasi aspek psikomotorik siswa, dapat terlihat di setiap latihan kegiatan teknik dasar passing bawah sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang telah dapat melaksanakan latihan dengan baik. Sehingga prosentase pada aspek ini meningkat secara signifikan.

Tabel 9.

Rekapitulasi Aspek Afektif Siswa

No. Indikator pertanyaan Prosentase

Jawaban Siswa 1. 2. 3. 4. 5.

Siswa merasa senang melakukan serangkaian teknik dasar passing bawah di tanah pekarangan kosong Siswa merasa tertarik melakukan permainan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini yang diadakan di lingkungan tanah pekarangan kosong Siswa bersungguh-sungguh dalam melakukan pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini

Siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini

Selama latihan siswa dapat bekerja sama dengan pasangannya 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011


(63)

Dari hasil rekapitulasi aspek afektif siswa, diperoleh seluruh siswa menyatakan proses pembelajaran sangat menyenangkan dan menarik. Oleh karena itu aspek ini sangat mendukung model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dengan pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong.

Tabel 10.

Rekapitulasi Hasil Analisis Kuesioner Siswa No. Aspek penilaian Jumlah total

Siswa

Jumlah siswa

menjawab “ya” Prosentase siswa

1. Kognitif 28 28 100 %

2. Psikomotorik 28 27 96 %

3. Afektif 28 28 100 %

Sumber : Data Penelitian Penjasorkes 2011

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari tiga aspek penilaian sudah dapat dikatakan efektif dan layak model pembelajaran teknik dasar passing bawah diterapkan dengan pendekatan lingkungan tanah perkarangan kosong, khususnya siswa Sekolah Dasar (SD). Karena model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini tersebut sudah berhasil menjadi pembelajaran yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

4.5. Prototipe Produk

Berdasarkan pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pengembangan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini yang telah dimodifikasi, dapat diambil garis besar bahwa model pembelajaran yang telah dibuat sangat efektif diterapkan di lingkungan tanah pekarangan kosong dan dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran


(64)

untuk meningkatkan keseimbangan statis anak dengan teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini.

Produk yang dikembangkan dapat digunakan dalam pembelajaran penjasorkes melalui berbagai pendekatan lingkungan fisik luar sekolah. Hal ini terbukti setelah produk awal direvisi, model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini mendapat tanggapan yang positif dari ahli pembelajar maupun bagi siswa. Karena merupakan pembelajaran yang inovatif, kreatif, menyenangkan, tidak membosankan dan tidak monoton. Hal ini dapat dijadikan alternatif model pembelajaran Penjasorkes untuk melatih teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini anak usia 10 – 12 tahun. Berikut hasil rekapitulasi hasil penelitian :

Tabel 11.

Rekapitulasi Hasil Analisis Keseluruhan

No. Hasil Analisis Hasil penelitian

1. Evaluasi Ahli

Ahli Penjasorkes 84 % model pembelajaran sudah termasuk kategori baik, maka layak digunakan

Ahli Pembelajar Penjasorkes 1 90 % model pembelajaran sudah termasuk kategori baik sekali, maka layak digunakan

Ahli Pembelajar Penjasorkes 2 87 % model pembelajaran sudah termasuk kategori baik sekali, maka layak digunakan

2. Uji Coba Kelompok Kecil 80 % jawaban siswa menyatakan “ya”, maka model pembelajaran layak digunakan

3. Uji Coba Kelompok Besar 99 % jawaban siswa menyatakan “ya”, maka model pembelajaran layak digunakan


(65)

Oleh karena itu modifikasi model teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dengan pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong sangat menarik, menyenangkan, lebih aktif, dan dapat meningkatkan kesegaran jasmani anak. Hal ini terlihat dari prosentase kemampuan siswa dalam melaksanakan semua kegiatan dengan baik. Dan model pembelajaran teknik dasar passing bawah dalam bola voli mini dengan melalaui pendekatan lingkungan tanah pekarangan kosong bagi siswa kelas V SD Negeri Kalikangkung 01 Kec. Pangkah Kabupaten Tegal layak dan efektif digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran.


(1)

FOTO HASIL UJI COBA SKALA BESAR Lampiran 26


(2)

110

Siswa dibariskan dan absen

Siswa melakukan denyut nadi awal sebelum kegiatan uji coba skala besar

Siswa melakukan gerakan pemanasan pada kegiatan uji coba skala besar


(3)

Siswa melakukan teknik dasar passing bawah di tempat dengan berhadap-hadapan pada uji coba skala besar

Siswa melakukan teknik dasar passing bawah di tempat dengan berhadap-hadapan pada uji coba skala besar


(4)

112

Siswa melakukan teknik dasar passing bawah berpasangan pada uji coba skala besar

Siswa melakukan teknik dasar passing bawah sambil berjalan secara berurutan dan bersamaan pada uji coba skala


(5)

Siswa melakukan teknik dasar passing bawah berpasangan dengan ketinggian pembatas 160 cm pada uji coba skala

Besar

Siswa melakukan teknik dasar passing bawah berpasangan dengan ketinggian pembatas 180 cm pada uji coba skala


(6)

114

Siswa melakukan tes denyut nadi akhir pada kegiatan uji coba skala Besar

Siswa melakukan penenangan yang telah dilakukan pada kegiatan uji coba skala Besar


Dokumen yang terkait

MENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MINI MELALUI PERMAINAN BOLA BERANTAI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TENGARAN 01 KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN 2013

14 131 110

MODEL PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN HUTAN JATI SISWA KELAS V SD NEGERI PENUSUPAN 04 KECAMATAN PANGKAH KAB. TEGAL TAHUN PELAJARAN

2 14 130

MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA VOLI DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN KEBUN PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI GIRIWETAN KEC. GRABAG KAB. MAGELANG

0 8 72

MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN PERKEBUNAN SENGON PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI KARANGMANGGIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

0 9 137

PEMBELAJARAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MINI MELALUI MODIFIKASI BOLA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 CIWIRU KECAMATAN PASAWAHAN KABUPATEN KUNINGAN.

0 0 61

MODEL PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN HUTAN JATI SISWA KELAS V SD NEGERI PENUSUPAN 04 KECAMATAN PANGKAH KAB. TEGAL TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011.

0 0 129

(ABSTRAK) MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA VOLI DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN KEBUN PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI GIRIWETAN KEC. GRABAG KAB. MAGELANG.

0 0 2

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MINI MELALUI MODIFIKASI BOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KARANGJAMBE KECAMATAN PADAMARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 16

MODEL PENGEMBANGAN TEKNIK DASAR PASSING BAWAH MELALUI PERMAINAN BOLA VOLI MINI DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGAMPEL KECAMATAN KARANGAMPEL KABUPATEN INDRAMAYU -

0 0 46

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN MELEMPAR BOLA PADA SISWA SD

0 0 11