Perbedaan Nilai dan Norma Sosial
1. Perbedaan Nilai dan Norma Sosial
Secara mendasar, perbedaan nilai dan norma dalam penerapan pengaturan tertib sosial dalam masyarakat adalah sebagai berikut.
Nilai Sosial Norma Sosial
1. Terbentuk lebih dulu daripada
1. Terbentuk setelah adanya nilai, norma
norma dibuat untuk melaksanakan
nilai
2. Bersifat abstrak (samar-samar)
2. Bersifat konkret (nyata, jelas, dan
tegas)
3. Belum dilengkapi sanksi
3. Telah dilengkapi dengan sanksi
4. Tidak tertulis
4. Bisa tertulis, bisa tidak tertulis
5. Mempunyai fungsi sebagai
5. Mempunyai fungsi mengatur pedoman perilaku warga
dan membatasi perilaku warga masyarakat
masyarakat
a. Nilai Sosial
Setiap masyarakat mempunyai sistem tata kelakuan dan hubungan sendiri-sendiri. Sistem inilah yang disebut tata nilai. Selanjutnya tata nilai ini akan diaktualisasikan dalam bentuk norma-norma sosial yang lebih bersifat eksplisit dan dilengkapi dengan sanksi. Agar nilai-nilai sosial ini dapat dilaksanakan oleh warga, norma-norma sosial dibentuk dengan isi, perintah-perintah, dan larangan-larangan. Nilai-nilai sosial ini merupakan aktualisasi dari kehendak masyarakat mengenai segala sesuatu yang dianggap benar dan baik.
Bab 4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian Bab 4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
benar yang dicita-citakan oleh warga masyarakat. Contoh-contoh nilai antara lain jujur, adil, rajin, hemat, bersahaja, tawakal, beriman, sholeh dan sholehah, dan lain-lain.
Menurut Soleman (1990:63), mengatakan bahwa “Nilai-nilai juga memberikan perasaan identitas masyarakat dan menentukan seperangkat tujuan yang hendak dicapai”. Nilai sosial secara umum dapat dinyatakan sebagai keyakinan relatif kepada yang baik dan buruk, yang benar dan salah, kepada apa yang seharusnya ada, dan apa yang seharusnya tidak ada. Pengertian tersebut dipertegas oleh Polak (1985:30), yang mengatakan bahwa nilai atau values dimaksudkan sebagai ukuran-ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan, dan keyakinan-keyakinan yang dianut oleh orang banyak dalam lingkungan suatu kebudayaan tertentu mengenai apa yang benar, pantas, luhur, dan baik untuk dikerjakan, dilaksanakan, atau diperhatikan.
Setelah nilai sosial terseleksi dan berupa sesuatu yang telah dinyatakan benar dan baik, dapat dikatakan nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral. Seperti halnya norma, nilai juga bisa berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan lainnya. Misalnya, suatu masyarakat menjunjung tinggi anggapan tentang waktu adalah uang dan kerja keras, sedangkan di masyarakat lain menganggap kedua hal tersebut “tidak penting” atau dianggap sebagai gejala materialisme. Ada masyarakat yang amat mementingkan bentuk, sikap lahiriah yang sopan, dan tutur kata yang ramah. Masyarakat Indonesia sendiri pada umumnya menilai pentingnya “gotong royong” dan “hubungan kekerabatan”. Dengan demikian, kita sudah mempunyai gambaran bahwa nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan, serta dianggap benar dan penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dilihat dari sudut perilaku masyarakat, nilai juga bisa diartikan sebagai sesuatu (tindakan) yang dianggap baik, benar, dan berguna berdasarkan ukuran yang berlaku dalam masyarakat. Nilai sosial sendiri adalah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala bentuk sesuatu yang baik, penting, hukum, pantas dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama.
Masih banyak pendapat-pendapat mengenai nilai sosial antara lain yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh berikut ini.
Green, melihat nilai sosial sebagai kesadaran yang berlangsung secara relatif dan disertai emosi terhadap objek, ide, dan orang perorangan.
Young, merumuskan bahwa nilai sosial adalah asumsi-asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang penting.
98 Sosiologi SMA/MA Kelas X
Woods, menyatakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
x Tolok Ukur Nilai Sosial Setiap nilai sosial pada suatu masyarakat mempunyai tolok ukur yang berbeda-beda. Tetapi secara universal, tolok ukur nilai ini tidaklah jauh berbeda
antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Tolok ukur yang dipakai memberi nilai (penghargaan) tertentu, yaitu daya guna fungsional yang dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Dikatakan “daya guna fungsional” karena setiap obyek dihargai menurut fungsinya dalam struktur dan sistem masyarakat yang bersangkutan. Jadi, penghargaan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada besar kecilnya fungsi.
x Jenis-jenis Nilai Sosial Menurut Prof. DR. Notonegoro, nilai dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut. Nilai material adalah segala benda yang berguna bagi jasmani manusia. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
melakukan kegiatan atau aktivitasnya. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut. Nilai kebenaran (kenyataan) yang bersumber dari akal manusia (cipta, rasio,
budi). Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (estetika). Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak/
keamanan (karsa, etik). Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan/keyakinan manusia.
x Ciri-ciri Nilai Sosial Secara universal nilai sosial mempunyai karakteristik sebagai berikut. Terbentuk dari hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat. Dapat disebarluaskan melalui pergaulan. Terbentuk melalui proses belajar. Berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Dapat mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang dalam
masyarakat. Merupakan faktor pembentuk pribadi seseorang, baik positif maupun negatif. Merupakan hasil seleksi dari berbagai macam aspek kehidupan di dalam
masyarakat.
Bab 4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian Bab 4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Untuk mewujudkan nilai-nilai sosial yang telah diyakini kebenarannya, diperlukan suatu peraturan untuk menjamin terlaksananya nilai-nilai sosial tersebut dalam bentuk norma sosial. Norma sosial dibuat berisi perintah dan larangan yang dilengkapi dengan sanksi dengan maksud agar dapat dipatuhi sehingga warga masyarakat dapat berperilaku secara baik sebagaimana nilai-nilai yang ada.
x Pengertian Norma Sosial Yang dimaksud norma sosial adalah semua bentuk ketentuan, baik tertulis
maupun tidak tertulis yang ada dan berlaku di dalam masyarakat untuk me- ngatur hubungan dan pengaruh timbal balik antaranggota masyarakat dalam melakukan aktivitas sosialnya. Norma sosial ini meliputi norma agama, norma kesusilaan dan kesopanan, norma adat dan kebiasaan, serta norma hukum. Meskipun keempatnya mempunyai bidang pengaturan yang berbeda-beda, tetapi terdapat banyak persamaan yang berupa moralitas yang bersifat universal (umum).
Secara kodrati seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles, bahwa manusia adalah makhluk sosial (Zoon Politicon), yang mengadakan hubungan timbal balik/berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk kelangsungan hidupnya. Dalam berinteraksi inilah terjadi berbagai macam pengaruh, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Sumber: Tempo, 16 Juni 2002
à à à à à Gambar 4.1 Pencemaran lingkungan oleh suatu perusahaan melalui
pembuangan limbah sembarangan dapat merugikan ekosistem sekitarnya sehingga perusahaan tersebut dapat dijerat dengan norma hukum.
Sosiologi SMA/MA Kelas X
Dilihat dari aspek penyelamatan dan menjaga kelangsungan hidup masyarakat, manusia menciptakan norma-norma atau kaidah-kaidah yang berfungsi melindungi diri dari kekuatan-kekuatan destruktif. Pada hakikatnya, norma-norma tersebut merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan bertingkah laku di dalam pergaulan hidup. Pada mulanya, norma-norma itu terbentuk secara tidak sengaja, tetapi lama kelamaan norma itu dibuat secara wajar. Misalnya, dalam soal jual beli, dahulu seorang perantara tidak diberi keuntungan, sekarang seorang perantara harus mendapat bagiannya. Dalam soal perjanjian, dahulu berbentuk lisan sekarang harus berbentuk tulisan.
Dengan adanya norma, seseorang tidak dapat bertindak semaunya sendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Norma memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain. Pada kondisi seperti ini, norma merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan bahwa norma merupakan petunjuk hidup bermasyarakat yang berisi perintah atau larangan demi tercapainya ketertiban dan kedamaian.
x Daya Ikat Norma Dalam proses tumbuh dan berkembangnya, suatu norma sosial mempunyai
tahapan-tahapan dengan daya ikat yang berbeda-beda. Adapun tahapan-tahapan proses terbentuknya norma sosial sesuai dengan tingkatan daya mengikatnya adalah sebagai berikut.
Cara (Usage) Pada hakikatnya, usage menunjuk kepada suatu bentuk perbuatan. Norma
ini mempunyai daya ikat yang sangat lemah di antara norma-norma lainnya. Cara (usage) lebih menonjol di dalam hubungan antara individu. Suatu penyimpangan terhadap usage tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi sekadar celaan, cemoohan, ejekan, sinisme, dan sebagainya, sehingga mereka dijauhi oleh masyarakat di lingkungannya.
Contoh: orang memakai topi secara benar, lidah topi berada di depan, tidak di samping kanan, kiri atau di belakang. Tetapi ketentuan ini belum memiliki daya ikat yang kuat karena seolah-olah tidak ada sanksinya. Bila ada yang memakainya tidak seperti kelaziman, yang ada hanya berupa teguran agar dipakai dengan benar.
Kebiasaan (Folkways) Folkways adalah norma yang mempunyai kekuatan mengikat lebih tinggi
daripada usage. Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Sesuatu yang diulang-ulang memberikan bukti bahwa perbuatan itu dianggap baik.
Bab 4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Contoh: apabila memasuki rumah orang lain sebaiknya permisi dulu dengan mengetuk pintu atau memberi salam seperti “assalamu‘alaikum”. Selanjutnya baru memasuki rumah ketika dipersilahkan oleh tuan rumah. Kebiasaan ini juga belum mempunyai daya ikat yang relatif kuat karena memasuki rumah teman atau saudara kandung kadang-kadang tidak perlu melakukan itu dan tidak akan dipersalahkan. Tetapi ketika memasuki rumah orang yang benar-benar yang belum dikenal, barulah hal tersebut dilaksanakan.
Tata Kelakuan (Mores) Pada perkembangan norma sosial setingkat, tata kelakuan atau mores
mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar atau tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan tersebut memaksakan satu perbuatan yang lain. Jadi, tata kelakuan merupakan alat agar para anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut.
Adat Istiadat (custom) Apabila suatu kelakuan telah menyatu dengan struktur budaya setempat,
maka terbentuklah norma dengan tingkatan yang lebih tinggi daya ikatnya yang disebut adat. Pada dasarnya, adat istiadat atau custom adalah suatu tata kelakuan yang sakral dan kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat, serta memiliki kekuatan yang mengikat. Pelanggaran terhadap adat istiadat akan dikenakan sanksi yang keras, baik langsung maupun tidak langsung.
Contoh: dalam suatu rangkaian upacara perkawinan menurut tata cara adat selalu didahului dengan upacara lamaran dan peningsit sebagai suatu tanda ikatan antara calon mempelai laki-laki dengan calon mempelai perempuan. Apabila tidak melalui prosedur itu, seorang individu akan dicemooh atau dihina oleh warga masyarakat karena tidak mematuhi tata cara adat sebagaimana layaknya dilakukan oleh warga masyarakat yang lain.
x Jenis-jenis Norma Berlakunya suatu norma dalam masyarakat dapat berlangsung dalam
lingkungan pergaulan yang formal seperti dalam tata pemerintahan atau dalam suasana nonformal seperti yang berada dalam lingkungan keluarga, kerabat, atau lingkungan permainan. Norma terbagi menjadi dua kelompok, yaitu norma dilihat dari resmi atau tidaknya dan norma utama.
Sosiologi SMA/MA Kelas X
Norma resmi dan tidak resmi (1) Norma resmi (formal)
Pada dasarnya, norma resmi adalah patokan yang dirumuskan dan diwajibkan dengan jelas dan tegas oleh yang berwenang kepada semua warga masyarakat. Contoh: hubungan tata kerja kedinasan di lingkungan Departeman Pertahanan dan Keamanan.
(2) Norma tidak resmi (nonformal) Yang dimaksud dengan norma tidak resmi adalah patokan yang dirumuskan secara tidak jelas (subconscious) dan pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga masyarakat yang bersangkutan. Norma tersebut tumbuh dari kebiasaan bertindak yang seragam dan diterima oleh masyarakat. Walaupun dikatakan tidak diwajibkan, namun semua angota sadar bahwa patokan tidak resmi itu harus ditaati dan mempunyai kekuatan memaksa yang lebih besar dari patokan resmi. Contoh: norma- norma pergaulan dalam keluarga dan kerabat.
Norma Utama Norma utama adalah norma-norma yang mempunyai peranan sangat strategis dalam tata pergaulan masyarakat. Norma-norma utama dibedakan menjadi empat macam, antara lain:
(1) Norma Agama Norma agama pada hakikatnya merupakan wahyu langsung dari Tuhan.
Dalam norma agama tidak ada ancaman sanksi nyata dalam kehidupan dunia. Hanya orang yang beragama yang percaya bahwa pelanggar norma akan dihukum di akhirat dan yang mematuhi norma-norma agama akan mendapat pahala. Jadi, norma agama lebih menyangkut pribadi tiap-tiap individu, dan pada kenyataannya merupakan faktor yang tidak kecil artinya dalam menjamin ketertiban masyarakat.
(2) Norma Kesusilaan Norma kesusilaan adalah petunjuk hidup yang berasal dari akhlak atau
dari hati nurani sendiri tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang datang dari hati sanubari manusia itu sendiri. Contoh: berpelukan dan berciuman di depan umum, meskipun mereka suami istri tetapi dianggap bertentangan dengan norma kesusilaan.
(3) Norma Kesopanan Norma kesopanan adalah petunjuk hidup yang mengajarkan agar seseorang bersikap sopan terhadap orang lain sebagai anggota masyarakat. Contoh: meludah di sembarang tempat, memasuki rumah orang lain hendaknya memberi isyarat terlebih dahulu, yaitu
Bab 4 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
(4) Norma Kebiasaan Norma kebiasaan adalah kumpulan petunjuk hidup tentang perilaku yang
diulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan masyarakat. Contoh: membawa oleh-oleh ketika pulang dari bepergian, pembakaran mayat (ngaben), dan sebagainya.
(5) Norma Adat Kebiasaan-kebiasaan yang telah menyatu dengan tata kehidupan masyarakat serta mengandung nilai-nilai ritual yang diyakini dinamakan norma adat. Contoh: upacara kematian dan upacara pernikahan
(6) Norma Hukum Norma hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau peraturan-
peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Norma itu mengatur, melarang, serta memaksa orang untuk berperilaku sesuai dengan yang ditetapkan oleh hukum atau undang-undang. Norma hukum berfungsi untuk menertibkan dan menstabilkan kehidupan sosial. Selain itu, hukum juga berfungsi sebagai sistem kontrol sosial.