PERILAKU MENYIMPANG

A. PERILAKU MENYIMPANG

Perilaku menyimpang merupakan akibat proses sosialisasi yang salah atau proses sosialisasi terhadap sub-sub kebudayaan yang menyimpang. Perilaku-perilaku ini merugikan warga masyarakat secara sosiologis sehingga akan menjadi penghambat tumbuh dan berkembangnya suatu masyarakat.

Perilaku menyimpang dapat dilakukan oleh siapapun, mulai dari anak muda hingga orang dewasa pernah melakukannya. Tapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Suatu tindakan yang mungkin pantas dan dapat diterima di suatu tempat lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa aturan yang menjadi dasar adanya penyimpangan bukanlah baik atau buruknya perbuatan itu menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat tertentu.

1. Pengertian Perilaku Menyimpang (Social Deviation)

Yang dimaksud perilaku menyimpang adalah semua perilaku warga masyarakat baik secara individual maupun secara kolektif, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang ini meliputi hal-hal berikut ini.

a. Kenakalan Remaja (Delinkuensi)

Semua bentuk perilaku remaja yang belum dewasa secara hukum yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma sosial yang ada dikategorikan sebagai kenakalan remaja. Norma yang dilanggar meliputi norma adat dan kebiasaan, norma kesusilaan dan kesopanan, norma agama, maupun norma hukum. Kenakalan remaja sering kali menjadi benih awal dari suatu kriminalitas. Kenakalan remaja pada umumnya terjadi akibat gagalnya keluarga menjalankan fungsi-fungsinya, terutama fungsi pendidikan dan fungsi pengawasan sosial. Kegagalan ini kemudian menjadi beban masyarakat ketika seorang anak tidak mengetahui prinsip-prinsip benar dan salah, serta tidak mengetahui prinsip baik dan buruk. Contoh delinkuensi: berkata- kata jorok, mencuri buah-buahan, minum-minuman keras, perkelahian pelajar, dan lain-lain.

b. Kejahatan (Criminality)

Kejahatan atau kriminalitas adalah semua bentuk perilaku warga masyarakat yang telah dewasa yang bertentangan dengan norma-norma hukum, terutama adalah hukum pidana. Kriminalitas terdiri atas kejahatan kerah biru dan kejahatan kerah putih. x Kejahatan kerah biru (blue collar crime), yaitu kejahatan yang dilakukan oleh

orang-orang miskin karena kemiskinannya.

Bab 5 Perilaku Menyimpang

2. Beberapa Teori Penyimpangan

a. Teori Kebudayaan Khusus yang Menyimpang

Teori ini dikemukakan oleh Shaw dan McKay. Menurutnya, kejahatan berawal dari proses sosialisasi terhadap subkebudayaan yang memang salah dan menyimpang. Hal ini terjadi pada perkampungan-perkampungan yang berserakan dan tidak teratur, di mana perilaku menyimpang dianggap hal yang biasa, bahkan dianggap perilaku yang normatif. Generasi baru yang dilahirkan di lingkungan ini pun dengan sendirinya akan menyerap nilai-nilai yang memang menyimpang sejak awal.

b. Teori Anomi

Robert K. Merton mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi karena masyarakat mempunyai struktur budaya dengan sistem nilai yang berbeda-beda sehingga tidak ada satu standar nilai yang dijadikan suatu kesepakatan untuk dipatuhi bersama. Akibatnya, masing-masing masyarakat akan berperilaku dengan standarnya masing-masing, padahal struktur budaya yang satu dengan struktur budaya yang lain saling bertentangan. Pada akhirnya terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku. Keadaan anomi bisa menyebabkan penyimpangan sosial selanjutnya dikatakan bahwa dalam proses sosialisasi, individu-individu belajar mengenal tujuan- tujuan budaya tersebut. Anomi terjadi karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dan cara-cara untuk mencapai tujuan budaya. Menurut Merton, ada lima tipologi tingkah laku individu untuk menghadapi hal tersebut, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan.

No. Cara-cara Adaptasi

Tujuan Budaya

Cara-cara yang Melembaga

4. Pengasingan diri

5. Pemberontakan

à à à à à Tabel 5.1 Tabel Tipologi Adaptasi Individual dari Merton.

Sosiologi SMA/MA Kelas X

Keterangan:

Ada lima macam tingkah laku manusia yang berkaitan dengan budaya dengan cara- cara yang disetujui untuk mencapai tujuan tersebut. Tanda + menunjukkan sikap menerima, tanda – berarti sikap menolak, dan tanda ± berarti penolakan terhadap nilai-nilai yang berlaku dan berupaya dengan nilai-nilai baru.

Dalam teori sosiologi, makna konformitas adalah suatu sikap yang menerima tujuan sesuai dengan nilai-nilai budaya dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya, seseorang yang ingin lulus ujian SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) agar menjadi mahasiswa PTN. Untuk mencapainya, dia tidak memakai joki dan menyontek, dan tetapi dengan cara belajar sungguh-sungguh. Belajar merupakan cara untuk mencapai tujuan yang disetujui dan sudah melembaga dalam masyarakat, sedangkan menjadi mahasiswa merupakan tujuan yang sesuai dengan nilai budaya. Sikap konformitas ini bukan merupakan keadaan anomis.

Dalam suatu perombakan struktur nilai, seringkali terjadi pembaruan-pembaruan untuk menyempurnakan tata nilai lama yang dianggap tidak sesuai. Dalam konteks ini, terjadilah suatu inovasi nilai. Inovasi adalah suatu sikap menerima tujuan sesuai dengan nilai budaya, tetapi menolak cara-cara yang melembaga untuk mencapai tujuan. Contohnya, meskipun masyarakat kita mendorong semua anggota masyarakat untuk memperoleh kekayaan dan kedudukan sosial yang tinggi, namun dalam kenyataannya, cara yang disetujui untuk mencapainya hanya memungkinkan segelintir orang untuk berhasil. Mereka yang melihat betapa kecilnya kemungkinan untuk berhasil jika mematuhi peraturan atau cara-cara yang benar, akan berupaya untuk melanggar peraturan ini, misalnya korupsi. Korupsi merupakan cara yang tidak disetujui dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan nilai budaya.

Sumber: Pilars, 8–14 Desember 2003

à à à à à Gambar 5.1 Perilaku menyimpang berupa tindakan

yang melanggar hukum ditidaklanjuti dengan memasukkan pelaku ke ruang tahanan.

Bab 5 Perilaku Menyimpang

Pemberontakan adalah sikap yang menolak tujuan dan cara-cara yang melembaga dan berupaya menggantikannya dengan tujuan dan cara yang baru, contohnya kaum revolusioner.

Selanjutnya, ritualisme dan pengasingan diri. Sikap menolak tujuan sesuai dengan nilai budaya dengan menerima cara-cara yang melembaga untuk mencapai tujuan disebut ritualisme. Contohnya: meskipun masyarakat kita menolak pengaturan zakat, namun mereka menerima cara-cara yang melembaga untuk mencapai tujuan perzakatan. Sebaliknya pada pengasingan diri, seorang individu atau kelompok masyarakat menolak tujuan maupun cara-cara untuk mencapai tujuan yang melembaga.

c. Teori Reaksi Masyarakat

Teori penyimpangan yang ketiga adalah teori reaksi masyarakat. Pada dasarnya, teori ini adalah teori pemberian label atau cap terhadap suatu tindakan penyimpangan. Oleh karena itu, teori ini disebut pula teori pemberian cap. Teori ini dijelaskan dengan memakai bantuan konsep penyimpangan primer dan sekunder, khususnya penyimpangan sekunder. Sebabnya masa depan seseorang yang telah terlanjur dianggap sebagai penyimpangan sekunder bisa berubah secara drastis. Misalnya, seseorang yang melakukan tindakan pencurian di wilayah tempat tinggalnya, walaupun dilakukan hanya satu kali, oleh masyarakat diberi cap sebagai pencuri. Meskipun kesehariannya bertingkah laku baik, namun cap itu sendiri jauh lebih diperhatikan melebihi status-status yang lainnya.

1. Jelaskan mengapa orang harus berperilaku seperti norma dan nilai!

2. Ada banyak teori penyimpangan, teori manakah menurut Anda yang paling baik? Apa alasannya?

3. Sebutkan lima bentuk penyimpangan sosial yang masih tergolong ringan!

4. Jelaskan bagaimana kaitan antara kenakalan remaja dan kriminalitas!

3. Sifat-Sifat Penyimpangan

Penyimpangan perilaku memang tidak selamanya mempunyai pengaruh yang buruk bagi masyarakat. Berdasarkan sifatnya, penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.

Sosiologi SMA/MA Kelas X Sosiologi SMA/MA Kelas X

x Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Tindakan perilaku menyimpang ini dianggap tercela oleh masyarakat, pelakunya dikucilkan dan bobotnya diukur menurut kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat biasanya dinilai berat.