69
3.3 Ketersediaan Prasarana Air Bersih
Adapun pemenuhan kebutuhan air bersih di Kelurahan Tempelan diperoleh dari 2 sumber utama yaitu air bersih perpipaan dan non perpipaan.
Penduduk yang tidak menggunakan air bersih perpipaan menggunakan air tanah sumur dangkal maupun sumur dalam. Penyediaan air bersih perpipaan sampai
dengan Tahun 2002 oleh PDAM yang dinikmati oleh penduduk Kelurahan Tempelan sebanyak 2.436 jiwa atau sekitar 48,5 dari jumlah penduduk
Kelurahan Tempelan. Sedangkan sisanya menggunakan air tanah berupa sumur gali atau sumur
tangan yang kebanyakan diusahakan secara perorangan atau swadaya. Penduduk kelurahan Tempelan sebagian besar mengandalkan air tanah untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sehingga diharapkan bisa mengupayakan seefisien mungkin pemanfaatan air tanah ini. Mengingat bila musim penghujan air mengalir
hilang ke sungai dan sebaliknya bila musim kemarau kekurangan air. Kawasan Kaplingan yang merupakan kawasan permukiman, secara
keseluruhan menggunakan sistem penyediaan air bersih secara individual yang berupa sumur dangkal. Kurangnya cakupan pelayanan PDAM serta pada musim
kemarau air PDAM tidak mencukupi kebutuhan merupakan kendala yang menyebabkan penduduk kawasan kaplingan lebih memilih untuk tidak
berlangganan PDAM. Kondisi air dari sumur gali umumnya jernih, tidak berwarna, tidak
berbau. Sebagian besar penghuni kawasan Kaplingan memiliki bak tandon bak penampung yang digunakan untuk menampung air dari sumur gali. Mengingat
70
pentingnya kebutuhan air bersih untuk domestik bagi penduduk di Kota Blora, maka penulis memilih kawasan Kaplingan sebagai obyek penelitian mengenai
kajian aspek-aspek yang mempengaruhi penyediaan air bersih secara individual.
3.4 Permasalahan Penyediaan Air Bersih
Kabupaten Blora dikenal sebagai wilayah yang memiliki masalah dalam ketersediaan air, terutama pada saat musim kemarau. Hal ini dapat dilihat dari
ketersediaan air, baik yang diusahakan oleh pemerintah melalui Perusahaan Daerah Air Minum PDAM maupun yang diusahakan oleh masyarakat sendiri
yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar air di sepanjang tahun. Wilayah pelayanan PDAM yang belum merata, kapasitas pengelolaan yang belum sesuai
kebutuhan, debit air baku yang tidak mencukupi, kontinuitas aliran yang tidak konsisten sampai kualitas air bersih yang belum sesuai standar merupakan
masalah yang dihadapi saat ini. Permasalahan yang ada dalam penyediaan air bersih di Kabupaten Blora
adalah : a.
Belum meratanya pelayanan PDAM. Faktor utama belum meratanya pelayanan PDAM yang dapat dinikmati oleh
masyarakat adalah keterbatasan kapasitas pengelolaan pada Instalasi Pengolah Air Minum IPA yang dimiliki. Pembangunan IPA baru
membutuhkan invstasi yang cukup besar, disamping keterbatasan sumber air yang dijadikan sebagai sumber air baku. Jangkauan jaringan yang masih
terbatas juga merupakan penyebab belum meratanya penyediaan air bersih terutama bagi daerah-daerah yang berjarak cukup jauh dari IPA.
71
b. Keterbatasan Sumber Air Baku
Keterbatasan air baku baik air permukaan maupun air tanah merupakan faktor penghambat bagi upaya-upaya peningkatan kapasitas instalasi pengolah air
minum dan air irigasi. Kemungkinan penambahan IPA baru untuk memperluas wilayah pelayanan juga sangat bergantung pada jumlah air baku
yang tersedia. Eksploitasi air tanah yang berlebihan juga merupakan faktor yang mempengaruhi berkurangnya cadangan air tanah yang dapat digunakan
sebagai air baku RPJM Kabupaten Blora, 2006-2010:II-45. Sumberdaya air menjadi permasalahan yang terus menerus belum
terselesaikan baik untuk memenuhi irigasi atau kebutuhan air bersihair minum. Kondisi ini juga diakibatkan oleh jenis tanah yang kurang memiliki kemampuan
yang baik untuk menyerap dan menahan air yang masuk ke permukaan tanah. Sumber-sumber mata air yang berasal dari air tanah sangat sedikit jumlahnya
dibandingkan dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, pemanfaatan air permukaan perlu digalakkan dengan menampung air hujan baik
dalam skala kecil untuk rumah tangga penampungan air hujanPAH atau dalam skala lingkungan yang berupa embung,checkdam atau waduk.
Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya air sudah diupayakan melalui pendekatan partisipatif, melibatkan seluruh pengguna, perencana,
pembuat kebijakan, lembaga organisasi non pemerintah dan khususnya perempuan pada setiap tingkatan. Proses seperti ini akan mengakibatkan bahwa
dalam setiap pengambilan keputusan diawali dari tingkat yang paling bawah sesuai dengan kebutuhan sehingga setiap pemenuhan kebutuhan air dan
ketersediaan air disepakati secara bersama-sama.
72
Permasalahan Sumber daya air adalah : 1.
Fluktuasi kuantitas sumber air cukup besar antara musim penghujan dan musim kemarau
2. Kondisi geologi sebagian besar merupakan tanah kapur yang bersifat kurang
mampu menahan air 3.
Curah hujan yang termasuk kategori rendah 4.
Kekeringan tahunan yang terjadi di hampir semua wilayah 5.
Keterpaduan pengelolaan sumber daya air Sumber-sumber mata air yang telah dimanfaatkan adalah : Sumber
Biting, Sumber Klampok, Sumber Jepangrejo, Sumber Sukorejo, Sumber Kedungrejo, Sumber Kedung Bawang, Sumber Kedung Lo, Sumber Jetak
Wanger, Sumber Sari Mulyo, Sumber Kalinanas dan Sumber Krocok. Debit terbesar sumber mata air terdapat di Sumber Klampok yaitu 51 liter per detik
sedangkan debit terkecil adalah Sumber Sukorejo yaitu 16 liter per detik. Volume penyediaan air di Kabupaten Blora berfluktuasi cukup besar
antara musim penghujan dengan musim kering. Volume suplai air dari prasarana pengairan eksisting secara rata-rata pada musim kemarau hanya 44,92 dari
volume sungai pada musim hujan, sedangkan suplai air sungai pada musim kemarau hanya 29,98 dari volume sungai pada musim hujan RKPD Kabupaten
Blora Tahun 2007:I-13.
73
BAB IV KAJIAN ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI
PENYEDIAAN AIR BERSIH SECARA INDIVIDUAL
Kajian aspek-aspek yang mempengaruhi penyediaan air bersih secara individual ini mencakup tiga analisis, yaitu analisis karakteristik penghuni
kaplingan, analisis persepsi penghuni terhadap penyediaan air bersih secara individual dan oleh PDAM berdasarkan karakteristik penghuni serta analisis
aspek-aspek yang mempengaruhi penyediaan air bersih secara individual dan kontinuitas penyediaan air bersih secara individual.
4.1 Analisis Karakteristik Penghuni Kaplingan