Prinsip Manajemen dalam Pengelolaan Air Bersih Kebijakan Pemerintah tentang Pengambilan Air Bawah Tanah

47 pengetahuanpengalaman dan motivasi tujuan penggunanya. Kognisi seseorang dipengaruhi oleh adanya faktor pendidikan, lama tinggal, jumlah anggota keluarga dan jenis pekerjaan setiap individu. Sedangkan motivasi biasanya muncul karena adanya kebutuhan seseorang terhadap prasarana tersebut berkaitan dengan latar belakang pengguna. Persepsi masyarakat dalam menilai prasarana lingkungan dilatarbelakangi oleh karakteristik sosial ekonomi yang meliputi lama tinggal, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan, jenis usaha, pendapatan, pengeluaran, kepemilikan kendaraan. Persepsi dan preferensi masyarakat selalu berubah sejalan dengan perubahan kondidi sosial ekonomi masyarakat tersebut. Dan yang umum terjadi, semakin tinggi pendidikan dan pendapatan seseorang, akan semakin tinggi pula tuntutannya atas kondisi lingkungannya Budiharjo, 1991:61.

2.3.2 Prinsip Manajemen dalam Pengelolaan Air Bersih

Dalam kegiatan layanan air bersih, perlu memperhatikan prinsip-prinsip manajemen, karena dalam menjalankan organisasi dibutuhkan manajemen pengelolaan. Manajemenpengelolaan sumberdaya air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non-struktural untuk mengendalikan sistem sumberdaya air alam dan buatan manusia untuk kepentinganmanfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan Grigg dalam Kodoatie, 2005:193. Dalam pengelolaan layanan air bersih, terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu aspek pemanfaatan, aspek pelestariankonservasi, dan aspek pengendalian Kodoatie, et.al, 2002:29. Dalam memanfaatkan air bersih, perlu 48 disertai dengan upaya pelestarian konservasi, agar pemanfaatannya bisa berkelanjutan. Konservasi dalam hal ini tidak hanya diartikan sebagai kegiatan menyimpan air saja atau disebut sebagai konservasi dari segi suplai, tetapi lebih mengarah kepada pengurangan atau pengefisienan penggunaan air yang sering disebut sebagai konservasi dari segi kebutuhan. Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut, yaitu menyimpan air di kala berlebihan, menggunakannya sesedikit mungkin untuk keperluan tertentu yang produktif. Sehingga konservasi air domestik berarti menggunakan air sesedikit mungkin untuk mandi, mencuci, menggelontor toilet, dan penggunaan- penggunaan rumah tangga lainnya Suripin, 2002:133.

2.3.3 Kebijakan Pemerintah tentang Pengambilan Air Bawah Tanah

Menurut Perda Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengambilan Air Bawah Tanah, yang dimaksud dengan pengambilan Air Bawah Tanah adalah setiap kegiatan pengambilan Air Bawah Tanah yang dilakukan dengan berbagai cara untuk dimanfaatkan airnya atau tujuan lain. Pengambilan Air Bawah Tanah untuk keperluan air minum dan keperluan rumah tangga dalam batas-batas tertentu tidak diperlukan Izin Pengambilan Air Bawah Tanah lagi apabila : a. Pengambilan Air Bawah Tanah dengan menggunakan tenaga manusia. b. Pengambilan Air Bawah Tanah untuk keperluan rumah tangga dengan jumlah pengambilan kurang dari 100 meter kubik sebulan dan tidak menggunakan sistem distribusi secara terpusat. 49 c. Pengambilan Air Bawah Tanah dari sumur bor pipa berdiameter kurang dari 2 dua inchi. Kebijakan pemerintah dalam hal konservasi air tanah menurut Keputusan Menteri Sumber Daya Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K-10-MEM-2000 meliputi : 1. Memaksimalkan imbuhan dengan membuat sumur resapan dan penentuan konservasi untuk kawasan imbuhanrecharge area. 2. Pengaturan dan perijinan pengambilan air tanah memperketat pengeluaran ijin baru untuk pengambilan air tanah, ijin pengambilan air tanah meliputi : masa berlaku, besarnya debit dan kedalaman sumur, menetapkan pajakretribusi serta memberi rekomendasi dan saran teknis tentang kedalaman pengambilan air tanah. 3. Perlindungan air tanah design tangki septik yang aman dan sehat, pengaturan buangan industri ketanah.

2.3.4 Aspek-Aspek Penyediaan Air Bersih di Perkotaan