dimasukkan ke dalam pelatihan regular pendidikan” Panduan Keselamatan Jalan untuk Kawasan Asia Pasifik.
Dengan demikian masalah kepatuhan hukum masyarakat terhadap peraturan undang- undang lalu lintas harus diupayakan secara serius untuk mendapatkan hasil yang optimal
melalui proses pendidikan.
3. Penegakan Hukum
Penegakan hukum dibidang lalu lintas yang dilaksanakan aparat penegak hukum diharapkan memberikan makna bahwa penegakan hukum yang dilakukan dapat memberikan
tindakan edukatif, preventif, maupun represif yang kesemuanya bermuara dan bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mentaati peraturan dan sopan santun berlalu lintas sehingga pada
gilirannya masyarakat akan dapat terhindar dari korban kecelakaan lalu lintas. Efektifitas pelaksanaan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pendapat Suryono Sukanto sebagai berikut : ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum : faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, fakor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan dan faktor
budaya masyarakat Suryono Sukanto, 1983. Untuk terlaksananya penegakan hukum yang berjalan secara efektif dan membuahkan
hasil pada upaya peningkatan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat, diharapkan bisa diwujudkan melalui hal-hal sebagai berikut :
a. Aspek materi hukum 1 Peraturan perundang-undangan dibidang lalu lintas
Diperlukan peraturan-peraturan pemerintah untuk melengkapi atas peraturan pemerintah yang belum diwujudkan sebagaimana amanat Undang-Undang No. 22 tahun
2009. Sebanyak dua puluh enam 26 PP dari 30 PP yang seharusnya ada.
2 Penerapan Undang-Undang
a Terhadap pelaku pelanggaran lalu lintas aparat penegak hukum dapat mengeterapkan
ketentuan-ketentuan yang diatur didalam ketentuan pidana pada Bab XX mulai pasal 273 sampai dengan pasal 316 Undang-Undang 22 tahun 2009 dan tidak lagi
mengacu pada ketentuan yang diatur berdasarkan kesepakatan bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Kehakiman, Jaksa Agung dan Ka Kepolisian Republik
Indonesia tanggal 19 Juni 1963. b
Proses peradilan baik terhadap pelanggaran lalu lintas maupun kecelakaan lalu lintas hendaknya dapat dilakukan dengan mekanisme yang lebih sederhana namun dapat
memberikan kepastian hukum. c
Perlu segera diterapkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 235, 236 dan 237 peraturan pemerintah PP 44 Tahun 1993 tentang pendidikan mengemudi yang
memberikan tanggung jawab kepada Departemen Pendidikan, Departemen Perhubungan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk secara berkoordinasi
mewujudkan dibentuknya sekolah-sekolah mengemudi sebagai wadah berprosesnya calon pengemudi yang berkualitas
d Pemanfaatan laboratorium Forensik Kepolisian dalam rangka penyidikan kasus
kecelakaan lalu lintas.
b. Aspek penegak hukum
Aparat penegak hukum yang bertanggung jawab terhadap tegaknya aturan-aturan hukum guna mewujudkan supremasi hukum harus dapat memenuhi indikator-indikator
sebagai berikut : 1
Menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran 2
Menjunjung tinggi HAM 3
Bebas dari KKN 4
Bersifat terbuka transparansi 5
Akuntabilitas publik dan