c. Kemacetan Lalu Lintas
Kompleksitas kemacetan lalu lintas utamanya di kota-kota besr diharapkan bisa dikurangi melalui langkah antisipasi terhadap penyebab terjadinya kemacetan baik yang
berkaitan dengan pengelolaan beroperasinya jumlah kendaraan, makin berkurangnya fungsi jalan serta perencanaan dalam kebijakan rencana umum tata ruang wilayah RUTRW
sehingga kondisi kemacetan tidak makin bertambah yang justru dapat menimbulkan karugian dan in-efisiensi.
Konsistensi penegakan hukum yang diproyeksikan pelanggaran yang berpotensi terhadap terjadinya kemacetan lalu lintas dengan SPPT dilaksanakan secara tegas dan
terukur. Keterlibatan pihak-pihak terkait dalam mengatasi kemacetan lalu lintas perlu ditumbuhkembangkan melalui aktivitas nyata secara terpadu terencana dan terprogram.
Sehingga tidak terkesan kebijakan hanya dilaksanakan secara parsial.
2. Tingkat kepatuhan hukum masyarakat
Tingkat kepatuhan hukum masyarakat terhadap undang-undang atau peraturan lalu lintas akan sangat mendominasi tingkat keselamatan lalu lintas, tinggi rendahnya pelanggaran lalu
lintas maupun ketertiban lalu lintas. Makin patuh masyarakat terhadap hukum maka tingkat keselamatan akan makin tinggi sebaliknya apabila tingkat kepatuhan terhadap hukum rendah
maka tingkat keselamatan dan ketidaktertiban akan semakin rendah pula. Kita menginginkan tingkat kepatuhan hukum masyarakat bisa dibangun melalui proses
pembelajaran baik dalam forum pendidikan formal melalui kurikulum yang jelas maupun pendidikan non formal dengan melibatkan berbagai pihak guna menjadikan kepatuhan hukum
sebagai kebutuhan dan budaya masyarakat. Sebuah pendekatan dalam rangka meningkatkan keselamatan lalu lintas dapat diadopsi
dan pendapat sebagai berikut “Pembekalan keselamatan jalan tidak dapat hanya mengandalkan ceramah yang diberikan tersendiri dan hanya sesekali oleh pembicara tamu, tetapi harus
dimasukkan ke dalam pelatihan regular pendidikan” Panduan Keselamatan Jalan untuk Kawasan Asia Pasifik.
Dengan demikian masalah kepatuhan hukum masyarakat terhadap peraturan undang- undang lalu lintas harus diupayakan secara serius untuk mendapatkan hasil yang optimal
melalui proses pendidikan.
3. Penegakan Hukum
Penegakan hukum dibidang lalu lintas yang dilaksanakan aparat penegak hukum diharapkan memberikan makna bahwa penegakan hukum yang dilakukan dapat memberikan
tindakan edukatif, preventif, maupun represif yang kesemuanya bermuara dan bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mentaati peraturan dan sopan santun berlalu lintas sehingga pada
gilirannya masyarakat akan dapat terhindar dari korban kecelakaan lalu lintas. Efektifitas pelaksanaan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pendapat Suryono Sukanto sebagai berikut : ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum : faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, fakor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan dan faktor
budaya masyarakat Suryono Sukanto, 1983. Untuk terlaksananya penegakan hukum yang berjalan secara efektif dan membuahkan
hasil pada upaya peningkatan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat, diharapkan bisa diwujudkan melalui hal-hal sebagai berikut :
a. Aspek materi hukum 1 Peraturan perundang-undangan dibidang lalu lintas
Diperlukan peraturan-peraturan pemerintah untuk melengkapi atas peraturan pemerintah yang belum diwujudkan sebagaimana amanat Undang-Undang No. 22 tahun
2009. Sebanyak dua puluh enam 26 PP dari 30 PP yang seharusnya ada.