aksis berada pada posisi normal. b. Bila hasil resultan sadapan I positif dan aVF negatif, jika resultan sadapan
II positif: aksis normal. Tetapi jika sadapan II negatif maka deviasi aksis ke kiri LAD= left axis deviation, berada pada sudut -30
o
sampai -90
o
. c. Bila hasil resultan sadapan I negatif dan aVF positif, maka deviasi aksis
ke kanan RAD= right axis deviation berada pada sudut +110
o
sampai +180
o
. d. Bila hasil resultan sadapan I negatif dan aVF negatif, maka deviasi aksis
kanan atas, berada pada sudut -90
o
sampai +180
o
. 2. Hitung durasi kompleks QRS
3. Evaluasi apakah ada tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri atau kanan serta cari apakah terdapat morfologi blok cabang berkas kanan maupun kiri
bundle branch blocks.
F. Analisis segmen S-T, Gelombang T, interval Q-T dan gelombang U
1. Analisis adanya elevasi segmen S-T : a. elevasi segemn S-T pada infark miokard akut
b. Perikarditis
2. Analisis adanya segmen S-T depresi dan atau gelombang T inversi: a. Iskemia miokard
b. Biasanya bersamaan dengan hipertrofi ventrikel atau blok cabang berkas bundle branch blocks.
c. Abnormalitas metabolik hipokalemia atau hiperkalemia
2.3.4. Gambaran Elektrokardiogram Abnormal
1. Penyakit Jantung Rematik Aktif
Pada PJR aktif, proses radang yang terjadi dapat melibatkan sistem konduksi, endokardium, miokardium, dan perikardium. Akibatnya, terjadi aritmia
dan dilatasi jantung yang selanjutnya dapat menyebabkan regurgitasi mitral dan atau aorta Wahab, 1993.
Universitas Sumatera Utara
Kelainan konduksi yang sering terjadi adalah blokade konduksi AV. Pemanjangan Interval P-R menunjukkan adanya blokade AV derajat I dan
merupakan kriteria minor pada kriteria diagnostik Jones. Adanya keterlibatan miokardium ditunjukkan dengan gelombang T yang rendah dan depresi S-T
Wahab, 1993. Hipertrofi ventrikel dan atrium dapat terjadi karena peradangan dan
regurgitasi mitral danatau regurgitasi aorta. Pada pembesaran atrium kiri dapat dijumpai : 1 durasi gelombang P 0,11 detik, 2 gelombang P berlekuk
disadapan I, II, aVL yang disebut P mitral, dan 3 Gelombang P bifasik di sadapan V
1
dengan bagian inversi yang dominan. Sedangkan adanya gelombang R yang tinggi di sadapan V
6
menandakan adanya hipertrofi ventrikel kiri Dharma, 2009.
2. Penyakit Jantung Rematik Kronik
Pada penyakit jantung rematik kronik masalah utama yang muncul adalah regurgitasi valvula. Bila regurgitasi mitral besar, maka akan terjadi penambahan
beban volume, baik pada atrium kiri maupun pada ventrikel kiri dan terjadi hipertensi vena pulmonalis Wahab, 1993.
Penambahan beban hipertrofi ventrikel kiri diwujudkan sebagai kompleks QRS seperti gelombang S yang dalam sadapan V
1
dan gelombang R yang tinggi di sadapan V
6
. Bila terjadi regurgitasi danatau stenosis mitral berat akan terjadi gambaran hipertropi atrium kiri. Hipertropi atrium kiri yang berat dapat
menyebabkan fibrilasi atrium Wahab, 1993.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Anak dengan penyakit jantung rematik adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun UU RI No. 23 Tahun 2002 dan mengalami kerusakan katup
jantung yang diakibatkan oleh respon imun abnormal terhadap infeksi Streptokokus yang terjadi saat demam rematik sebelumnya Marijon, E. et.al.,
2012. Elektrokardiogram adalah alat yang merekam aktivitas listrik sel di atrium
dan ventrikel serta membentuk gelombang dan kompleks yang spesifik. Aliran listrik itu didapat dengan menggunakan elektroda di kulit yang di hubungkan
dengan kabel ke mesin EKG Dharma, 2009.
3.3. Cara Ukur
Cara ukur penelitian ini adalah dengan menganalisis data sekunder dari rekam medis pasien anak dengan penyakit jantung rematik di RSUP Haji Adam
Malik Medan.
Anak dengan Penyakit Jantung Rematik