Oleh Andi M uttaqien

Oleh Andi M uttaqien

(Staf Pelaksana Program Bidang Advokasi Hukum ELSAM)

S Di hadapan wanita tersebut duduk empat orang yang tidur Nurani terbuka, dua buah moncong senjata laras

eorang wanita berbaju hijau dengan syal warna- Desember 1968. Nani ingat hari itu merupakan hari warni melingkar di leher, mengenakan rok keempat bulan Syawal. Masih terasa suasana Idul Fitri. panjang batik berwarna coklat, duduk tenang di Malam itu rumahnya di Cianjur tiba-tiba digedor aparat, ruang pengadilan, tempatnya mencari keadilan. anggota Corps Polisi Militer (CPM). Begitu pintu kamar

mewakili Presiden Republik Indonesia, dan di sebelah panjang sudah terhunus dan mereka meminta agar kiri terdapat tiga orang mengenakan jubah merah seolah Nurani mengikuti mereka. Sejak malam hari itu, Nurani menjadi juri sebuah pertandingan.

tak lagi bebas, hingga 7 (tujuh) tahun kemudian dengan Nani Nurani, pada 1 Februari 2012 menjalani status sebagai eks-tahanan politik (eks-tapol) yang persidangan ke-VIII, Gugatan yang diajukannya dituduh terlibat dalam Gerakan 30 September. terhadap Presiden Republik Indonesia. Nurani

Pada tanggal 19 November 1975, Nurani menggugat Kepala Negara Republik Indonesia atas diizinkan meninggalkan Penjara Wanita Bukitduri tindakan telah dialami dirinya, baik di masa lampau (tempatnya terakhir ditahan) karena sakit, dengan hingga saat ini, berupa tindakan diskriminatif, dialihkan statusnya menjadi tahanan rumah. Selanjutnya stigmatisasi, kesewenang-wenangan dari pemerintah. pada tanggal 29 Maret 1976, Nurani dinyatakan Menurutnya, perbuatan-perbuatan pemerintah berupa mendapatkan pembebasan penuh berdasarkan Surat tuduhan tanpa dasar atau penahanan tanpa Perintah Kepala Teperda Jaya Laksus Pagkopkamtib persidangan dan tanpa dasar hukum yang diikuti dengan Nomor 40/III/1976, dan menjalani sumpah untuk perlakuan-perlakuan tidak manusiawi dalam pembebasan pada hari Senin tanggal 5 April 1976. pemeriksaan, tindakan diskriminasi dan stigmatisasi,

Namun, walau demikian bukan berarti Nurani merupakan perbuatan melawan hukum (PMH).

mendapatkan kebebasan sepenuhnya, karena pada Gugatan Perbuatan Melawan Hukum ini tahun 1977, Babinsa dan aparat Kelurahan Rawa Badak diajukan dirinya pada Jumat, 28 Oktober 2011 di Utara meminta surat-surat berita acara sumpah, bahkan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sidang perdana menuduhnya sebagai pelarian Gerwani PKI. Hal ini Gugatan Nurani digelar pada 21 November 2011, dan didapatkannya pada Agustus 1977 ketika Nurani pindah selama 3 bulan lebih dengan 7 kali persidangan (sampai rumah ke daerah Plumpang. akhir Januari 2012), pihak Tergugat, dalam hal ini

Diskriminasi masih berlanjut. Sejak tahun 1978, Presiden Republik Indonesia belum pernah tanda ET (Eks Tapol) tertera pada KTP Nurani dan menghadirinya. Barulah pada persidangan ke-VIII pihak bersama dengan banyak orang lainnya dimasukkan Tergugat menghadirinya, yang diwakili oleh 4 (empat) dalam daftar Organisasi Terlarang (OT). Kemudian orang Jaksa Pengacara Negara.

setelah terjadi peristiwa Tanjung Priok pada tahun 1984. Sebelum menempuh Gugatan PMH ini, pada Nurani diminta Camat Koja, untuk wajib lapor setiap 2003 Nurani pernah menggugat Camat Koja di bulannya yang dilakukan setiap tanggal 2 di Kecamatan,

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) lantaran Camat dan setiap tanggal 18 di Kelurahan. Hal ini tidak hanya menolak menerbitkan KTP seumur hidup bagi dirinya dialami Nurani, penandaan KTP juga dialami oleh

yang dianggap sebagai eks tahanan politik. Nurani pun 1 banyak orang eks tahanan politik yang sama seperti memenangkan gugatan tersebut, sehingga Camat Koja Nurani. akhirnya diperintahkan pengadilan untuk membuatkan

Sebagai salah satu akibat dari diberikannya KTP seumur hidup bagi dirinya.

tanda ET pada KTP, Pemerintah melalui jajaran aparatnya, yaitu Kodam V Jaya tidak memberi izin

Penari Istana yang Ditangkap Sewenang-wenang

sehingga Dirjen Imigrasi Departemen Kehakiman tidak bisa menerbitkan paspor. Penolakan Kodam V Jaya ini

Nani Nurani lahir di Cianjur, 23 Februari 1941. Dia adalah tidak disampaikan secara tertulis. Akibatnya Nurani tidak pensiunan, yang tinggal di Kelurahan Rawa Badak dapat berangkat ke luar negeri untuk menjalankan Utara, Kecamatan Koja, Kotamadya Jakarta Utara. pekerjaan kantornya. Hal ini terjadi pada kurun waktu Pada dekade 1960-an Nani muda merupakan seorang Juni 1989. yang menggeluti budaya, dia bekerja di Dinas

Kebudayaan Cianjur. Dia pun pandai menyanyikan lagu- Menggugat Negara Demi Rehabilitasi Nama Baik

lagu tradisional Sunda, juga menari tarian adat Jawa Barat. Nurani kerap dimintai bantuan mengisi berbagai Semua perlakuan yang Nurani terima pada masa orde macam acara perayaan dengan tarian dan suaranya baru berupa penahanan berkepanjangan tanpa proses yang merdu, secara khusus Nurani juga adalah seorang hukum, proses interogasi yang tidak manusiawi, serta penari di Istana Presiden di Cipanas.

penstigmaan dan diskriminasi digugatnya melalui Wanita yang pada tanggal 23 Februari 2012 mekanisme persidangan perdata, karena menurutnya genap berusia 71 (tujuh puluh satu) tahun ini berubah semuanya tindakan tersebut merupakan perbuatan drastis hidupnya saat tahun 1968. Peristiwa tak melawan hukum (PMH) yang tentu telah menimbulkan

terlupakan itu bermula pada suatu Senin malam, 23 kerugian kepada diri Nurani.