M enanti Keadilan

M enanti Keadilan

bagi Korban Pelanggaran HAM

Oleh Ari Yurino

(Staf Pelaksana Program Bidang Informasi dan Dokumentasi ELSAM)

“Saya merasa belum ada reformasi karena korban belum dapat keadilan” (Ruminah, keluarga korban peristiwa Mei 1998)

T Baru ke masa Reformasi pada awalnya memunculkan dimaknai oleh korban dan keluarga korban sebagai

ahun demi tahun telah berlalu tanpa ada Kekecewaan dan Ketidakpercayaan Korban

penyelesaian tuntas atas tuntutan keadilan dari jutaan korban pelanggaran HAM di Indonesia. Kelambanan Pemerintah menyelesaikan kasus-kasus Padahal transisi kepemimpinan dari masa Orde pelanggaran HAM masa lalu tersebut, pada akhirnya

harapan bagi para korban dan keluarga korban bentuk ketidakseriusan Pemerintah. Mereka pelanggaran HAM untuk mencapai sebuah keadilan. beranggapan bahwa Pemerintah saat ini menjadi bagian Namun kenyataannya, upaya untuk mencapai keadilan dari para pelaku pelanggar HAM. “Di luar negeri itu tersebut seperti menemui jalan buntu. Semua pemimpin banyak kasus HAM berat, sama seperti di Indonesia. di masa reformasi gagal mewujudkan keadilan dan Tetapi kok disini sepertinya sulit sekali menyelesaikan pemenuhan hak-hak bagi korban dan keluarganya.

kasus HAM. Ini hanya masalah keseriusan, kalau serius Korban dan keluarganya yang selama ini selalu pasti tuntas,” kata Saiful Hai, salah seorang korban 1 mendesak penyelesaian kasus mereka, tentu juga peristiwa Tanjung Priok, 1984. menemui titik jenuhnya. Gurat-gurat kelelahan dan

Senada dengan Saiful Hadi, Aisyah, salah keputusasaan tampak di wajah mereka. Salah satu yang seorang keluarga korban peristiwa Tanjung Priok, mengalaminya adalah Karsiah Sie. Orang tua menyatakan bahwa Pemerintah tidak memiliki Hendriawan Sie, mahasiswa Trisakti yang tewas keseriusan dalam penanganan kasus-kasus

diterjang timah panas saat berdemonstrasi 12 Mei 1998 di pelanggaran HAM masa lalu. Bahkan secara tegas dia Universitas Trisakti, ini bertahun-tahun berjuang demi menyatakan bahwa ada relasi antara pemerintahan saat mendapatkan keadilan. Namun hingga saat ini keadilan ini dengan para pelaku pelanggar HAM. “Pemerintah tersebut tidak pernah didapatkannya.

hanya kepanjangan tangan dari militer yang melakukan “Kami merasa terombang-ambing, saya lelah. 2 pelanggaran HAM di masa Orde Baru,” tegasnya.

Sampai sekarang, kasusnya belum tuntas-tuntas, belum Menurut Murtala, Ketua Komunitas Korban ada kemajuan,” ujarnya, saat konferensi pers Pelanggaran HAM Aceh Utara (K2HAU), Pemerintah penuntasan kasus Tragedi Trisakti dan Semanggi (TSS), mungkin takut untuk menyelesaikan kasus masa lalu, Selasa 26 Februari 2008.

karena jika diselesaikan kemungkinan mereka nantinya Sikap Karsiah Sie terbilang amat wajar. Kasus akan menjadi korban. Sementara menurut Utomo, orang tragedi Trisakti dan Semanggi I/II (TSS) sendiri menjadi tua Bimo Petrus yang hilang sejak tahun 1998, seluruh tidak jelas karena Kejaksaan Agung selalu upaya yang dilakukan pemerintah dalam penanganan mengembalikan berkas penyelidikan ke Komnas HAM. kasus pelanggaran HAM masa lalu tidak berpengaruh DPR malah menguatkan pelemahan penuntasan dengan terhadap penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM menyatakan bahwa kasus TSS bukan pelanggaran HAM masa lalu. berat, pada 6 Maret 2007.

Tidak ada pengaruhnya yang dilakukan Selama ini para korban dan keluarga korban Pemerintah dalam penuntasan pelanggaran HAM, seperti pelanggaran HAM telah berupaya dengan segala yang dilakukan oleh Menkopolhukam atau Denny kemampuan untuk mendapatkan keadilan atas peristiwa Indrayana. Apalagi melalui Komnas HAM sekarang,” katanya Utomo. Pernyataa Utomo tersebut merespon yang menimpa dirinya dan keluarganya. Berbagai institusi 3 negara yang berwenang untuk menyelesaikan kasus langkah Presiden mendorong suatu inisiatif penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu telah mereka datangi. kemandegan proses hukum penyelesaian kasus-kasus Sayangnya, hingga saat ini upaya tersebut sepertinya pelanggaran HAM berat, dengan membentuk Tim Kecil belum membuahkan hasil yang diharapkan.

Penanganan Kasus Pelanggaran HAM berat di bawah 4 Dengan kemandegan penuntasan berbagai koordinasi Menkopolhukam, Djoko Suyanto. kasus pelanggaran HAM masa lalu, tentunya menjadi

Kaharuddin, salah seorang korban penahanan penting bila kita mendengarkan kembali bagaimana selama bertahun-tahun karena terkait peristiwa 1965 di pandangan para korban dan keluarga korban pada saat Palu, juga menyangsikan keseriusan pemerintahan saat ini. Pandangan para korban dan keluarga korban ini untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa pelanggaran HAM dalam pemetaan yang dilakukan lalu. “Pemerintah tidak melakukan apa-apa terhadap ELSAM secara umum menyatakan mereka sangat penuntasan kasus pelanggaran HAM masa lalu,” kecewa dengan sikap Pemerintah dan partai politik yang pungkasnya. 5 selama ini dianggap tidak serius. Penanganan kasus-

Ketidakseriusan Pemerintah tentu saja kasus pelanggaran HAM masa lalu justru dijadikan alat membuat harapan korban dan keluarga korban tawar-menawar antara partai-partai politik dan pelanggaran HAM kehilangan kepercayaannya. penguasa.

Nurhasanah, ibunda Yadin Muhidin yang hilang sejak 14

ASASI EDISI JANUARI-PEBRUARI 2012 ANALISIS DOKUMENTA SI HAK ASASI MANUSIA

Mei 1998, sepertinya juga sudah tidak memiliki korban dan keluarga korban penculikan dan penghilangan sandaran harapan kepada pemerintah untuk segera paksa untuk mendapatkan kebenaran, keadilan dan menuntaskan kasus penghilangan paksa yang pemulihan sesegera mungkin”, kata Utomo. Dia 9 menimpa anaknya. “Kepada siapa lagi saya harus menambahkan bahwa pengabaian yang dilakukan oleh bertanya? Pak Presiden berjanji tuntaskan kasus Presiden, tidak dapat diterima oleh akal sehat. 10 penculikan, tapi sampai sekarang tak kunjung ada

Janji-janji Pemerintah untuk segera hasilnya,” katanya dengan kecewa.

menuntaskan kasus pelanggaran HAM memang selalu Sikap pesimis terhadap Pemerintah pun dilontarkan. Sayang janji tinggal janji. Hingga kini ini janji muncul dari pernyataan korban. Ir. Djoko Sri Moelyono, tersebut tidak pernah direalisasikan oleh para pejabat yang sempat dibuang ke kamp kerja paksa Pulau Buru negara yang berwenang. “Masyarakat Aceh sudah selama belasan tahun karena terlibat dalam Himpunan bosan dengan janji-janji pemerintah pusat maupun lokal Sarjana Indonesia (HSI) mengungkapkan ketidak untuk menyelesaikan permasalahan HAM. Para korban yakinannya terhadap pemerintahan SBY karena ingin melihat bukti nyata penyelesaian dari masalah menganggap SBY bagian dari para pelaku pelanggar pelanggaran HAM di Aceh, ucap Basyuni korban HAM. “Saya tidak yakin pemerintahan SBY akan

peristiwa semasa DOM di Aceh. 11 menuntaskan kasus pelanggaran HAM berat karena

Hal senada juga diungkapkan oleh Peneas dirinya termasuk bagian dari kroni Soeharto Orde Baru Lokbere yang merupakan ketua Bersatu Untuk

yang tentunya ingin melindungi kolega-koleganya. Kebenaran (BUK), sebuah organisasi korban Seharusnya kalau memang mau perubahan tangkap itu

6 jenderal-jenderal penjahat HAM. Apa mau?” ujarnya. pelanggaran HAM di Papua. “Yang menjadi keprihatinan adalah negara tidak bisa menyelesaikan kasus

Pernyataan serupa dilontarkan Astaman pelanggaran HAM itu dengan baik, sepertinya semua Hasibuan, korban penahanan bertahun-tahun akibat ditelantarkan,” katanya. 12 peristiwa 1965 di Sumatera Utara. Secara tegas

Astaman mengungkapkan bahwa Pemerintah berupaya Tarik Ulur Kepentingan Politik

menutup-nutupi peristiwa pelanggaran HAM yang pernah terjadi saat ini. “Pemerintah tidak mau Kemandegan penuntasan berbagai kasus pelanggaran menuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM untuk HAM masa lalu ini kemudian dicurigai oleh sebagian menjaga kebohongan yang dibangun selama ini. Kalau korban dan keluarga korban pelanggaran HAM sebagai dituntaskannya, nantinya akan nampak sekali permainan politik para elit dan partai-partai politik. Janji- kebohongannya,” kata Astaman yang saat ini menjadi janji hanya dimanfaatkan untuk menaikkan posisi tawar Sekretaris Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia

7 (IKOHI) Sumatera Utara. para elit dengan menekan para lawan-lawan politiknya. Chairuman, salah seorang mantan tahanan politik

Anggapan para korban menjadi sangat wajar peristiwa 1965 di Sumatera Utara, mengatakan, “upaya ketika kita melihat bahwa sudah bertahun-tahun para penuntasan kasus pelanggaran HAM masa lalu sarat korban dan keluarga korban pelanggaran HAM berusaha dengan kepentingan politik. Ada pergesekan di untuk mendesak Pemerintah. Berbagai institusi negara kelompok-kelompok yang berkuasa saat ini. Dengan terkait sebenarnya telah memberikan rekomendasi pergesekan itu, Pemerintah tidak mau posisinya kepada Presiden untuk segera menuntaskan kasus semakin terjepit,” katanya. 13 pelanggaran HAM serta memberikan pemulihan kepada

Tarik ulur penuntasan berbagai kasus korban dan keluarga korban pelanggaran HAM. Namun pelanggaran HAM masa lalu pun bukan hanya terjadi di hingga saat ini Pemerintah seakan tidak peduli terhadap pemerintah pusat saja. Namun di tingkat pemerintah berbagai kasus tersebut. Para korban merasa geram lokal, tarik ulur kepentingan politik dalam upaya

sekaligus curiga adanya kesengajaan Pemerintah untuk penuntasan kasus pelanggaran HAM masa lalu juga tidak menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu. terjadi. Bachtiar, salah seorang korban peristiwa

Hal ini dilontarkan Mujayin, yang mengalami pelanggaran HAM di Aceh, mengungkapkan bahwa tidak penahanan selama bertahun-tahun di Pulau Buru. berjalannya upaya penuntasan kasus-kasus “Kurang apa lagi? Lembaga Tinggi Negara seperti pelanggaran HAM masa lalu di Aceh dikarenakan faktor Mahkamah Agung, Komnas HAM dan DPR RI telah pergesekan kepentingan-kepentingan politik di tingkat merekomendasikan kepada Presiden untuk segera lokal. “Elit-elit politik di tingkat lokal cenderung saling

menerbitkan Keppres Rehabilitasi. Namun sang Presiden 8 bertarung untuk mempertahankan kepentingan tidak lakukan itu. Ada apa ini?” ungkapnya.

politiknya masing-masing, sementara kepentingan Sikap ketidakpedulian Pemerintah SBY pada korban tidak pernah disentuh dan tidak pernah ada

akhirnya disimpulkan oleh korban dan keluarga korban perhatian khusus bagi korban,” katanya. 14 sebagai bentuk pengabaian Pemerintah untuk

menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM masa Pengungkapan Kebenaran dari Korban

lalu. DT Utomo Rahardjo bahkan secara tegas mengungkapkan Pemerintahan SBY sengaja Kemandegan penuntasan kasus-kasus pelanggaran melakukan pengabaian dan menghalangi keadilan, HAM masa lalu ini tentu saja akan semakin menjauhkan padahal DPR telah mengeluarkan rekomendasi kepada korban dan keluarga korban pelanggaran HAM untuk Presiden terkait kasus penghilangan paksa yang terjadi mencapai keadilan. Untuk itu, bagi sebagian korban dan pada periode 1997/1998, pada 28 September 2009.

keluarga korban pelanggaran HAM, harus ada alternatif “Pengabaian selama dua tahun adalah bentuk perjuangan lainnya yang harus dilakukan oleh korban

obstruction of justice dari seorang kepala negara. Presiden dan keluarga korban pelanggaran HAM. Pengungkapan SBY dengan sengaja mengulur waktu dan menghalangi kebenaran dengan jalan mendokumentasikan seluruh