MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH DI NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
D. MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH DI NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
Mengamati suatu daerah atau wilayah, atau suatu wilayah yang lebih luas lagi, yang kita tahu bahwa suatu daerah atau wilayah tersebut telah berkembang menjadi sebuah kota, tengah berkembang menjadi sebuah wilayah yang ramai, tengah berkembang menjadi kota megapolitan, menjadi kota industri yang penting, menjadi wilayah pertanian yang penting dan sebagainya, seperti yang dapat kita saksikan saat ini.
Kita mungkin akan bertanya mengapa harus Jakarta yang menjadi ibukota Indonesia? Mengapa Bali yang berkembang menjadi daerah wisata yang paling maju di Indonesia? Mengapa Singapura yang kecil tetapi makmur. Mengapa kota-kota besar berkembang di daerah pantai. Mengapa kota-kota besar di dunia berada di muara atau di lembah-lembah sungai. Mengapa ibukota di negara-negara maju bukan merupakan sebuah kota yang paling besar, tetapi ibukota negara-negara berkembang selalu merupakan kota terbesar di negaranya?
Pertumbuhan sebuah daerah menjadi kota atau kota besar atau wilayah yang berkembang awalnya dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. lembah sungai yang subur;
2. sumber pertambangan;
3. lokasi yang strategis;
4. keindahan dan keunikan daerah;
5. kebijakan pemerintah.
Lembah sungai yang subur memberikan kemudahan bagi manusia menjadikannya sebagai lahan pertanian yang menghasilkan. Ini akan mengundang manusia dari tempat lain ke tempat ini, sehingga manusia akan terkonsentrasi di tempat ini dan tempat ini akan berkembang. Lahan pertanian yang subur akan memberikan panen yang melimpah, sehingga kebutuhan pangan senantiasa terpenuhi bahkan berlebih. Hasil panen yang berlebih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan tidak hanya di daerah tersebut tetapi di daerah lainnya, selanjutnya akan terjadi pertukaran hasil pertanian atau dengan hasil lainnya melalui perdagangan, dan tempat tersebut akan terus berkembang tidak hanya pada kegiatan pertanian tetapi juga pada kegiatan-kegiatan lainnya, menjadi sebuah desa, kota, kota besar, dan seterusnya.
Jika kita melihat sejarah pusat-pusat kebudayaan atau peradaban bangsa- bangsa di dunia masa lalu, pusat-pusat tersebut umumnya berkembang di suatu lembah sungai yang subur. Hal tersebut dicontohkan oleh kejayaan peradaban Babilonia di Mesir yang di mulai dari lembah sungai Nil, Mesopotamia di lembah sungai Tigris dan Eufrat, selanjutnya demikian pula seperti kota- kota di Eropa misalnya; London yang dibelah oleh sungai Thames, Paris pada sungai Seine, di Asia seperti peran sungai Gangga dan Indus pada kota- kota di India, Sungai Yang Tze dan Hwang Ho di Cina, termasuk perkembangan awal kota-kota di nusantara kita ini seperti Jakarta, Yogyakarta, Palembang berada pada lembah-lembah sungai yang subur.
Ditemukannya sumber-sumber mineral seperti batu bara, bijih besi, emas, minyak dan gas bumi pada suatu daerah tertentu mengakibatkan daerah tersebut menjadi pusat kegiatan pertambangan. Kegiatan ini akan berkembang menjadi pusat-pusat kegiatan lainnya seperti industri sehingga menjadi suatu wilayah yang berkembang atau kota.
Kita telah membahas negara-negara maju dan berkembang. Jelas, di sana digambarkan bagaimana kota-kota besar baik sebagai pusat industri maupun lainnya, awalnya karena pada daerah tersebut memiliki kekayaan sumber-sumber mineral tertentu, selanjutnya diusahakan dan karena didukung oleh faktor-faktor geografi lainnya memungkinkan daerah tersebut berkembang menjadi kota-kota besar seperti: Duseldorf, Bonn, Frankfrut di Jerman yang berkembang karena daerah Ruhr memiliki kekayaan mineral bijih besi, dan batu bara yang melimpah. Demikian pula di Inggris seperti kota Manchester, Shefield, Leeds dan Nothingham; Chicago, Detroit, Milwakee, Duluth, Dallas Piladelphia di Amerika Serikat. Beijing, Sanghai di Cina; Port Hacourt di Nigeria; Cargorlie di Australia; Kuwait, Brunei, di Indonesia seperti Bontang, Arun, Tembagapura dan lain sebagainya.
Karena posisinya yang strategis menyebabkan suatu tempat menjadi daerah persinggahan dan akhirnya berkembang menjadi pusat perdagangan industri Karena posisinya yang strategis menyebabkan suatu tempat menjadi daerah persinggahan dan akhirnya berkembang menjadi pusat perdagangan industri
Suatu kota atau daerah dapat pula awalnya berkembang karena keindahan alamnya atau karena keunikan budayanya. Kota-kota di negara Swis, berkembang karena daerahnya memiliki alam dan pemandangan yang indah sehinga menjadi daerah wisata yang sangat menarik di dunia, Bali pun memiliki keunikan budaya, sehinga merupakan daerah tropis yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dunia sehingga berkembang seperti saat ini.
Suatu daerah atau wilayah dapat pula berkembang menjadi sebuah kota atau kota besar karena memang dikehendaki oleh pemerintah suatu negara. Brasilia City merupakan ibukota negara Brasil yang dibangun di suatu daerah dataran tinggi yang jarang penduduknya, tetapi selanjutnya berkembang menjadi sebuah kota besar. Abuja merupakan ibukota Nigeria di daerah tengah sebelumnya Lagos yang berada di tepi pantai, Canbera ibukota negara Australia pun demikian, Demikian pula Washington DC sebagai ibukota negara Amerika Serikat, dan masih banyak pula kota-kota besar saat ini di dunia yang awalnya dibangun untuk kepentingan pemerataan pembangunan wilayah di suatu negara.
Nampak perkembangan suatu wilayah atau kota sangatlah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor alamiah maupun faktor sosial wilayah yang bersangkutan. Unsur lokasi, keadaan alam, iklim dan kandungan sumber daya alam atau keadaan sosial budaya penduduk dan kebijakan pemerintah di dalam penentuan pola pembangunan wilayah, akan sangat mempengaruhi perkembangan suatu wilayah atau suatu kota.
1. Pengembangan wilayah di negara maju
Model pengembangan atau pembangunan wilayah di berbagai negara tidaklah sama, meskipun tujuan yang ingin dicapai sama. Contohnya di negara yang menganut paham sosialis, akan berbeda dengan negara-negara yang menganut paham liberal. Demikian halnya yang terjadi di negara-negara maju berbeda dengan di negara-negara berkembang.
Umumnya di negara-negara maju, pengembangan wilayah atau kota dilakukan dengan sistem desentralisasi. Banyak rancangan mengenai pola dan bentuk pengembangan wilayah kota yang dikembangkan di negara-negara maju. Mereka cenderung memperhatikan trend atau kebutuhan-kebutuhan pada masa yang akan datang. Namun, dapat dikemukakan di antaranya menurut Sikander dan Malik bahwa terdapat lima macam pola dan bentuk kota dalam trend pengembangan wilayah di masa mendatang yaitu pola metropolis menyebar
(dispersed), pola metropolis galaktika, pola metropolis memusat, pola metropolis bintang, dan pola metropolis cincin. Adapun selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pola metropolis menyebar (dispersed)
Terbentuk dengan mengembangkan bagian kota yang paling jarang penduduknya. Pada bagian kota yang padat penduduknya dibangun kembali dengan mengurangi kepadatan penduduk sehingga kota metropolis tersebut akan menyebar. Prasarana sosial ekonomi seperti kantor, rumah sakit, pabrik dan universitas disebar ke kawasan yang baru.
Gambar 7.12 Pola menyebar (Sumber: Johara T. Jayadinata, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan WIlayah, 1999, halaman 221)
b. Pola metropolis galaktika
Terbentuk dari permukiman kota yang kecil-kecil berpenduduk padat, dipisahkan oleh kawasan pertanian yang jarang sekali penduduknya atau bahkan tidak berpenduduk. Kegiatan sosial ekonomi terpusat di berbagai pemukiman.
c. Pola metropolis memusat
Dibentuk oleh kegiatan sosial ekonomi yang tinggi dengan kepadatan penduduk yang tinggi pula, terutama di pusatnya. Karena kegiatan sosial ekonomi sangat tinggi, banyak penduduk yang tinggal di apartemen dan rumah susun.
Gambar 7.13 Pola Galaktika Gambar 7.14 Pola Memusat (Sumber: Johara T. Jayadinata, Tata Guna
(Sumber: Johara T. Jayadinata, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan,
Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah, 1999, halaman 222) Perkotaan, dan Wilayah, 1999, halaman 224)
d. Pola metropolis bintang
Terbentuk karena mempunyai inti yang utama, dengan pola kepadatan penduduk membentuk bintang memanjang. Lengan-lengan kota itu mempunyai kepadatan penduduk yang sedang.
e. Pola metropolis cincin
Terbentuk dengan kepadatan penduduk terletak di sekeliling tengah kota. Adapun daerah yang jarang penduduknya terletak ditengah kota.
Gambar 7.15 Pola Bintang Gambar 7.16 Pola Cincin (Sumber: Johara T. Jayadinata, Tata Guna
(Sumber: Johara T. Jayadinata, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan,
Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah, 1999, halaman 224)
Perkotaan, dan Wilayah, 1999, halaman 226)
2. Pengembangan wilayah di negara berkembang
Di negara-negara berkembang juga terjadi pengembangan wilayah yang dipengaruhi oleh tuntutan kemajuan masyarakat dan tingkat perekonomiannya. Perkembangan wilayah di beberapa negara berkembang baik di Asia, di Amerika Selatan maupun di Afrika berlangsung sangat cepat. Perkembangan tersebut khususnya di wilayah perkotaan akhirnya menimbulkan masalah yang kadang menjadi relatif sulit penanggulangannya. Masalah tersebut awalnya dapat berupa fisik tetapi selanjutnya berdampak pada aspek-aspek lainnya, seperti berkembangnya perumahan kumuh (slum area), peningkatan tindak kejahatan, prostitusi, dan sebagainya.
Pembangunan wilayah perkotaan di negara-negara berkembang cenderung diarahkan kepada upaya penanggulangan kemiskinan penduduk dan memajukan kegiatan-kegiatan atau aktivitas kota. Karena itu, sebaiknya pengelolaan kota dilakukan dengan cara penyediaan secara rutin dan pemeliharaan sarana pekerjaan umum dan jasa dan perencanaan pelaksanaan berbagai proyek pembangunan. Masalah penting dalam pengelolaan kota menurut Cheema sebagai berikut.
a. Pembiayaan kota
b. Perumahan kota
c. Jasa dan prasarana infrastruktur
d. Sistem informasi perkotaan
e. Sektrol informal
f. Kapasitas kelembagaan kota Permasalahan pokok dalam pengembangan atau pembangunan wilayah
di negara berkembang umumnya ialah penyediaan perumahan, prasarana, dan jasa. Ketika pembangunan perumahan harus dilaksanakan maka kendala yang dijumpai sebagai berikut.
a. mahalnya harga tanah, sehingga kondisi inipun berdampak pada mahalnya harga rumah.
b. sulitnya menjangkau lembaga-lembaga keuangan.
c. kurangnya partisipasi dari penduduk miskin perkotaan dalam berbagai proyek perencanaan dan pelaksanaan perumahan.
d. mminimnya dana pemerintah untuk program menanamkan modal (investasi)
e. standar dan kode pembangunan yang kurang lentur.
f. harga bahan bangunan yang relatif mahal. Ketika sektor formal tidak mungkin menyerap tenaga kerja sepenuhnya,
maka sektor informal menjadi pilihan para angkatan kerja untuk tetap dapat maka sektor informal menjadi pilihan para angkatan kerja untuk tetap dapat