SISTEM PENGINDERAAN JAUH

B. SISTEM PENGINDERAAN JAUH

Penginderaan jauh merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen. Komponen-komponen dan interaksi antarkomponen dalam sistem penginderaan jauh akan diuraikan sebagai berikut.

Gambar 3.6 Sistem Penginderaan Jauh (Sumber: Penginderaan Jauh, 1994)

1. Tenaga untuk penginderaan jauh

Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan. Untuk itu, diperlukan tenaga penghubung yang membawa data tentang objek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam dengan 3 (tiga) cara, dengan variasi sebagai berikut:

a. Distribusi daya (force)

Contoh, gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.

b. Distribusi gelombang bunyi

Contoh, sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam air.

c. Distribusi gelombang elektromagnetik

Contoh, kamera untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.

Gambaran objek permukaan bumi merupakan hasil interaksi antara tenaga dan objek yang direkam. Tenaga yang dimaksud adalah radiasi matahari, tetapi jika perekaman tersebut dilakukan pada malam hari dibuat tenaga buatan yang dikenal sebagai tenaga pulsa.

Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan disebut sistem aktif. Hal ini didasarkan karena pada saat perekaman pada malam hari diperlukan bantuan tenaga. Proses perekaman objek tersebut melalui pancaran tenaga buatan yang disebut tenaga pulsa berkecepatan tinggi, karena pada saat pesawat bergerak tenaga pulsa yang dipantulkan oleh objek direkam. Oleh karena tenaga pulsa memantul, pantulan yang tegak lurus memantulkan tenaga yang banyak, sehingga rona yang terbentuk akan berwarna gelap. Sementara tenaga pantulan pulsa radar relatif kecil, sehingga rona yang terbentuk akan cerah. Sensor yang tegak lurus dengan objek (membentuk objek gelap) disebut near range, sedangkan yang membentuk sudut jauh dari pusat perekaman disebut far range.

Sumber tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh yaitu matahari, sebagai sumber utama tenaga elektromagnetik alami yang digunakan pada teknik pengambilan data objek. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif. Radiasi matahari yang terpancar ke segala arah, terurai menjadi berbagai panjang gelombang ( λ): mulai dari panjang gelombang dengan unit terkecil (pikometer) sampai dengan unit terbesar (kilometer).

Tabel 3.1

Ukuran panjang gelombang ( λ λ λ λ λ) yang dipancarkan

Unit

Simbol

Ekivalen (meter)

Keterangan

Kilometer

Ukuran Meter

km

1 Ukuran Ukuran

0.01 Ukuran Milimeter

cm

Ukuran Mikrometer

mm

= mikron ( μ) Nanometer

um

Ukuran umum sinar x Angstrom

Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi, kemudian dipantulkan ke sensor. Ia juga dapat berupa tenaga dari objek yang dipancarkan ke sensor. Jumlah tenaga matahari yang mencapaui bumi (radiasi) dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah uang diterima pada pagi atau sore hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim.

Gambar 3.7 Panjang gelombang “Special Band” spektrum elektromagnetik dan saluran yang digunakan dalam penginderaan jauh (Sumber: Sabins Jr., 1978)

2. Atmosfer

Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang, sehingga hanya sebagian kecil saja tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian spektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi disebut “jendela atmosfer”. Jendela atmosfer yang paling awal dikenal orang dan paling banyak digunakan dalam penginderaan jauh hingga sekarang ialah spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 μm hingga 0,7 μm.

Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat mencapai permukaan bumi secara utuh, karena sebagian mengalami hambatan oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.

Radiasi matahari

Radiasi dari angkasa luar/

antariksa (6)

Pancaran gas

Awan Pancaran awan (3)

Pancaran atmosfer (7) Pancaran dan hamburan bumi (1)

Pancaran bumi (4)

Gambar 3.8 Komponen tenaga gelombang mikro alamiah (Sumber: Sutanto, 1994, halaman 191)

3. Sensor

Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik.

Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial . Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh sensor, semakin baik kualitas sensor itu, dan semakin baik resolusi spasial citra.

Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan ke dalam sensor fotografik dan sensor elektronik.

1) Sensor fotografik

Proses perekamannya berlangsung secara kimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan direkam pada emulsi film yang bila diproses akan menghasilkan foto. Apabila pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya, fotonya disebut foto udara. Tapi bila pemotretan dilakukan dari antariksa atau menggunakan satelit, fotonya disebut citra satelit atau foto satelit.

2) Sensor elektronik

Sensor ini menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat penerima dan perekamannya berupa pita magnetik atau detektor lainnya. Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetik ini kemudian diproses menjadi data visual maupun data digital yang siap dikomputerkan. Pemrosesan agar menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) dengan memotret data yang direkam menggunakan pita magnetik yang diwujudkan secara visual pada layar monitor;

b) dengan memotret data menggunakan film perekam khusus. Hasilnya berupa foto dengan film sebagai alat perekamnya, tapi film di sini hanya berfungsi sebagai alat perekam saja, sehingga hasilnya disebut citra penginderaan jauh.

Tabel 3.2 Spektrum dan Sistem Sensor

Panjang Kemampuan Saat

Spektrum dan Sistem Sensor Gelombang Menghadapi Penginderaan

(ìm)

Kendala Cuaca

Ultraviolet = optical mechanical scanner

Siang = image ortichon

0,01 - 0,4

= kamera dengan film inframerah Tampak

Siang, kecuali = kamera konvensional

digunakan

Kabut tipis = multispectral scanner

0,4 - 0,7

penyinaran = vidicon

aktif Inframerah pantulan

= kamera konvensional dengan Campuran film inframerah

Siang asap dan kabut = solid state detector

= radiometer

Inframerah thermal = solid state detector dalam

Kabut tipis,

Siang – Malam scanner dan detector

asap

= quantum detector Gelombang mikro

= scanner dan radiometer

Kabut tipis, asap Siang – Malam

= antenna dan sircuit Kabut/awan

Radar = scanner dan radiometer

8,3 – 10 3 Kabut tipis, asap Siang – Malam = antenna dan sircuit

1,3 – 10 6 Awan hujan

Tabel 3.3 Wahana, sensor, dan detektor

Sistem No

Sensor Detektor Penginderaan Jauh

Wahana

1 Fotografik

Balon udara,

Kamera Film

pesawat udara

2 Thermal

Scanner Pita magnetik 3 Gelombang mikro

Pesawat udara

Pesawat udara, satelit Scanner Pita magnetik dan radar

4 Satelit

Satelit

Scanner Pita magnetik

4. Wahana

Kendaraan yang membawa alat pemantau dinamakan wahana. Berdasarkan ketinggian peredaran atau tempat pemantauannya, wahana di angkasa dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Pesawat terbang rendah sampai medium (Low to medium altitude aircraft), dengan ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah citra foto (foto udara).

2) Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft), dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan yaitu foto udara dan multispectral scanners data.

3) Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah citra satelit.

5. Perolehan data

Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan interpretasi secara visual. Selain itu, dapat pula dengan cara numerik atau digital yaitu dengan menggunakan komputer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual, sedangkan data hasil penginderaan jauh secara elektronik dapat diinterpretasi secara manual maupun secara numerik.

Interpretasi citra

Di dalam penginderaan jauh, interpretasi citra merupakan langkah yang harus dilakukan agar kita mendapatkan informasi dari citra untuk dimanfaatkan. Menurut Este dan Simonett (1975), interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi, di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan: deteksi, identifikasi, dan analisis.

1) Deteksi

Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek. Misalnya, objek berupa savana.

2) Identifikasi

Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra. Objek ini dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan menggunakan alat stereoskop. Ada tiga ciri utama yang dapat dikenali, yaitu ciri spektral, ciri spasial, dan ciri temporal.

a) Ciri spektral , merupakan ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan objek. Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Adapun faktor yang mempengaruhi rona antara lain:

(1) Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus). (2) Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan). (3) Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup,

dan gelap). (4) Keadaan cuaca (cerah atau mendung). (5) Letak objek (pada lintang rendah atau tinggi). (6) Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan Juni atau Desember).

b) Ciri spasial, merupakan ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi:

(1) Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan dalam bentuk kasar, sedang dan halus. Misalnya: hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, dan semak bertekstur halus.

(2) Bentuk adalah gambar yang mudah dikenali. Contoh: gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L dan U atau persegi panjang; gunung api misalnya berbentuk kerucut.

(3) Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng, dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala. Contoh, lapangan olah raga sepak bola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang tetap.

(4) Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai banyak objek bentukan manusia dan beberapa objek alamiah. Contoh, pola aliran sungai menandai struktur biologis. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah yang jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa, dan kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

(5) Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Contoh: permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam, atau sepanjang tepi jalan; persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah; dan sebagainya.

(6) Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas. Contoh: lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan; cerobong asap dan menara tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan jelas.

(7) Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lainnya. Contoh, stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).

c) Ciri temporal Ciri temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman.

Misalnya; rekaman sungai pada saat musim hujan tampak cerah, sedangkan pada saat musim kemarau tampak gelap.

Pada dasarnya interpretasi citra terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu perekaman data citra dan penggunaan datanya untuk tujuan tertentu. Perekaman data citra berupa pengenalan objek dan unsur yang tergambar pada citra Pada dasarnya interpretasi citra terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu perekaman data citra dan penggunaan datanya untuk tujuan tertentu. Perekaman data citra berupa pengenalan objek dan unsur yang tergambar pada citra

(1) menguraikan atau memisahkan objek yang memiliki rona berbeda; (2) ditarik garis batas/deliniasi bagi objek yang memiliki rona sama; (3) setiap objek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur temporalnya; (4) objek yang sudah dikenali, diklasifikasi sesuai dengan tujuan interpretasinya; (5) digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara; (6) untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya, dilakukan pengecekan medan

(lapangan); (7) interpretasi akhir berupa pengkajian atas pola atau susunan keruangan

(objek); (8) dipergunakan sesuai tujuannya.

Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, dan analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh; sedangkan untuk penelitian terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu.

Pengenalan objek dalam menginterpretasi citra merupakan bagian yang sangat penting. Tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra.

Selain delapan unsur di atas (rona, tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, bayangan, dan asosiasi) dalam menginterpretasi citra, juga tidak kalah pentingnya mengenal bentuk fisik foto udara dan menentukan skalanya.

Bentuk fisik foto udara adalah persegi dengan ukuran standar 23 cm × 23 cm. Setiap lembaran foto udara memiliki informasi tepi, yaitu sebagai berikut.

1) Tanda fiducial , yaitu titik tengah pada setiap tepi foto udara.

2) Titik prinsipal , yaitu representasi dari posisi kamera yang tegak lurus terhadap objek permukaan bumi. Titik prinsipal merupakan titik tengah yang diperoleh dari pertemuan garis lurus yang ditarik dari setiap titik fiducial.

3) Waterpass, untuk mengetahui tegak atau miringnyaobjek yang direkam. Jika dalam informasi waterpass terliht lebih kecil dari angka 3, foto udara dianggap tegak.

4) Jam terbang, yaitu informasi tentang waktu pemotretan dilakukan. Jam terbang dapat menunjukkan arah mata angin dari foto udara.

5) Fokus kamera, yaitu untuk mengetahui panjang fokus kamera yang digunakan dalam menghitung skala foto udara. Fokus kamera dinyatakan dalam satuan milimeter.

6) Altimeter, yaitu informasi untuk mengetahui ketinggian pesawat pada objek yang dipotret. Satuan yang digunakan yaitu meter dan kilometer.

7) Informasi lembaga, yaitu nama lembaga yang melakukan pemotretan.

8) Nomor foto udara, yaitu untuk menyatakan lembar atau jalur terbang daerah pemotretan.

Agar lebih jelas tentang bagian-bagian dari bentuk fisik foto udara, kamu dapat mengetahuinya dari gambar 3.9 berikut.

altimeter

jam terbang titik fidusial

waterpass titik prinsipal

fokus kamera informasi lembaga

nomor lembar

Gambar 3.9 Bagian-bagian fisik dari foto udara di daerah Lembang Bandung (Sumber: Bakosurtanal, 1990)

Untuk mengetahui skala foto udara yang akan digunakan, maka perlu diamati mengenai penggunaan kamera.

Gambar 3.10 Skala foto udara tegak di daerah datar (Sumber: Lillesand and Kiefer, 1990, halaman 99)

Gambar tersebut menunjukkan bahwa panjang fokus berbanding dengan jarak kamera terhadap objek, panjang film berbanding dengan jarak datar di foto. Karena itu, skala dperoleh dari perbandingan antara jarak di foto dan jarak datar di lapangan. Penentuan skala pada foto udara, dapat diformulasikan melalui rumus:

f S = ––––– H–h

Keterangan: S = skala foto udara

f = fokus kamera

H = tinggi pesawat

h = tinggi objek Contoh:

Perekaman objek dengan menggunakan kamera yang memiliki panjang fokus 14,7 mm (f). Tinggi terbang pesawat 7000 meter di atas permukaan laut (H) dan ketinggian objek 1200 meter di atas permukaan laut (h). Berapakah skala foto udara tersebut?

Jawab:

f S = ––––– H–h

Perhitungan skala di atas, dilakukan dengan membandingkan panjang fokus dengan tinggi terbang dari objek. Tetapi bila pada foto udara tidak dicantumkan ketinggian terbang, maka perhitungan skala dapat ditentukan dengan membandingkan jarak di foto udara dengan jarak datar di lapangan, menggunakan rumus sebagai berikut.

jf S = ––– jl

Keterangan: S = skala foto udara

jf = jarak di foto jl = jarak datar di lapangan

6. Pengguna data

Pengguna data (orang, badan, atau pemerintah) merupakan komponen paling penting dalam penginderaan jauh. Karena, para penggunalah yang dapat menentukan diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh tersebut. Data yang dihasilkan mencakup wilayah dan sumber daya alam suatu negara, sehingga merupakan data yang sangat penting untuk orang banyak. Oleh karena itu, data ini perlu dijaga penggunaannya.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24