TAHAPAN KERJA SIG
C. TAHAPAN KERJA SIG
Mengolah data SIG menjadi sebuah informasi spasial dalam bentuk peta, diperlukan peralatan dan keterampilan yang memadai. Untuk menyusun dan mengolah data tersebut diperlukan tahapan kerja sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan, yang akan dilakukan untuk mengoperasikan sistem informasi geografis ialah sebagai berikut.
a. Mengkaji kebutuhan
Mengkaji kebutuhan merupakan dasar dari keberhasilan penggunaan SIG. Aspek yang dikaji mencakup pengidentifikasian kegiatan di dalam organisasi yang berkenaan dengan peta atau informasi geografis atau mengkaji bentuk atau model informasi yang dibutuhkan oleh pengguna (user).
Paling sedikit ada tujuh jenis kebutuhan yang diperhitungkan: (1) fungsi- fungsi pemrosesan, (2) data atau isi yang diperlukan, (3) standar dan karakteristik Paling sedikit ada tujuh jenis kebutuhan yang diperhitungkan: (1) fungsi- fungsi pemrosesan, (2) data atau isi yang diperlukan, (3) standar dan karakteristik
b. Membuat rancangan peta
Membuat rancangan peta merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan atau dibuat. Hal ini berkaitan dengan peta tematik yang dibutuhkan dan rencana analisis (tumpangsusun) antara peta-peta tematik yang akan dibuat.
Misalnya, akan membuat peta Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di suatu wilayah. Peta dasar yang harus tersedia dan konsep analisis yang digunakan ialah sebagai berikut.
1) Peta dasar yang disiapkan ialah peta topografi, peta curah hujan, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan, peta jenis batuan, peta lereng dan ketinggian.
2) Memilih model analisis erosi yang digunakan. Berdasarkan genesis:
a) erosi geologi.
b) erosi dipercepat.
Berdasarkan bentuk:
a) erosi permukaan, terdiri atas erosi percik, erosi lembar, dan erosi alur.
b) erosi parit.
c) erosi tebing/jurang. Berdasarkan pergerakan:
a) erosi horizontal.
b) erosi vertikal.
Berdasarkan tenaganya: a) erosi oleh air, terdiri atas: erosi oleh air hujan dan erosi oleh air mengalir.
b) erosi oleh angin.
Analisis TBE yang banyak digunakan ialah persamaan untuk menduga erosi permukaan. Jenis erosi ini banyak terjadi di lahan pertanian, dengan menggunakan persamaan model matematis PUKT (Persamaan Umum Kehilangan Tanah) atau USLE (Universal Soil Loss Equation) sebagai berikut.
A = R.K.L.S.C.P
Keterangan:
A = Jumlah material batuan yang tererosi erosi dalam ton/ha/tahun R = faktor erosivitas hujan K = faktor erodibilitas tanah L = faktor panjang lereng S = faktor kemiringan lereng
C = faktor vegetasi/tanaman P = faktor konservasi tanah
Peta dasar yang diperlukan harus disiapkan, hal ini dilakukan agar gambar atau peta yang kurang jelas dapat diperbaiki, skala dan tahun peta harus cocok atau disesuaikan. Peta-peta tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber atau instansi terkait. Apabila ada salah satu komponen yang tidak ada atau belum dibuat petanya, maka kita harus membuat peta tersebut. Pembuatan peta tersebut untuk melengkapi dan memudahkan dalam menumpangsusunkan peta-peta yang diperlukan.
c. Merancang basis data
Merancang basis data adalah menyiapkan rencana pengorganisasian data yang akan dimasukkan dalam sistem. pengorganisasiannya berdasarkan pada kebutuhan dan sumber data yang sudah disediakan. Rancangan basis data dapat digambarkan pada bagan seperti berikut ini.
Mengidentifikasi data Data yang dibutuhkan
yang tersedia
Memadukan data yang
Model data yang
Analisis dan evaluasi disusun
disusun dengan data
yang tersedia
data yang tersedia
Membuat peta
Konversi data tabular data
Membuat rancangan
basis data
dan peta
Mengevaluasi dan
Editing revisi peta data
Basis data
SIG
data
Pengarsipan data
Back up SIG
Updating basis data
SIG secaa kontinue
basis data
Skema 4.3 Penyusunan basis data
d. Menentukan prosedur kerja
Menentukan prosedur kerja dalam memasukkan data ke dalam sistem komputer perlu dilakukan agar tim penyusun SIG dapat bekerja lebih cepat Menentukan prosedur kerja dalam memasukkan data ke dalam sistem komputer perlu dilakukan agar tim penyusun SIG dapat bekerja lebih cepat
2. Tahap digitasi peta
Digitasi peta merupakan pekerjaan memindahkan peta dalam bentuk lembaran peta (hardcopy) ke dalam komputer. Pada tahap ini, peta yang masih dalam bentuk lembaran kertas kemudian diubah ke dalam bentuk format digital, yaitu format yang dapat dibaca dan diolah oleh komputer. Alat untuk merekam atau memindahkan data tersebut dinamakan digitizer. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan scanner.
3. Tahap editing
Hasil digitasi biasanya belum sempurna, karena masih dapat dijumpai kesalahan atau tidak akurat. Kesalahan tersebut umumnya terjadi akibat ketidaktelitian manusia dalam proses digitasi peta atau karena faktor kemampuan alat yang terbatas. Sehingga pada tahap ini yang dilakukan ialah mengoreksi dan memperbaiki data atau simbol yang salah atau tidak tepat. Kesalahan- kesalahan yang umumnya terjadi, dalam bentuk overshoot (garis lebih), undershoot (garis tidak nyambung), garis ganda, kesalahan dalam pelabelan, dan lain-lain.
Gambar 4.7 Kesalahan-kesalahan hasil digitasi (Sumber: Koleksi penulis, 2006)
4. Tahap konversi
Tahap konversi adalah tahap penyesuaian koordinat dengan mengubah koordinat meja digitizer ke dalam koordinat lintang dan meridian bumi yang sesungguhnya. Penggunaan koordinat meja digitizer adalah koordinat yang diperlukan agar pembuatan peta dilakukan secara sistematis (tidak acak) Tahap konversi adalah tahap penyesuaian koordinat dengan mengubah koordinat meja digitizer ke dalam koordinat lintang dan meridian bumi yang sesungguhnya. Penggunaan koordinat meja digitizer adalah koordinat yang diperlukan agar pembuatan peta dilakukan secara sistematis (tidak acak)
5. Tahap anotasi
Tahap anotasi adalah tahap dilakukannya pemberian nama atau catatan terhadap berbagai objek yang ada pada peta, misalnya nama sungai, nama kota, nama gunung, nama daerah, atau nama wilayah.
6. Tahap labelling
Setiap objek yang nampak dan ada pada peta harus diberi label dan fungsinya sebagai identitas dari objek tersebut. Identitas ini berguna untuk membuat hubungan antara data grafis dan data nongrafis. Label atau identitas tersebut biasanya dituangkan dalam legenda atau keterangan peta.
7. Tahap analisis
Setelah peta yang dibutuhkan selesai dikerjakan, maka tahap selanjutnya adalah tahap analisis dan pengolahan lebih lanjut. Tahap analisis yaitu tahap pengukuran panjang, kerapatan, luas objek pada peta dan sampai pada penggabungan beberapa peta dengan cara tumpang susun (overlay). Penggabungan tersebut akan menghasilkan peta baru yang lebih informatif. Pada SIG konvensional analisis datanya berupa pengukuran dengan menggunakan alat sederhana, seperti penggaris untuk mengukur panjang dan planimeter untuk mengukur luas. Pada SIG yang menggunakan komputer analisis datanya terutama untuk menghitung luas wilayah dapat dilakukan dengan mudah.
Analisis peta hasil tumpang susun yang dilakukan secara konvensional dilakukan dengan menggunakan kertas transparan sehingga beberapa peta dapat ditumpangsusunkan menjadi peta yang bertampalan. Beberapa peta dapat ditumpangsusunkan apabila skala petanya sama.
8. Tahap buffering
Buffering adalah jenis analisis yang akan menghasilkan buffer atau penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga dapat diketahui luas objek dan jarak dari objek lainnya.
Misalnya, untuk membuka usaha wartel, maka perlu dianalisis jumlah saingan yang ada pada radius tertentu dari suatu lokasi.
9. Tahap pelaporan atau keluaran data
Tahap pelaporan atau keluaran data dapat dilakukan dalam bentuk menampilkan pada layar monitor atau dicetak melalui printer atau plotter. Dalam laporan, semua informasi hasil overlay harus ditampilkan secara menarik dengan pewarnaan yang sederhana tetapi sesuai dengan standar kartografis sehingga menampilkan bentuk/warna yang indah dan dengan divariasikan tabel/ grafik/video pada setiap tempat yang diinginkan dan perlu penambahan informasi.
10. Informasi lewat jaringan
Jika perlu, pada tahap berikutnya adalah mengaitkan basis data dengan jaringan (network) melalui internet agar dapat diakses oleh orang lain. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua informasi dapat diakses dengan mudah, Hal ini ada kaitannya dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam membuat SIG, sehingga informasi tersebut kadang-kadang harus dibeli atau dengan kompensasi lainnya.
Agar tampilan peta SIG yang Anda buat berdasarkan tahapan di atas lebih menarik dan informatif, maka perlu ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi. Contohnya, untuk menganalisis daerah rawan longsor, maka tampilan peta tiga dimensi sangat dibutuhkan agar dapat dilihat bentuk morfologi suatu wilayah lebih jelas.
peta sungai peta jalan desa
peta penggunaanlahan peta topografi
overlay peta gabunganhasil overlay berbentuk tiga dimensi
Gambar 4.8 Tumpangsusun peta sebagai salah satu cara Analisis dalam SIG (Sumber: Koleksi penulis, 2006)
Memang, apabila kita kaji dari beberapa pengertian sebelumnya tentang SIG selalu identik dengan penggunaan komputer. Bagi kamu yang tidak memiliki fasilitas tersebut di sekolahnya, tidak perlu khawatir. Karena yang terpenting dari SIG adalah cara kerjanya yang meliputi pemasukan data, pengambilan dan penyimpanan data, analisis dan manipulasi data, dan pelaporan. SIG berkepentingan dengan data ruang-waktu dan sering tapi tidak selalu perlu, menggunakan komputer. Penggunaan komputer hanya untuk mempercepat analisis dan menyimpan data dalam jumlah banyak. Secara sederhana dapat kamu lakukan melalui pengoperasian SIG secara konvensional. Karena pada dasarnya, SIG berawal dari pemetaan secara konvensional.
SIG yang dibuat secara konvensional berpegang pada teknik kartografis atau teknik pemetaan pada umumnya. Penyajian data spasial dilakukan dengan menggambar peta pada selembar kertas atau bidang datar dengan menggunakan peralatan kartografis, seperti rapido, lettering set, pensil, kertas kalkir, dan alat gambar lainnya. Lebih sederhana lagi apabila Anda menggunakan plastik transparan sebagai bidang datarnya dan spidol berwarna.
Berikut, langkah-langkah kegiatan SIG secara konvensional yang dapat kamu lakukan.
1. Langkah persiapan
Pertama yang harus kamu lakukan ialah menentukan jenis peta yang akan dibuat. Peta yang telah ditentukan akan berhubungan dengan pencarian data yang diperlukan, peta tematik yang harus dikumpulkan, dan cara analisis yang akan dilakukan. Data-data yang diperlukan, dapat kamu peroleh dari berbagai instansi yang menyediakan data seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Tata Kota, dan lainnya. Selain itu, pengumpulan data juga dapat Anda lakukan melalui survey ke lapangan dan diplot pada peta yang Anda miliki.
2. Langkah pembuatan peta
Apabila semua jenis data dan beberapa peta yang kamu butuhkan sudah terkumpul, selanjutnya kamu siap untuk membuat peta. Langkah-langkah yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Sediakan alat gambar (plastik transparan, spidol berwarna untuk plastik transparan, alkohol 70% untuk menghapus apabila terdapat kesalahan dalam menggoreskan spidol, dan meja gambar).
b. Siapkan peta, tentunya peta yang akan digunakan dan dibuat harus disamakan skalanya. Dengan demikian, peta yang telah dibuat dapat ditumpangsusunkan (overlay). Kemudian tempatkan peta di atas meja gambar! b. Siapkan peta, tentunya peta yang akan digunakan dan dibuat harus disamakan skalanya. Dengan demikian, peta yang telah dibuat dapat ditumpangsusunkan (overlay). Kemudian tempatkan peta di atas meja gambar!
d. Gunakan spidol transparan untuk mulai menggambar ulang (menjiplak) pada plastik. Warnailah objek yang digambar sesuai dengan peta yang dijiplak, seperti warna merah untuk jalan, warna hitam untuk batas administrasi, warna biru untuk wilayah perairan, dan warna hijau untuk batas vegetasi.
e. Buatlah garis tepi pada plastik transparan untuk menandai batas wilayah yang kamu gambarkan.
f. Ulangi langkah tersebut untuk membuat peta tematik lain yang kamu perlukan.
3. Langkah analisis
Jika peta gabungan telah selesai dibuat, maka tahap berikutnya ialah menganalisisnya. Pada tahap ini, peta-peta tematik yang telah kamu buat ditumpangsusunkan di atas meja gambar. Bagian paling atas ialah plastik transparan untuk menggambar ulang semua peta yang ditumpangsusunkan tadi. Penggabungan peta dapat dilakukan secara langsung. Jika menemui kesulitan, kamu bisa menggantikannya dengan menggunakan kertas kalkir yang seukuran plastik tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peta gabungan tadi lebih rapi. Gunakan rapido berbagai ukuran dan lettering set untuk menggambar dan menulis keterangan peta pada kertas kalkir tadi. Gambar ulang semua objek yang ada pada peta komposit dan buatlah legenda peta beserta atributnya.
Sebagai gambaran lebih jelas tentang tahapan yang akan kamu lakukan dalam pembuatan peta SIG tertera seperti urutan gambar 4.9 berikut.
Keterangan: Gambar A = simbol titik
Gambar B = simbol garis Gambar C = simbol area Gambar D = hasil tumpang
Gambar A Gambar B susun (overlay) Gambar A, B,C, dan D dibuat di kertas kalkir atau plastik transparan
Gambar 4.9 Contoh pengoperasian SIG secara konvensional
Gambar C Gambar D (Sumber: Koleksi penulis, 2006)
Agar kamu dapat langsung mempraktikkan pemetaan SIG secara konvensional, maka lakukanlah tahapan-tahapan pada latihan di bawah ini. Sebelumnya, buatlah beberapa kelompok kerja dalam kelas kamu. Carilah tempat yang berbeda untuk masing-masing kelompok dalam mempraktikkan latihan berikut.
Tujuan : Siswa mampu menentukan lokasi usaha wartel dengan ketentuan jarak tidak lebih dari 100 meter dari jalan utama, pada radius 250 meter dari wartel masih terdapat permukiman, dan tidak terdapat saingan atau wartel lainnya yang berjarak minimal 500 meter dari wartel yang akan ditentukan tempatnya.
Jenis Analisis : Buffering dan overlay Langkah kerja : Tahap I : Mengumpulkan data
1. Mencari peta administrasi yang dilengkapi jaringan jalan. Kemudian peta tersebut kamu buat sebagai peta dasarnya.
2. Mencari peta rupa bumi atau peta penggunaan lahan untuk
menentukan objek sebaran permukiman.
3. Mencari data sebaran wartel yang sudah terdapat di daerah yang kamu petakan.
4. Survey lapangan untuk memplot lokasi wartel-wartel tersebut
pada peta-peta yang sudah kamu miliki.
Tahap II : Membuat peta
1. Membuat peta jaringan jalan dan buffer pada plastik transparan dengan jarak 100 meter dari jalan yang dipetakan.
2. Membuat peta sebaran lokasi wartel pada plastik transparan dan membuat buffer berupa lingkaran dari lokasi masing- masing wartel dengan radius 500 meter.
3. Membuat peta sebaran permukiman dan buffer berupa lingkaran pada plastik transparan dari lokasi masing-masing wartel dengan radius 250 meter.
Tahap III : Analisis Buffer
1. Menumpangsusunkan peta-peta yang telah kamu buat pada tahap II.
2. Menentukan lokasi yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan dan memberi tanda dengan mengarsir wilayah yang dimaksud. Mungkin saja dari peta-peta tersebut terdapat beberapa alternatif lokasi yang dapat dijadikan petunjuk mendirikan usaha wartel.
Setelah kamu memahami dan mempraktikkannya, cobalah untuk mengulang kegiatan tersebut dengan mengganti topik latihan sesuai kondisi daerah kamu masing-masing atau yang dianggap lebih menarik. Diskusikanlah terlebih dahulu dengan guru!